Abu Dzar al-Ghifari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kadipaten87 (bicara | kontrib) referensi |
Kadipaten87 (bicara | kontrib) kematian |
||
Baris 133:
Abu Dzar dikenal sebagai sosok sahabat yang sangat tekun belajar menuntut ilmu kepada Nabi Muhammad, sangat sering bertanya berbagai macam permasalahan kepada Nabi. Oleh sebab itu, ia menjadi salah satu sahabat yang paling diutamakan dalam permasalahan hukum di masa Khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Dikatakan bahwa tingkat keilmuannya sebanding dengan Ibnu Mas'ud, hal inilah yang mendorong Khalifah Umar untuk memberikan bagian berupa bantuan materi yang diambilkan dari baitul mal yang biasanya diperuntukkan kepada para Ahlu Badar saja kepada Abu Dzar.
Ali bin Abi Thalib menyatakan bahwa Abu Dzar sangat pantas untuk disandingkan dengan para mufti dari kalangan sahabat, hanya saja ilmunya tidak ada yang tersampaikan kepada penerus atau muridnya.<ref>{{Cite book|last=Al-Ishfahani|first=Abu Nu'aim|title=Hilyatul Auliya` wa Thabaqatul Ashfiya jilid I|pages=156|url-status=live}}</ref>
== Kematian ==
Abu Dzar wafat pada bulan Dzulhijjah pada tahun 31 atau 32 Hijriyah di sebuah desa bernama [[Rabadzah]] yang terletak di timur kota Madinah (sekitar 170 km). Ia dimakamkan dan disholatkan oleh rombongan yang berasal dari Kufah yang di dalamnya termasuk sahabat Abdullah bin Mas'ud ra.
Setelah memakamkan jasad Abu Dzar, Ibnu Mas'ud berkata, "Sungguh benar ucapan Rasulullah, beliau pernah berkata bahwa Abu Dzar akan hidup dalam kesendirian, meninggal dalam kesendirian, dan dibangkitkan (di hari kiamat) dalam kesendirian".
Abu Dzar meninggalkan seorang putri yang senantiasa merawatnya hingga ia akan meninggal. Dikatakan bahwa dahulu ia memiliki seorang putra yang dinamai "Dzar" namun meninggal di usia muda. Putri Abu Dzar kemudian dijadikan anak angkat oleh Khalifah Utsman bin Affan pasca wafatnya.<ref>{{Cite book|last=Ad-Dzahabi|first=Syamsuddin|date=1985|title=Siyar A'laam an-Nubala` jilid II|pages=74|url-status=live}}</ref>
== Referensi ==
|