Kwee Thiam Tjing: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Update, diterjemahkan secara manual dari artikel berjudul sama di en.wp
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
k Kehidupan: Wikifisasi
Baris 34:
Pada tahun 1932, bersama Liem, Kwee mendirikan [[Partai Tionghoa Indonesia]] (PTI), sebuah partai politik sayap kiri yang mengadvokasi partisipasi etnis Cina pada gerakan nasionalis Indonesia.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Ia awalnya menjabat sebagai sekretaris PTI.<ref name="Suryadinata (2015)" /> Pada saat itu, politik etnis Cina didominasi oleh partai [[Chung Hwa Hui]] yang konservatif, pro-Belanda, dan dilihat sebagai juru bicara dari [[Cabang Atas|pejabat Cina]], serta didominasi oleh kelompok yang disebut sebagai kelompok ''Sin Po'' yang mengadvokasi kesetiaan ke [[Republik Tiongkok (1912–1949)|Republik Tiongkok]].<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Melalui PTI, Liem dan Kwee mengajukan alternatif ketiga, yakni bahwa [[Tionghoa Indonesia]] adalah milik Indonesia dan seharusnya berpartisipasi dalam kebangkitan dan pemerdekaan Indonesia dari kolonialisme.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" />
 
Mulai tahun 1933 hingga 1934, Kwee pindah ke [[Jember]] dan menerbitkan korannya sendiri, yakni ''[[Pembrita Djember]]''.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /><ref name="Suryadinata (2015)" /> Setelah koran tersebut tutup, Kwee diundang oleh [[Kwee Hing Tjiat]] untuk menulis di ''Mata Hari'', sebuah koran asal [[Semarang]] yang dimiliki oleh [[Kian Gwan]], konglomerat multinasional terbesar di Asia pada saat itu (didirikan pada tahun 1863 oleh [[Oei Tjie Sien]] dan dikembangkan oleh anaknya, [[Oei Tiong Ham|Mayor Oei Tiong Ham]]).<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /><ref name="Suryadinata (2015)" /> Walaupun menerima tawaran tersebut, ia tetap tidak yakin dengan koran tersebut, karena koran tersebut berhubungan erat dengan Chung Hwa Hui.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Selama bekerja di Mata Hari, Kwee mendapat surat sarkastik dari temannya yang menganggapnya berkolaborasi dengan kapitalis.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" /> Pada tahun 1936, Kwee telah keluar dari Mata Hari dan sepertinya telah pindah ke [[Bandung]], [[Jawa Barat]], di mana ia menjadi pekerja lepas di sejumlah koran hingga akhirnya kembali ke [[Jawa Timur]] sekitar tahun 1940.<ref name="Tjamboek Berdoeri & Anderson" />
 
[[Pendudukan Jepang di Hindia Belanda]] (1942–1945) mengakhiri sebagian besar pers dan organisasi politik kolonial.<ref name="Anderson (2016)" /> Kwee lalu ditunjuk menjadi ketua dari sebuah ''Tonarigumi'', yang merupakan pendahulu dari ''[[rukun tetangga]]''.<ref name="Anderson (2016)" /> Selama menjabat, ia berusaha melindungi wanita dan anak asal Belanda dari pasukan pendudukan Jepang.<ref name="Anderson (2016)" /> Pada tahun 1947 di Malang, di tengah [[revolusi Indonesia]], dengan menggunakan [[pseudonim]] Tjamboek Berdoeri, Kwee menerbitkan karyanya yang paling terkenal, yakni ''Indonesia dalem Api dan Bara''.<ref name="Suryadinata (2015)" /><ref name="Anderson (2016)" /><ref name="Savitri & Widianto (2020)" /> Sejarawan [[Benedict Anderson]] pun menyebut bahwa buku tersebut adalah 'buku terbaik hingga saat ini yang ditulis oleh seorang Indonesia mengenai kekacauan tersebut' (Anderson, 2018).<ref name="Anderson (2016)" />