Sulawesi Selatan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gw1320 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Gw1320 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 79:
Sensus 2010 memperkirakan jumlah penduduk sebanyak 8.032.551 jiwa yang menjadikan Sulawesi Selatan sebagai provinsi terpadat di pulau itu (46% dari populasi Sulawesi ada di Sulawesi Selatan), dan provinsi terpadat keenam di Indonesia. Pada Sensus 2020 ini telah meningkat menjadi 9.073.509. Suku bangsa utama di Sulawesi Selatan adalah suku [[Bugis]], [[Makassar]], [[Toraja]], dan [[Mandar]]. Perekonomian provinsi ini didasarkan pada [[pertanian]], [[perikanan]], dan [[pertambangan]] [[emas]] , [[magnesium]] , [[besi]] dan [[logam]] lainnya. [[pinisi]] adalah sebuah kapal layar tradisional Indonesia bertiang dua, masih digunakan secara luas oleh orang [[Bugis]] dan [[Makassar]], sebagian besar untuk tujuan [[transportasi]], [[kargo]], dan penangkapan ikan antar pulau di kepulauan Indonesia.
 
Pada masa keemasan perdagangan rempah-rempah, dari abad ke-15 hingga ke-19, Sulawesi Selatan menjadi pintu gerbang [[Kepulauan Maluku]]. Ada sejumlah kerajaan kecil, termasuk dua yang menonjol, [[Kerajaan Gowa]] yang terletak di [[Makassar]] dan [[Kerajaan Bone]] yang terletak di [[Bone]]. [[Perusahaan Hindia Timur Belanda]] (VOC) mulai beroperasi di wilayah tersebut pada abad ke-17. VOC kemudian bersekutu dengan [[Arung Palakka]] dan mereka mengalahkan [[kerajaan Gowa]] dalam mengambil kekayaan sumber alam di Nusantara serta hak Monopoli perdagangan. Arung Palakka kemudian menikmati hasil kerja sama tersebut dengan [[VOC Belanda|VOC]] Belanda. Raja Gowa, [[Sultan Hasanuddin]] terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya yang sangat mengurangi kekuasaan Gowa.
 
== Sejarah ==