Hanbok: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up |
Tulipbelle (bicara | kontrib) Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan. |
||
Baris 13:
[[Berkas:Korea-National.Folk.Museum-01.jpg|thumb|200px|right|Pakaian Raja dan Ratu Kerajaan Silla]]
Hanbok masyarakat Korea banyak terpengaruh oleh budaya Cina kuno. Beberapa elemen dasar hanbok pada saat ini seperti ''jeogori'' atau baju, ''baji'' (celana) dan ''chima''(rok) diduga telah dipakai sejak waktu yang lama, namun pada zaman [[Tiga Kerajaan Korea|Tiga Kerajaanlah]] pakaian sejenis ini mulai berkembang. Lukisan pada situs makam [[Goguryeo]] menunjukkan gambar laki-laki dan wanita pada saat itu memakai [[Celana|celana panjang]] yang ketat dan baju yang berukuran sepinggang. Struktur tersebut sepertinya tidak banyak berubah sampai saat ini.
Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan bangsawan mulai memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang diikat di pinggang dengan celana panjang yang tidak ketat, serta memakai jubah seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang.
Baris 28:
Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita Korea secara perlahan menjadi ketat dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang.
[[Chima]] pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan jeogori menjadi pendek dan ketat. Heoritti atau ''heorimari'' yang terbuat dari kain linen difungsikan sebagai korset karena begitu pendeknya jeogori.
====Hanbok pria ====
Baris 41:
== Aksesori untuk kepala ==
[[Berkas:Miindo-Yun.family.of.Haenam-d1.jpg|jmpl|''[[gache]]'']]
Baik pria maupun wanita memelihara rambut mereka menjadi panjang. Pada saat mereka menikah, mereka mengkonde rambutnya. Pria mengkonde (mengikat) rambutnya sampai atas kepala (''[[sangtu]]''), sedangkan wanita mengkonde sampai batas di belakang kepala atau di atas leher belakang. Wanita yang berprofesi sebagai penghibur seperti [[kisaeng]], memakai aksesori [[wig]] yang disebut ''[[gache]]''. Gache sempat dilarang di istana pada abad ke-18. Pada akhir abad ke-19, gache semakin populer di antara kaum wanita dengan bentuk yang semakin besar dan berat.
Tusuk konde ''binyeo'', ditusukkan melewati konde rambut sebagai pengencang atau aksesori. Bahan pembuatan binyeo bervariasi sesuai kedudukan sosial pemakainya. Wnita juga mengenakan ''[[jokduri]]'' pada hari pernikahan mereka dan memakai ''[[ayam (aksesori)|ayam]]'' untuk melindungi tubuh dari cuaca dingin.
|