Suku Moile: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 18:
Penduduk setempat memanfaatkan hutan untuk empat kegiatan utama, yaitu berladang, berburu, meramu, dan memanfaatkan kayu. Kegiatan tersebut telah mereka lakukan selama turun-temurun dalam kurun waktu yang sangat lama. Dengan kata lain, aktivitas pemanfaatan hutan telah diwariskan oleh nenek moyang dari generasi ke generasi. Bahkan, aktivitas yang sama juga telah dilakukan selama berabad-abad oleh penduduk yang ada di sekitar kawasan hutan dan perairan di berbagai belahan dunia seperti [[Aborigin]] di [[Australia]], [[suku Indian|Indian]] di Amerika, [[Suku Dayak|Dayak]] di Kalimantan, dan penduduk asli Papua itu sendiri.<ref>John, R. 1997. ''Common Forest Tree of Irian Jaya Papua - Indonesia.'' Royal Botanical Garden, Kew. Inggris</ref>
 
== Kearifan Lokallokal ==
Cara mengelola [[hutan]] yang telah berusia tua tersebut kemudian melahirkan sebuah kearifan lokal tersendiri. Kearifan tersebut telah menyatu dalam kehidupan dan kebudayaan mereka, terus terpelihara bersama aturan-aturan yang dikenal sebagai [[adat istiadat]], norma masyarakat, dan berbagai pantangan yang pada dasarnya untuk menjaga keselarasan agar hutan tetap lestari. Suku Moile dan Meyah hingga sekarang masih memelihara kearifan lokal tersebut dan menunjukan keberhasilannya untuk hidup bersama secara selaras dengan [[hutan]]. Aturan adat dalam mengelola hutan tersebut dikenal dengan istilah ''Igig ya ser hanjob'' (dalam Bahasa[[bahasa Hattam]] dan [[bahasa Hatam/Moile|Moile]]) atau ''Mastogowmastogow hanjob'' (dalam Bahasa[[bahasa SoughbSougb]]). ''Ig ya'' dalam Bahasabahasa HatamHattam berarti 'berdiri'; ''ser'' artinya 'menjaga'; ''hanjob'' artinya 'batas'. Secara harfiah, ''ig ya ser hanjob'' berarti menjaga batas namun bukan hanya bermakna sebagai suatu kawasan, tetapi mencakup segala aspek kehidupan masyarakat [[Arfak]]. Secara filisofis, nilai-nilai tersebut mengandung makna bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini (termasuk manusia) memiliki batas. Apabila batas tersebut dilanggar, maka akan terjadi bencana yang sangat besar. Hakekat kosmologi [[Arfak]] adalah segala sesuatu di alam semesta bukanlah tak terbatas (''ad ifnitum''). Sebagai sebuh nilai, ''igyaig ya ser hanjob'' adalah landasan hidup sehari-hari mereka.<ref name=":1">Baharinawati, Hastanti dan Ima Yeny. 2009. Strategi Pengelolaan Cagar Alam Pegunungan Arfak meurt Kearifan Lokal Masyarakat Arrak di Manokwari Papua Barat. Info Sosial Ekonomi Vol. 9 1 Maret th. 2009, 19-36</ref>
 
Kearifan lokal tersebut menegaskan bahwa aspek biofisik yang bertumpu pada ekonomi dan sosial budaya menjadi pijakan kegiatan berburu, berladang, meramu, dan pemanfaatan [[Kayu]]kayu dalam kehidupan mereka. Adat istiadat suku Moile dan Meyah secara prinsip mengatur agar pemanfaatan [[hutan]] tidak dilakukan secara eksploitatif. Mereka berpegangan pada tekad bahwa pemanfaatan sumber daya hutan untuk kelangsungan hidup dengan tetap memperhatikan kelestarian. Sebagai perwujudannya, kegiatan berladang mereka lakukan di atas lahan pertanian yang sudah ditanami tanaman. Berburu (''Ntteisintteisi'') mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani (konsumsi) dengan tidak mengomersialkannya. Meramu juga mereka lakukan untuk mengumpulkan makanan dari dalam [[hutan]] dan tumbuhan obat untuk kesehatan. Sementara itu, dari aktivitas pemanfaatan kayu mereka lakukan untuk memenuhi bahan bangunan, peralatan berladang, peralatan berburu, dan peralatan rumah tangga.<ref name=":1" />
 
Selain ''Igig ya ser hanjob'', suku Moile dan Meyah juga mengenal budaya ''Henjabtihenjabti'' yang merupakan kegiatan membangunkan seluruh anggota [[keluarga]] menjelang [[matahari terbit]] terbit. Mereka akan diingatkan kembali tentang idealitas hubungan antarmanusia dan bagaimana menjaga harmoni manusia dengan dalam. Henjabti sejatinya adalah sebuah tradisi lisan yang di dalamnya juga diajarkan nilai-nilai ''Igig ya ser hanjob''. Prinsip-prinsip tersebut tidak hanya mengatur hubungan [[manusia]] dengan [[alam]], melainkan juga hubungan sosial sesama anggota keluarga dan masyaralatmasyarakat. Bahkan, sejak masih kecil, anak-anak suku Moile dan Meyah sudah mulai diajarkan berlaku jujur, adil, dan bijaksana. Semua ada batasnya dan setiap orang diharuskan menjaga batas tersebut untuk memenuhi keberlangsungan hidupnya.
 
== Pengelolaan Hutan ==