Tuanku Rao: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tambahan dari sejarawan Batara R Hutagalung. |
||
Baris 22:
Namun buku tersebut telah dibantah oleh banyak ahli sejarah dan agama Islam. Antara lain [[Hamka]], melalui bukunya ''Tuanku Rao: Antara Khayal dan Fakta''. Dalam buku ini Hamka berusaha meluruskan fakta mengenai Tuanku Rao dan Perang Paderi.<ref>Hamka, Tuanku Rao: Antara Khayal dan Fakta, Bulan Bintang, 1974</ref>
Menurut sejarawan Batara R Hutagalung, beberapa kesaksian lain mendukung kebenaran isi buku yang diberi judul Tuanku Rao itu, misalnya Ibu Edith Dumasi Br Nababan, mantan Hakim Agung mengatakan, Tingki Ni Pidari itu sungguh benar terjadi. "Saya sudah lama mendengar kisah mengenai kisah Tingki Ni Pidari. Dan seperti dikatakan Pak Sitorus, pasukan Imam Bonjol itu disebut Monjo. Kalau Monjo datang, seluruh orang Batak haruslah berlari menyelamatkan diri ke hutan," katanya.
Sayangnya, hanya anak-anak,wanita, dan pria yang tengah bekerja di sawah yang sempat melarikan diri ke hutan. Sementara yang tinggal di rumah, umumnya perempuan-perempuan cantik yang bekerja menenun ulos/kain, tak sempat kabur. Untuk memaksa orang-orang yang sembunyi di rumah agar keluar, Pasukan Paderi pun membakar rumah-rumah. Semua perempuan yang bersembunyi dalam rumah terpaksa keluar, daripada terpanggang hidup-hidup. "Itulah makanya, rumah-rumah Batak habis di daerah Silindung. Hanya di Toba saja yang masih tersisa sedikit." <ref>{{Cite web|title=Gagasan Nusantara|url=https://batarahutagalung.blogspot.com/search?q=tuanku+rao|website=batarahutagalung.blogspot.com|access-date=2023-04-04}}</ref>
== Referensi ==
|