Surat Batak: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
||
Baris 25:
== Sejarah ==
[[Berkas:Batak languages id.svg|ki|300px|jmpl|Peta [[rumpun bahasa Batak]]. Surat Batak diduga pertama kali berkembang di wilayah Angkola-Mandailing kemudian menyebar ke arah utara hingga wilayah Karo.<!--<font color="Purple">'''Angkola'''</font>-<font color=#b148d2>'''Mandailing'''</font> kemudian menyebar ke arah utara menuju wilayah <font color=#0038ff>'''Toba'''</font>, <font color=#00f9ff>'''Simalungun'''</font>, <font color=#00FF00>'''Pakpak-Dairi'''</font>, hingga wilayah <font color=#ffbf00>'''Karo'''</font> yang terakhir menerima aksara Batak.-->]]
Para ahli umumnya meyakini bahwa surat Batak merupakan salah satu turunan [[aksara Brahmi]] India melalui perantara [[aksara Kawi]], berdasarkan studi perbandingan bentuk aksara-aksara Nusantara yang pertama kali dijabarkan oleh Holle<ref name="holle">{{Cite Journal|title=Tabel van oud-en nieuw-Indische alphabetten|last=Holle|first=K F|journal=Bijdrage tot de palaeographie van Nederlandsch-Indie|year=1882|place=Batavia|publisher=W. Bruining|oclc=220137657|url=http://dbooks.bodleian.ox.ac.uk/books/PDFs/590496015.pdf}}</ref> dan Kern.<ref name="kern">{{Cite Journal|title=Eene bijdgrade tot de paleographie van Nederlansch-Indie|last=Kern|first=H|journal=Bijdrage tot de Taal-Land-en Volkenkunde van Nederlandsch-indie|year=1882|place=S' Gravenhage|publisher=Martinus Nijhoff}}</ref> Namun begitu, sejarah evolusi surat Batak tidak dapat dirunut dengan pasti karena surat Batak sejauh ini hanya ditemukan pada materi yang umumnya tidak berumur lebih dari 200 tahun. Surat Batak lazim ditulis pada media yang rentan rusak di iklim tropis, dan tidak ada prasasti atau peninggalan tua lainnya yang disetujui sebagai purwarupa langsung surat Batak.{{sfn|Kozok|1996|pp=233–234}}<!--Belum ditemukannya rantai evolusi aksara Batak yang pasti turut mendorong pengajuan teori alternatif oleh sejumlah penulis yang berupaya untuk menunjukkan asal-usul non-Kawi,<ref>{{Cite Journal|title=The Batak Script as an Invention of the Austronesian-speaking People|volume=9|page=59-76|last=Simanjuntak|first=Mangantar|journal=Akademika|year=2009|place=Kuala Lumpur}}</ref><ref>{{Cite book|title=Über die semitischen und nicht indischen Grundlagen der malaiisch-polynesischen Kultur|volume=1-3|last=Schröder|first=E E Gs||place=Medan|publisher=Köhler & co|year=1928}}</ref> meski sebagian besar teori tersebut dianggap spekulatif dan tidak meyakinkan oleh para ahli yang bersangkutan.{{sfn|Kozok|1996|pp=233–234}}-->
Kerabat paling dekat dari surat Batak adalah aksara-aksara Sumatra bagian selatan atau dikenal sebagai [[Surat Ulu]]. Baik rumpun surat Batak maupun aksara-aksara Sumatra Selatan berkembang di wilayah pedalaman Sumatra yang relatif lambat menerima pengaruh luar. Karena itulah, ketika Sumatra menerima pengaruh Islam yang signifikan sejak abad ke-14, kedua wilayah tersebut mempertahankan penggunaan aksara turunan [[aksara Brahmi|Indik]] selagi wilayah pesisir mengadopsi penggunaan [[abjad Arab]] dan [[
Salah satu deskripsi dan tabel surat Batak paling awal oleh penulis asing dapat ditemukan dalam buku ''History of Sumatra'' oleh William Marsden yang dicetak pada tahun [[1784]].<ref>{{Cite book|url=https://www.academia.edu/38062886/History_of_Sumatra_by_William_Marsden_F.R.S.1784.P-000179.pdf|title=History of Sumatra|first=William|last=Marsden|place=London|year=1784|page=159-166}}</ref> Namun selain itu, tidak banyak yang diketahui mengenai bahasa, sastra dan surat Batak di luar masyarakat Batak sendiri hingga pertengahan abad ke-19. Pada tahun [[1849]], Lembaga [[Misionaris|Penginjil]] Belanda menugaskan ahli bahasa [[Herman Neubronner van der Tuuk]] untuk mempelajari [[bahasa Batak]] dengan tujuan menghasilkan kamus, materi tata bahasa, dan terjemahan Injil yang layak untuk bahasa tersebut. Pada tahun 1851, ia tiba di Sumatra dan akhirnya tinggal di kota pelabuhan [[Barus]]. Ia rutin menjelajahi pedalaman ranah Batak dari tahun [[1853]] hingga kepergiannya dari [[Sumatra]] pada tahun [[1857]]. Berdasarkan studi dan pengalamannya dengan masyarakat Batak, Van der Tuuk menghasilkan materi komprehensif mengenai tradisi lisan dan tulis Batak yang hingga kini masih masih menjadi rujukan dasar dalam berbagai studi Batak.{{sfn|Kozok|1996|pp=231–232}}
==Media==
|