Makam Ratu Mas Malang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 48:
Sampai saat ini, Dalang Panjang dijadikan sebagai sanad spiritual dan keilmuan bagi para maestro pedalangan di wilayah [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] dan [[Jawa Tengah]].<ref name=":11">{{Cite web|last=Habibi|first=Tri Nur|date=|title=Ki Dalang Panjang Mas, Sosok Penting Adanya Pergelaran Wayang Gelar Budaya Mataram|url=https://www.krjogja.com/berita-lokal/diy/bantul/ki-dalang-panjang-mas-sosok-penting-adanya-pergelaran-wayang-gelar-budaya-mataram/|website=Kedaulatan Rakyat|access-date=5 April 2020}}</ref>{{sfnp|Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta |2007||p=61|ps=}} Menurut kisah tutur yang diceritakan secara turun-temurun, nama Panjang Mas didapatkannya setelah melakukan pementasan wayang di Pantai Selatan. Penguasa Pantai Selatan lantas memberinya baki panjang yang terbuat dari emas karena dia tidak mau diberi imbalan berupa uang.{{sfnp|Rohman|2021||p=97|ps=}} Hadiah itulah yang menyebabkan dirinya dikenal dengan nama Ki Panjang Mas.{{sfnp|Olthof|Sumarsono|2009|p=183|ps=}}
 
Dalang Panjang mempunyai olah napas panjang dan suara yang merdu, sehingga suluknya tidak terputus-putus atau tersengal-sengal. Lebih lanjut, dia juga berprofesi sebagai penulis yang membuat peraturan mengenai tata cara meruwat. Dia membuat peraturan bahwa siapa pun yang ingin melakukan upacara [[ruwatan]] di daerah Mataram harus meminta izin kepadanya. Selain itu, dia juga mengganti pertunjukan [[wayang beber]] dengan [[wayang kulit]] dalam upacara ruwatan. Sebagai seorang dalang, Dalang Panjang memiliki rombongan [[pengrawit]] dan [[Pesindhen|sinden]]. Salah seorang sindennya adalah istrinya sendiri, wanita yang memiliki bentuk tubuh nyaris sempurna jika ditilik dari sisi ''katuranggan'' (ilmu mengenai sifat suatu benda, manusia, dan hewan berdasarkan penampilan fisiknya).{{sfnp|Rohman|2021||p=97–98|ps=}} Hal inilah yang menyebabkan Amangkurat I terpikat kepada Mas Malang.{{sfnp|Olthof|Sumarsono|2009|p=183|ps=}}
 
Keterangan dalam ''Babad Tanah Jawi: Javanese Rijskroniek'' menunjukkan jika Amangkurat I awalnya memerintahkan pasukannya untuk mencari wanita yang akan dijadikan sebagai selir baru.<ref name=":4">{{Cite news|last=Sabandar|first=Switzy|date=|title=Kisah Dramatis Sinden Terkasih Raja Jawa|url=https://www.liputan6.com/regional/read/2567426/kisah-dramatis-sinden-terkasih-raja-jawa|work=[[Liputan6.com]]|access-date=5 April 2020|editor-last2=Mutiah|editor-first2=Dinny|language=id|editor-last=Mahbub|editor-first=Harun}}</ref> Amangkurat I lantas bertemu dengan Dalang Wayah yang mempunyai seorang putri, tetapi telah diperistri oleh Dalang Panjang dan hamil dua bulan.<ref name=":8">{{Cite web|last=Pamungkas|first=Muhammad Fazil|date=|title=Cinta Amangkurat I|url=https://historia.id/kuno/articles/cinta-amangkurat-i-PdlE7|website=Historia|access-date=5 April 2020}}</ref>{{sfnp|Sujarweni|2017||p=53|ps=}} Amangkurat I tidak menghiraukan hal itu dan memerintahkan pasukannya untuk membawa paksa wanita itu ke istana.{{sfnp|Olthof|Sumarsono|2009|p=183–184|ps=}} [[J.J. Meinsma|Johannes Jacobus Meinsma]] mengatakan bahwa Amangkurat I begitu mencintainya, sehingga Mas Malang kemudian diangkat sebagai ''selir kinasih'' (selir yang paling disayang)''<ref name=":5">{{Cite web|last=Redaksi Merapi|first=|date=|title=Pesareyan Antakapura Gunung Kelir – Selir dan Abdi Tak Bersalah Dibantai|url=https://www.harianmerapi.com/kearifan/2018/11/10/41682/pesareyan-antakapura-gunung-kelir-selir-dan-abdi-tak-bersalah-dibantai|website=Harian Merapi|access-date=5 April 2020}}</ref>'' dengan gelar Ratu Wetan.<ref name=":02" /><ref name=":2" /> Namun, wanita tersebut dianggap telah merusak rumah tangga kerajaan.{{sfnp|Meinsma|1875||p=80|ps=}} [[H.J. de Graaf|Hermanus Johannes de Graaf]] membantah hal ini dalam bukunya berjudul ''Runtuhnya Istana Mataram''. Berdasarkan pengamatannya, Amangkurat I sebenarnya tidak mengabaikan selir dan permaisurinya yang lain, tetapi perhatiannya memang lebih banyak dipusatkan kepada Mas Malang.{{sfnp|Rohman|2021||p=98|ps=}} Hal inilah yang menyebabkan Mas Malang dijuluki dengan Ratu Malang, yang berarti “yang melintang di jalan”.{{sfnp|De Graaf|1987||p=18–19|ps=}}