Cetbang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Surijeal (bicara | kontrib)
Surijeal (bicara | kontrib)
Baris 20:
Untuk cetbang jenis meriam putar isian belakang, yang terkecil mungkin memiliki panjang sekitar 60&nbsp;cm, dan yang terbesar sekitar 2,2 m. Kaliber mereka berkisar antara 22&nbsp;mm sampai 70&nbsp;mm.<ref name=":10" />{{Rp|97}} Mereka adalah meriam yang ringan dan mudah dipindahkan, sebagian besar dari mereka dapat dibawa dan ditembak oleh satu orang,<ref name=":1">{{Cite book|title=Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor|last=Ooi|first=Keat Gin|url=https://books.google.co.id/books?id=QKgraWbb7yoC&q=cannon#v=snippet&q=cannon&f=false|publisher=ABC-CLIO|year=2004|isbn=9781576077702}}</ref>{{Rp|505}} namun penggunaannya tidak dengan dipanggul seperti [[bazooka]] karena daya [[tolak balik]] yang terlalu tinggi dapat mematahkan tulang manusia.<ref name=":10" />{{Rp|97}} Meriam ini dipasang di garpu putar (disebut ''cagak''), bagian bawahnya dipasang ke lubang atau soket di [[kota mara]] kapal atau tembok benteng.<ref>{{Cite web|url=http://www.acant.org.au/Articles/MalayCannons.html|title=Cannons of the Malay Archipelago|website=www.acant.org.au|access-date=2020-01-25}}</ref> Sebuah "kemudi" atau lebih tepatnya popor dari kayu dimasukkan ke lubang bagian belakang meriam dengan [[rotan]], untuk memungkinkannya diarahkan dan dibidik.<ref name=":1" />{{Rp|505}}
 
Cetbang dipasang sebagai meriam tetap, [[meriam putar]], atau dipasang pada pedati meriam. Cetbang ukuran kecil dapat dengan mudah dipasang di kapal kecil yang disebut [[penjajap]] (Portugis: ''pangajaua'' atau ''pangajava'') dan juga [[Lancaran (kapal)|lancaran]]. Meriam ini dipergunakan sebagai senjata anti personil, bukan anti kapal. Pada zaman ini, bahkan sampai abad ke-17, prajurit laut Nusantara bertempur di panggung di kapal yang biasa disebut ''balai'' (lihat gambar kapal di bawah). Ditembakan pada kumpulan prajurit dengan peluru ''scattershot'' (peluru sebar atau peluru [[gotri]], dapat berupa ''grapeshot'', ''case shot'', atau paku dan batu), cetbang sangat efektif untuk pertempuran jenis ini.<ref name=":7" />{{Rp|241}}<ref name=":0">Wade, Geoff. (2012). ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past''. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 978-981-4311-96-0</ref>{{Rp|162}}
 
== Sejarah ==
Baris 37:
 
=== Munculnya Islam (1478–1600) ===
[[Berkas:Warship of Madura.jpg|jmpl|Sebuah [[Ghali (kapal)|ghali]] atau lancaran dari Madura, dengan setidaknya 4 buah cetbang.]]Menurut catatan Portugis yang datang ke Malaka pada abad ke-16, telah terdapat perkampungan besar dari pedagang Jawa yang diketuai oleh seorang kepala kampung. Orang-orang Jawa di Malaka juga membuat meriam sendiri secara swadaya, dimana meriam pada saat itu sama bergunanya dengan layar pada kapal dagang.<ref>Furnivall, J. S. (2010). ''[https://books.google.co.id/books?id=qiARYzj_QL8C&dq= Netherlands India: A Study of Plural Economy]''. Cambridge University Press. Halaman 9: "''when Portuguese first came to Malacca they noticed a large colony of Javanese merchants under its own headman; the Javanese even founded their own cannon, which then, and for long after, were as necessary to merchant ships as sails''."</ref> [[Duarte Barbosa]] mencatat berlimpahnya senjata berbasis bubuk mesiu di [[Jawa]] sekitar tahun 1514. Orang Jawa dianggap sebagai ahli pembuat senjata api dan penembak artileri yang baik. Senjata yang ditemukan di sana diantaranya meriam 1 pon (cetbang atau rentaka), senapan lontak panjang, ''spingarde'' (arquebus), ''schioppi'' (meriam tangan), [[api Yunani]], ''gun'' (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau kembang api lainnya.<ref name=":23">{{Cite book|last=Jones|first=John Winter|year=1863|title=The travels of Ludovico di Varthema in Egypt, Syria, Arabia Deserta and Arabia Felix, in Persia, India, and Ethiopia, A.D. 1503 to 1508|location=|publisher=Hakluyt Society|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|254}}<ref>{{Cite book|last=Barbosa|first=Duarte|year=1866|url=https://archive.org/details/bub_gb_oGcMAAAAIAAJ|title=A Description of the Coasts of East Africa and Malabar in the Beginning of the Sixteenth Century|location=|publisher=The Hakluyt Society|isbn=|pages=}}</ref>{{Rp|198}}<ref name=":8" />{{Rp|224}} Ketika [[Perebutan Malaka (1511)|Malaka jatuh ke tangan Portugis]] pada tahun 1511 M, meriam putar yang diisi dari belakang (cetbang) dan meriam putar isian depan (lela dan rentaka) ditemukan dan dirampas oleh [[Portugal|Portugis]].<ref name=":13" />{{Rp|50}} Pada tahun 1513, armada Jawa yang dipimpin oleh [[Pati Unus]], [[Invasi Kesultanan Demak ke Melaka Portugis|berlayar untuk menyerang]] [[Melaka Portugis]] "dengan banyak artileri yang dibuat di Jawa, karena orang Jawa terampil dalam perpandaian besi dan pengecoran, dan dalam semua pekerjaan dengan besi, melebihi apa yang mereka miliki di India".<ref name=":0">Manguin, Pierre-Yves (2012). Lancaran, Ghurab and Ghali. In G. Wade & L. Tana (Eds.), ''Anthony Reid and the Study of the Southeast Asian Past'' (pp. 146–182). Singapore: ISEAS Publishing.</ref>{{Rp|162}}<ref name=":22" />{{Rp|23}}
 
[[João de Barros|De Barros]] dan Faria e Sousa menyebutkan bahwa saat [[Perebutan Malaka (1511)|jatuhnya kesultanan Malaka]] (1511), Albuquerque merebut 3.000 dari 8.000 artileri. Di antaranya, 2.000 terbuat dari kuningan dan sisanya dari besi, dalam gaya meriam ''berço'' Portugis. Semua artileri memiliki pedati meriam yang tepat yang tidak dapat disaingi bahkan oleh Portugal.<ref name=":8">{{Cite book|last=Partington|first=J. R.|url=https://books.google.co.id/books?id=fNZBSqd2cToC&dq|title=A History of Greek Fire and Gunpowder|date=1999|publisher=JHU Press|year=|isbn=978-0-8018-5954-0|location=|pages=|language=en}}</ref>{{rp|279}}<ref name=":22">{{Cite book|last=Crawfurd|first=John|url=https://archive.org/details/adescriptivedic00crawgoog/page/n8/mode/2up?q=|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{rp|22}}<ref>{{Cite book|last=Birch|first=Walter de Gray|year=1875|url=https://archive.org/details/commentariesgre02unkngoog/page/n7/mode/2up?q=|title=The Commentaries of the Great Afonso Dalboquerque, Second Viceroy of India, translated from the Portuguese edition of 1774 volume 3|location=London|publisher=The Hakluyt society|isbn=|pages=|url-status=live}}</ref>{{rp|127-128}} Meriam yang ditemukan berasal dari berbagai jenis: ''esmeril'' (meriam putar 1/4 sampai 1/2 pon,<ref name=":14">{{Cite book|url=https://books.google.co.id/books?id=yYupSOK0BgIC&printsec=|title=Artillery Through the Ages: A Short Illustrated History of the Cannon, Emphasizing Types Used in America|last=Manucy|first=Albert C.|publisher=U.S. Department of the Interior Washington|year=1949|isbn=|location=|page=34}}</ref> mungkin merujuk pada ''cetbang'' atau ''lantaka''), ''falconet'' (meriam putar cor perunggu yang lebih besar dari ''esmeril'', 1 sampai 2 pon,<ref name=":14" /> mungkin merujuk pada ''[[lela]]''), ''saker'' berukuran sedang (meriam panjang atau ''culverin'' diantara 6–10 pon),<ref>''Lettera di Giovanni Da Empoli'', with introduction and notes by A. Bausani, Rome, 1970, page 138.</ref><ref name=":9" />{{Rp|385}} dan ''bombard'' (meriam yang pendek, gemuk, dan berat).<ref name=":13">{{Cite book|last=Charney|first=Michael|date=|year=2004|url=https://books.google.co.id/books?id=tdJ7DwAAQBAJ&source=gbs_navlinks_s|title=Southeast Asian Warfare, 1300-1900|location=|publisher=BRILL|isbn=9789047406921|url-status=live}}</ref>{{Rp|46}} Orang Melayu juga memiliki 1 buah meriam besar yang cantik, dikirim oleh raja [[Kalikut]].<ref name=":13" />{{Rp|47}}<ref name=":22" />{{Rp|22}}