Muhammad Nafis al-Banjari: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 82:
 
== Riwayat ==
Nama lengkap dari ulama ini adalah Muhammad Nafis bin Idris bin Husein. Ia lahir sekitar tahun 1148 Hijriah atau bertepatan dengan tahun [[1735]] Masehi, di Martapura, sekarang ibu kota Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Ia berasal dari keluarga bangsawan Banjar yang garis silsilah dan keturunannya bersambung hingga Sultan Suriansyah (1527-1545 M). [[Sultan Suriansyah]] merupakan Raja Banjar pertama yang memeluk agama Islam, yang dahulu bergelar Pangeran Samudera keturunan Maharaja Pangeran Suryanata Raja Banjar Pertama.
 
1. Maharaja Pangeran Suryanata Raja Banjar Pertama
 
2. Pangeran Raden Suryawangsa
 
3. Maharaja Pangeran Carang Lalean
 
4. Maharaja Raden Sakar Sungsang
 
5. Raden Bangawan
 
6. Raden Mantri Alu
 
7. Pangeran Suriansyah Sultan Banjar Pertama
 
8. Sultan Rahmatullah
 
9. Sultan Hidayatullah
 
10. Sultan Musta'in Billah
 
11. Sultan Inayatullah
 
12. Sultan Saidullah
 
13. Sultan Tahlillah
 
14. Pangeran Dipati
 
15. Pangeran Kesuma Negara
 
16. Pangeran Mas / Ratu Kusuma Yoeda
 
17. Husein
 
18. Idris
 
19. Syaikh Muhammad Nafis
 
Sejak kecil, Syekh Muhammad Nafis memang sudah menunjukkan bakat dan kecerdasan yang tinggi dibanding dengan teman-teman sebayanya. Bakat dan kecerdasan yang dimilikinya ini membuat Sultan Banjar tertarik. Sehingga, pada akhirnya Muhammad Nafis pun dikirim ke Makkah untuk belajar dan mendalami ilmu-ilmu agama. Salah satu dari ilmu agama yang digelutinya, bahkan menjadikan ia populer adalah bidang tasawuf. Sebagaimana halnya ulama Jawi (Indonesia) abad ke-17 dan ke-18 yang belajar di Makkah, Syekh Muhammad Nafis juga belajar pada para ulama terkenal, baik yang menetap maupun yang sewaktu-waktu berziarah dan mengajar di [[Haramain]] ([[Makkah]] dan [[Madinah]]) dalam berbagai cabang ilmu keislaman, seperti [[tafsir]], fikih, [[hadits]], ''ushuluddin'' (teologi), dan tasawuf.