Lampung: Perbedaan antara revisi

[revisi tidak terperiksa][revisi tidak terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Farhan Curious (bicara | kontrib)
k Vandals
Tag: Pembatalan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 1:
{{Kotakinfo provinsi
| nama = Daerah Istimewa Lampung
| translit_lang1 = bahasa Lampung
| translit_lang1_type = [[Aksara Lampung]]
Baris 74:
[[Berkas:Prov. Lampung.jpg|jmpl|Peta Administrasi provinsi Lampung]]
 
'''Daerah Istimewa Lampung''' ([[aksara Lampung]]: [[Berkas:Lampung-hadlampung.png|al=|nirbing|50x50px]]), adalah sebuah [[provinsi]] di bagian ujung selatan [[Pulau Sumatra]], [[Indonesia]]. Ibu kota provinsi dan pusat pemerintahannya berada di [[Kota Bandar Lampung]].<ref>{{Cite web |url=https://buliran.com/10382/profil-provinsi-lampung.html |title=Salinan arsip |access-date=2021-11-10 |archive-date=2021-11-10 |archive-url=https://web.archive.org/web/20211110160506/https://buliran.com/10382/profil-provinsi-lampung.html |dead-url=no }}</ref> Provinsi ini memiliki dua [[kota]], yaitu [[Kota Bandar Lampung|Bandar Lampung]] dan [[Kota Metro|Metro]], serta 13 kabupaten. Posisi provinsi Lampung secara geografis di sebelah barat berbatasan dengan [[Samudra Hindia]], di sebelah timur dengan [[Laut Jawa]], di sebelah utara berbatasan dengan provinsi [[Sumatra Selatan]] dan [[Bengkulu]], serta di sebelah selatan berbatasan dengan [[Selat Sunda]].
 
[[Provinsi Lampung]] memiliki pelabuhan utama bernama [[Pelabuhan Panjang|Pelabuhan Internasional Panjang]] dan [[Pelabuhan Bakauheni|Pelabuhan Penyebrangan Bakauheni]], bandar udara utama yakni [[Bandar Udara Internasional Radin Inten II|Bandara Internasional Radin IntanInten II]] terletak 28&nbsp;km dari ibu kota provinsi, serta stasiun kereta api besar [[Stasiun Tanjung Karang|Tanjung Karang]] yang terletak di pusat ibu kota provinsi. Pada 2020, penduduk provinsi Lampung berjumlah 9.007.848 jiwa, dengan kepadatan 268 jiwa/km<sup>2</sup>.<ref name="LAMPUNG"/>
 
== Sejarah ==
[[Berkas:PETA MARGA.jpg|jmpl|kiri|280px|Peta Pembagian Administratif yang menunjukkan wilayah daripada Kepaksian dan Marga Lampung marga indeling residentie Lampung 1 Saat Drukkerij 1930 yang diperkuat oleh Dewan Perwatin LMAL Provinsi Daerah Istimewa Lampung tahun 2005.]]
Pada abad ke- 7 tahun 671 Masehi zaman pra-sejarah Daerah Istimewa Lampung di [[Sumatra]], Sriwijaya menguasai sebagian besar [[Asia Tenggara]] hingga abad ke-11 Masehi, di adad ke-13 tahun 1289 Masehi penyebaran [[Islam]] awal bermula dari [[Batu Brak]] di tengkuk [[Gunung Pesagi|gunung pesagi]] daerah hanibung yang ditandai dengan adanya peninggalan pra-sejarah hingga zaman sejarah yakni [[Dolmen]] dan Megalitikum tertua di tanah Daerah Istimewa Lampung, lokasi ini secara administrative berada di wilayah [[Kabupaten Lampung Barat]] yang beribu kota di [[Liwa]], penyebaran ini menjadi tanda tonggak berdirinya [[Kerajaan]] di wilayah tersebut. Pada abad ke-16 Masehi Penyebaran [[Islam]] juga masuk dari [[Banten]] ke [[Tulang Bawang|Tolang Pohwang]], secara administrative berada di daerah [[Kabupaten Tulang Bawang]] [[Provinsi Lampung|Provinsi Daerah Istimewa Lampung]].
 
[[Provinsi Lampung|Provinsi Daerah Istimewa Lampung]] lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu [[Provinsi Lampung|Provinsi Daerah Istimewa Lampung]] merupakan keresidenan yang tergabung dengan [[Provinsi Sumatra Selatan]].
 
Kendatipun [[Provinsi Lampung|Provinsi Daerah Istimewa Lampung]] sebelum tanggal [[18 Maret]] [[1964]] tersebut secara administratif masih merupakan bagian dari [[Provinsi Sumatra Selatan]], namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di [[Nusantara]]. Oleh karenanya, pada zaman [[VOC]] di dapat dari berbagai sumber bawasanya [[Vereenigde Oostindische Compagnie|Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Perusahaan Hindia Timur)]] yang berada di bawah pemerintahan [[Belanda]] pada tahun [[1800]] selama abad ke-19 hingga abad ke-20, [[Hindia Belanda]] adalah salah satu koloni [[Eropa]] yang paling berharga di bawah kekuasaan [[Imperium Belanda]]. Tatanan sosial kolonial didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elit Belanda yang tinggi terpisah akan tetapi tetap berhubungan dengan penduduk pribumi yang dijajah oleh mereka, sedangkan istilah [[Indonesia]] digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun [[1880]] Masehi, nama [[Hindia Belanda]] tercatat dalam dokumen [[VOC]] pada awal tahun [[1620]] Masehi. Daerah Lampung sendiri tidak terlepas dari incaran penjajahan [[Belanda]].
 
[[Tulang Bawang|Lampung Tolang Pohwang]] kemungkinan besar pernah menjadi wilayah kekuasaan [[Kerajaan Sunda]], setidaknya sampai abad ke-16. Sebelum akhirnya [[Kesultanan Banten]] menghancurkan [[Pajajaran]], ibu kota [[Kerajaan Sunda]]. [[Sultan Banten]] yakni [[Sultan Ageng Tirtayasa]], lalu tidak mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Hal ini dijelaskan dalam buku ''The Sultanate of Banten'' karya Claude Guillot pada halaman 19 sebagai berikut:{{quote|''"From the beginning it was abviously Hasanuddin's intention to revive the fortunes of the ancient kingdom of Pajajaran for his own benefit. One of his earliest decisions was to travel to southern Sumatra, which in all likelihood already belonged to Pajajaran, and from which came bulk of the pepper sold in the Sundanese region".<ref name="Claude Guillot">{{cite book|last =Guillot|first =Claude.|publisher= Gramedia Book Publishing Division|title = The sultanate of Banten|date =|year =1990|page =19
}}</ref>''}}
 
Di bawah pimpinan [[Sultan Ageng Tirtayasa]] ([[1651]]–[[1683]]1651–1683) [[Banten]] berhasil menjadi pusat perdagangan yang dapat menyaingi [[VOC]] di perairan [[Jawa]], [[Sumatra]] dan [[Maluku]]. Dalam masa pemerintahannya, [[Sultan Ageng]] berupaya meluaskan wilayah kekuasaan [[Banten]] yang terus mendapat hambatan karena dihalangi [[VOC]] yang bercokol di [[Batavia]]. [[VOC]] yang tidak suka dengan perkembangan [[Kesultanan Banten]] mencoba berbagai cara untuk menguasainya termasuk mencoba membujuk [[Abu an-Nasr dari Banten|Sultan Abu Nashar Abdul Qahar]], Putra [[Sultan Ageng]] untuk melawan Ayahnya sendiri.
 
Dalam perlawanan menghadapi ayahnya sendiri, [[Abu an-Nasr dari Banten|Sultan Abu Nashar Abdul Qahar]] meminta bantuan [[VOC]] dan sebagai imbalannya ia menjanjikan akan menyerahkan penguasaan atas daerah Lampung kepada [[VOC]]. Akhirnya pada tanggal [[7 April]] [[1682]] [[Sultan Ageng Tirtayasa]] disingkirkan dan Sultan Haji dinobatkan menjadi [[Sultan Banten]].
 
Dari perundingan-perundingan antara VOC dengan [[Abu an-Nasr dari Banten|Sultan Abu Nashar Abdul Qahar]] menghasilkan sebuah piagam dari [[Abu an-Nasr dari Banten|Sultan Abu Nashar Abdul Qahar]] tertanggal 27 Agustus 1682 yang isinya antara lain menyebutkan bahwa sejak saat itu pengawasan perdagangan rempah-rempah atas daerah Lampung diserahkan oleh Sultan Banten kepada VOC yang sekaligus memperoleh monopoli perdagangan di daerah Lampung.