Pangeran Walangsungsang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 50:
Pada tahun 1474, [[Syarif Hidayatullah]] berangkat ke [[Jawa]] untuk mendakwahkan [[agama Islam]]. Sebelumnya, ia telah banyak berguru kepada sejumlah ulama Arab di [[Kesultanan Mamluk (Kairo)|Kesultanan Mamluk]], khususnya di [[Mekkah]] dan [[Bagdad|Baghdad]]. Dalam perjalanan ke [[Jawa]], ia singgah di [[Gujarat]] dan [[Pasai]]. Di Pasai, ia bertemu dengan [[Maulana Ishaq]], ayah [[Sunan Giri]].
Setahun kemudian, pada tahun 1475,{{Efn|Tahun menurut perkiraan Unang Sunardjo.{{sfn|Sunardjo|1983|pp=53-54}}}} [[Syarif Hidayatullah]] tiba di [[Jawa]]. Ia mendarat di [[Banten]], dan tampaknya bertemu dengan [[Sunan Ampel]], seorang ulama anggota [[Wali Sanga|Dewan Walisanga]]. Ia mengajaknya ke pesantren yang dipimpinnya di Ampeldenta ([[Surabaya]]) dan menggemblengnya sebagai seorang [[pendakwah]]. Ia akhirnya diangkat sebagai anggota [[Wali Sanga|Walisanga]], dengan tugas menyebarkan Islam di [[Tatar Sunda]] ([[Jawa Barat]]). Setelah itu, [[Syarif Hidayatullah]] akhirnya berlayar ke [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], didampingi sekelompok [[pelaut]] [[India]] pimpinan Dipati Keling, yang telah memeluk [[Islam]] dan mengabdi kepadanya.{{Sfn|Sunardjo|1983|p=52-53}} Sesampainya di [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]], ia disambut oleh pamannya, Cakrabuana. Oleh sang paman (''
=== Pernikahan Syarif Hidayatullah dengan Dewi Pakungwati ===
|