Dampak pandemi Covid-19 terhadap migrasi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k pemberian cetak tebal pada judul Tag: kemungkinan perlu dirapikan VisualEditor |
kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 15:
=='''Pembatasan Perjalanan dan Migrasi'''==
Pemerintah di seluruh dunia telah mengeluarkan pembatasan migrasi, termasuk larangan mutlak untuk melakukan perjalanan. Organisasi Internasional untuk Migrasi mencatat bahwa hingga Juni 2020, total 216 negara telah menetapkan lebih dari 45.300 pembatasan perjalanan untuk menahan penyebaran COVID-19. Dari 763 bandara yang disurvei di seluruh dunia, 69 persen ditutup sebagian atau seluruhnya. Lebih dari 80 persen penyeberangan perbatasan darat ditutup sebagian atau seluruhnya. Pemberlakuan penutupan dan pelarangan ini menyebabkan sejumlah besar migran terdampar, yang berarti mereka ingin tetapi tidak dapat kembali ke rumah. Para migran yang terdampar ini termasuk pekerja musiman, pelajar internasional, pemegang visa sementara, dan migran yang melakukan perjalanan untuk berobat. Para migran ini sering kali tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan bantuan pemerintah karena status migrasi mereka, yang mengakibatkan ratusan keluarga jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem. Orang-orang yang bekerja di laut ("pelaut") menghadapi masalah mobilitas tambahan karena pembatasan perjalanan akibat COVID-19. Sejumlah besar personel maritim, termasuk nelayan dan karyawan di kapal pesiar dan kapal kargo, telah terdampar di laut Selama berbulan-bulan.
{{sedang ditulis}}
== Referensi ==
{{Reflist}}
|