Tata Surya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kwamikagami (bicara | kontrib)
Rvy09 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
Berdasarkan jaraknya dari Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah [[Merkurius]] (57,9 juta [[km]]), [[Venus]] (108 juta km), [[Bumi]] (150 juta km), [[Mars]] (228 juta km), [[Jupiter]] (779 juta km), [[Saturnus]] (1.430 juta km), [[Uranus]] (2.880 juta km), dan [[Neptunus]] (4.500 juta km). Keempat planet terdalam, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars adalah [[planet kebumian]] yang terdiri atas batuan dan logam. Sementara itu, keempat planet terluar adalah [[planet raksasa]] yang jauh lebih besar dari planet kebumian. Dua planet terbesar, yaitu Jupiter dan Saturnus adalah [[Raksasa gas|planet raksasa gas]] yang sebagian bersar terdiri atas [[hidrogen]] dan [[helium]]. Dua planet lainnya, Uranus dan Neptunus, adalah planet raksasa es yang terdiri atas senyawa dengan titik leleh lebih tinggi dari hidrogen dan helium, disebut [[Volatil|senyawa volatil]] seperti air, [[amonia]], dan [[metana]].
 
Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai [[planet kerdil|planet katai]]. Orbit planet-planet katai, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari Neptunus. Kelima planet katai tersebut ialah [[Ceres]] (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), [[Pluto]] (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), [[Haumea]] (6.450 juta km), [[Makemake]] (6.850 juta km), dan [[Eris]] (10.100 juta km).
 
Enam dari kedelapan planet dan tiga dari kelima planet katai itu dikelilingi oleh [[satelit alami]]. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh [[cincin planet]] yang terdiri dari debu dan partikel lain.
Baris 18:
[[Berkas:GerardKuiper.jpg|jmpl|upright|Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi]]
;Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh [[Emanuel Swedenborg]] (1688–1772)<ref>Swedenborg, Emanuel. 1734, (Principia) Latin: Opera Philosophica et Mineralia (English: Philosophical and Mineralogical Works), (Principia, Volume 1)</ref> tahun 1734 dan disempurnakan oleh [[Immanuel Kant]] (1724–1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh [[Pierre Marquis de Laplace]]<ref>{{cite journal |year=1909| title= The Past History of the Earth as Inferred from the Mode of Formation of the Solar System| journal=Proceedings of the American Philosophical Society | volume=48 | pages=119 | author=See, T. J. J. | url=http://links.jstor.org/sici?sici=0003-049X%28190901%2F04%2948%3A191%3C119%3ATPHOTE%3E2.0.CO%3B2-U&size=LARGE | accessdate=2006-07-23}}</ref> secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari [[debu]], [[es]], dan [[gas]] yang disebut [[nebula]], dan unsur gas yang sebagian besar [[hidrogen]]. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat [[gaya]] [[gravitasi]], gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk [[planet dalam]] dan [[planet luar]]. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.<ref name=history>{{cite journal|title=The Solar System: Its Origin and Evolution|author=M. M. Woolfson|work=Physics Department, University of New York|journal=Journal of the Royal Astronomical Society|volume=34|pages=1–20|year=1993|url=http://articles.adsabs.harvard.edu/cgi-bin/nph-iarticle_query?bibcode=1993QJRAS..34....1W&db_key=AST&page_ind=0&data_type=GIF&type=SCREEN_VIEW&classic=YES
|accessdate=2008-04-16}}</ref>