Sebuli, Kelumpang Tengah, Kotabaru: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 66:
 
Bagi orang yang asli keturunan Syarif, biasanya mereka menyembunyikan gelar Syarifnya agar masyarakat tidak sungkan untuk dekat dan berkomunikasi langsung dengannya. Selain itu mereka juga merasa belum layak memiliki gelar Syarif karena takut menodai gelar Syarif tersebut dengan kekurangan yang dimiliki, Para Ulama berpesan agar gelar Syarif ini tidak digunakan secara sembarangan, apalagi jika orang yang bukan keturunan Pangeran Syarif, hal ini sebagai bentuk ihtiyat (hati-hati) untuk meminimalisir potensi tumbuhnya rasa sombong hati. Belanda melakukan politik pecah belah dengan mengangkat keturunan Pangeran Syarif yang lainya menjadi perangkat pemerintahan sedangkan keturunan Pangeran Syarif setia pada kesultanan banjar diperangi bahkan di bunuh, kisah perpecahan keturunan Pengeran Syarif ini merupakan sebuah drama yang sering pula terjadi pada beberapa keluarga lainnya. sangat banyak orang banjar yang keliru memahami sebuah gelar jabatan dijaman dahulu yang sering berbau sansekerta, hal seperti sebenarnya lumrah di wilayah nusantara, ini bukan hanya di kerajaan banjarmasin saja, bahkan dikerajaan lain di sumatera dan kalimantan juga, jika seseorang mendapatkan sebuah jabatan maka akan diberi gelar, setelah lama, nama asli orang tersebut menjadi terlupakan, artinya itu sebuah jabatan yang berdasarkan pertalian darah, tidak mungkin dijaman itu memberikan kekuasaan apalagi setingkat kiai dan tumenggung kepada orang asing yang tiba-tiba datang entah dari mana…penggunaan gelar-gelar dalam birokrasi di jaman dahulu, gelar paling bawah yang memimpin suatu kampung atau dusun adalah seseorang yang bergelar pambakal, diatas Pambakal (Kades) adalah adalah Kiai (Camat) yang membawahi beberapa Pambakal dan biasanya menguasai satu anak sungai besar atau beberapa anak sungai kecil dimana kampung-kampung itu berada, diatas Kiai adalah Tumenggung (Bupati) yang menguasai sebuah sungai yang membawahi beberapa Kiai, dan diatas Tumenggung adalah seorang Adipati (Gubernur) yang juga bisa dipanggil Pangeran yang membawahi sebuah provinsi atau daerah bawahan. Pangkat Pambakal, Kiai Tumenggung dan Adipati, biasanya hanya dijabat berdasarkan ikatan darah keluarga bangsawan setempat. Gelar-gelar ini pada jaman kolonial tetap digunakan meski peruntukannya tidak seketat dijaman kesultanan. Belanda sering melakukan politik pecah belah dengan mengangkat keturunan Pangeran Syarif yang lain menjadi perangkat pemerintahan serta memburu keturunan Pangeran Syarif yang masih setia kepada kesultanan banjar, kisah perpecahan keturunan Pangeran Syarif dan Ratu Syarif ini merupakan sebuah drama yang sering pula terjadi pada beberapa keluarga bangsawan lain.
 
Sebuah nama yang disebut terlibat dalam Perang Banjar bersama-sama Pangeran Hidayatullah, Pangeran Antasari, Demang Leman, Tumengung Jalil dan Haji Buyasin serta yang lainya, adalah Sayyid Ahmad Sambas Abu Numai Al-Hasani. Sayyid Sambas ketika meletus Perang Banjar merupakan salah satu pimpinan penyerangan terhadap benteng Pengaron, dan bergerilya di wilayah Riam Kanan, Riam Kiwa (Kiri), Martapura dan Rantau.
Satu sosok bernama Pangeran Sayyid Zein Al-Aidid yang mengawini Putri Sultan Sunan Nata Alam, Sayyid Zien lahir awal 1800-an. Pangeran Syarif Umar putra hasil perkawinannya dengan Ratu Maimunah, gugur dalam pertempuran melawan Belanda di Paringin (kini Kabupaten Balangan, Kalsel) tahun 1860. Pangeran Syarif Umar mempunyai seorang putra bernama Syarif Abu Bakar. Syarif Abu Bakar dan putrinya Syarifah Intan (4 tahun) ikut dalam rombongan Pangeran Hidayatullah yang diasingkan Belanda di Cianjur, 3 Maret 1862. Pangeran Syarif Umar Al-Aidid (Adik lpar Pangeran Hidayatullah). Disebutkan pula sosok nama Tokoh-tokoh Hebat atau Tokoh pejuang rakyat Banjar. Habib Ali Al-Qadri (Pemimpin Arab Kalimantan Barat)