Suku Palembang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Adat dan budaya: Perbaikan tata bahasa
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Herryz (bicara | kontrib)
k Pengembalian suntingan oleh 203.78.116.57 (bicara) ke revisi terakhir oleh 180.242.7.253
Tag: Pengembalian
Baris 25:
{{main|Sejarah Palembang}}
 
Sejarah orang Melayu Palembang erat kaitannya dengan sejarah [[Palembang]] itu sendiri sebagai tempat asal dan wilayah utama bagi masyarakat Melayu Palembang. Palembang merupakan salah satu kota yang telah ada sejak zaman kuno di Sumatra yang berperan penting utamanya dalam bidang perdagangan dalam kawasan [[Asia Tenggara]]. Pada awal abad ke-6, sebuah kemaharajaan bernama [[Sriwijaya]] lahir di Palembang yang mengindikasikan bahwa masyarakat Melayu Palembang merupakan masyarakat yang memiliki mutu peradaban yang tinggi.
 
Secara historis, berdasarkan salah satu prasasti kuno yang ditemukan di Palembang menyebutkan bahwa [[Dapunta Hyang]] (sang pendiri dinasti kemaharajaan Sriwijaya) merupakan seorang tokoh yang berasal dari daerah [[Minanga]] di belahan barat Sumatra atau dikenal sekarang Sumatera barat:
Baris 34:
Memasuki masa abad selanjutnya, kira-kira pada pertengahan abad ke-9, [[Jawa]] dan [[Sumatra]] (termasuk juga Palembang) dipersatukan di bawah kekuasaan dinasti [[Sailendra]] yang memerintah di Jawa, dengan pusatnya yang berlokasi di Palembang.<ref name=Coedes>{{cite book|last= Coedès|first= George|author-link= George Coedès|editor= Walter F. Vella|others= trans.Susan Brown Cowing|title= The Indianized States of Southeast Asia|year= 1968|publisher= University of Hawaii Press|isbn= 978-0-8248-0368-1}}</ref>{{rp|92}}
 
Memasuki abad ke-14, Orang Melayu Palembang berada dalam kekuasaan Kerajaan di Jawa [[Majapahit]] yang tercantum dalam [[Sumpah Palapa]] sebagai taklukan dari [[Majapahit]]. Memasuki awal abad ke-17, Palembang menjadi pusat pemerintahan yang bernuansa Islam dengan pendirinya [[Susuhunan Abdurrahman]], bangsawan Palembang pelarian dari [[Kesultanan Demak]] akibat kemelut politik setelah mangkatnya [[Sultan Trenggana]]. Hal ini jugalah yang menjadi salah satu faktor utama mengapa masyarakat Melayu Palembang memiliki pengaruh unsur Jawa terutama dalam hal linguistik, sistem kebangsawanan dan lain sebagainya. {{cn}}
 
== Arsitektur ==
Baris 46:
[[File:Rumah Bari, Palembang, Amerta - Berkala Arkeologi 3, hal. 5.jpg|thumb|250px|right|Rumah Bari di Palembang]]
 
Rumah Bari adalah salah satu rumah tradisional atau rumah adat masyarakat Melayu Palembang yang telah terpelihara dengan baik sejak dahulu kala. Rumah Bari tidak dapat dipisahkan dengan sejarah etnis Melayu Palembang itu sendiri, dan rumah tradisional ini dianggap sebagai salah satu arsitektur khas Melayu Palembang yang paling menonjol.
 
[[File:Coat of arms of South Sumatra.svg|thumb|250px|ki|Atap rumah Bari tergambar dalam lambang provinsi Sumatra Selatan]]
Baris 69:
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een winkel op een vlot (rakit) tegenover Palembang Zuid-Sumatra TMnr 10002664.jpg|thumb|250px|ki|Rumah Rakit di Palembang, {{circa}} 1850an]]
 
[[Sungai Musi]] merupakan urat nadi kota Palembang, Sumatra Selatan, Indonesia. Dalam catatan Belanda, pada awal abad ke 19, kota ini disebut "Venesia Dari [[Hindia Belanda|Timur]]" atau kota air, karena lebih dari 100 sungai dan anak sungai mengalir di dalam kota ini. Bagi masyarakat Melayu Palembang, keberadaan sungai-sungai berfungsi sebagai sumber makanan, mata pencaharian, dan terutama sumber air. Dalam arsitektur yang mempunyai konsep ''built environment'', bangunan selalu dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Dengan kata lain, kondisi alam secara langsung akan mempengaruhi perilaku manusia termasuk dalam merancang bentuk arsitektur rumahnya.
 
Rumah Rakit adalah bentuk rumah yang tertua di kota Palembang dan mungkin telah ada jauh sebelum masa kemaharajaan Sriwijaya. Rumah Rakit juga menjadi ciri khas masyarakat yang hidup di sungai sebagai tempat tinggal menetap terapung yang pertama dikenal oleh masyarakat etnis Komering dan juga etnis Musi, hanya saja pada Rumah Rakit khas etnis Melayu Palembang biasanya memiliki hiasan ukiran timbul (berupa stilisasi daun dan kembang) dengan warna merah hati dan emas yang mencolok. Pada tahun 2010, Rumah Rakit secara resmi disahkan sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Takbenda]] dalam aspek arsitektural oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Rumah Rakit|lang=id|trans-title=Rakit house|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=518|access-date=5 February 2022|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia}}</ref>
Baris 82:
 
== Gelar ==
[[File:Gilded copper crown Indonesia Palembang region Sumatra 1880-1930 CE (2482527031).jpg|thumb|250px|ka|Mahkota tembaga bermotif khas Melayu Palembang dipamerkan di Museum Seni Asia (San Francisco) di [[California]], salah satu pusaka ini berkemungkinan dicuri atau diambil dari etnis Melayupribumi Palembang pada masa {{circa}} 1880-1930 M]]
 
{{Further|Gelar kehormatan dalam Kesultanan Palembang}}
 
Menurut peranannya yang menonjol, masyarakat Melayu Palembang digolongkan kedalam dua kelompok utama, yakni ''Wong Jero'' {{aka}} ''Wong Jeroo'' ({{lit}} 'golongan bangsawan') dan ''Wong Jabo'' ({{lit}} 'golongan masyarakat umum'). Gelar-gelar kebangsawanan masyarakat Melayu Palembang sangat dipengaruhi oleh sistem kebangsawanan atau ningrat etnis Jawa karena hubungan erat antar kedua entitas kebangsawanan yang dipengaruhi faktor hubungan Palembang dan Jawa di masa lampau terkhusus pada masa [[Kesultanan Palembang]].
 
=== Pria ===
* '''''Ki''''', '''''Kie''''', '''''Ke''''', atau '''''Kyai'''''
** '''''Kimas/Ki Mas''''', '''''Kiemas/Kie Mas''''', '''''Kemas''''', atau '''''Kyai Mas''''', gelar kebangsawanan lelaki yang bersusur galur utama dari Kemas Anom Dipati.
** '''''Ki Gede''''' atau '''''Kyai Gede''''', termasuk salah satu gelar kebangsawanan paling awal yang digunakan oleh masyarakat Melayu Palembang yang dipengaruhi oleh sistem ningrat atau kebangsawanan etnis Jawa. Dalam struktur masyarakat etnis Jawa, gelar ''Ki'' atau ''Kyai'' merupakan gelar kehormatan yang diberikan kepada seseorang yang dianggap bijaksana ataupun juga memiliki asal usul aristokrat.
** '''''Kiagus''''' atau '''''Kyai Agus'''''.
* '''''Mas'''''
Baris 136:
==== Gadis Palembang ====
[[File:KITLV A218 - Dansuitvoering door vrouwen uit Palembang, KITLV 37098.tiff|thumb|250px|ki|Pertunjukan Tari Gadis Palembang di Sumatra Selatan, {{circa}} 1860an]]
Gadis Palembang adalah merupakan tarian tradisional masyarakat Melayu Palembang yang biasanya dibawakan oleh para remaja putri dengan mengenakan pakaian adat Melayu Palembang dan diiringi oleh lantunan musik tradisional khas Melayu Palembang.
 
==== Gending Sriwijaya ====
Baris 142:
{{multiple image | width = 180 | image1 = Stamp of Indonesia - 1992 - Colnect 252822 - Traditional Dances.jpeg | alt1 = Tari Gending Sriwijaya pada perangko Republik Indonesia tahun edisi 1992 | image2 = Stamp of Indonesia - 1993 - Colnect 252647 - Tari Gending Sriwijaya.jpeg | alt2 = Tari Gending Sriwijaya pada perangko Republik Indonesia tahun edisi 1993| footer = Tari Gending Sriwijaya pada perangko Republik Indonesia}}
 
[[Gending Sriwijaya]] umumnya mengacu pada pertunjukan tradisional Palembang yang berkiblat pada budaya Sriwijaya atau Pra-Islam baik itu berupa lagu, gaya musik, maupun pertunjukan tari. Secara historis, [[Palembang]] adalah pusat kemaharajaan [[Sriwijaya]] ([[bahasa Palembang|Melayu Palembang]]: ''Kadatuan Sriwijaya''), pertunjukan tari Gending Sriwijaya yang diciptakan oleh masyarakat Melayu Palembang ini secara khusus mempunyai makna filosofis untuk menggambarkan kemegahan, kemurnian budaya, kejayaan, dan kemegahan kemaharajaan Sriwijaya yang pernah berjaya dalam menguasai sebagian besar wilayah Asia Tenggara. Pada tahun 2010, Gending Sriwijaya secara resmi disahkan sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Takbenda]] oleh [[Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia]].<ref>{{Cite web|title=Gending Sriwijaya|lang=id|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=614|access-date=5 February 2022|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia}}</ref>
 
==== Pagar Pengantin ====
[[File:PAGAR PENGANTIN.jpg|thumb|250px|ki|Tari Pagar Pengantin biasanya dibawakan dalam acara-acara yang mengusung adat Melayunuadat Palembang, salah satunya yakni dalam upacara pernikahan]]
 
Pagar Pengantin adalah tarian tradisional masyarakat Melayu Palembang yang biasanya dibawakan oleh para penari wanita dalam acara-acara sakral adat Melayu Palembang, salah satu contohnya yakni dalam upacara pernikahan adat budaya Melayu Palembang. Tarian ini dipercaya oleh masyarakat Melayu Palembang dapat membawa keberuntungan atau rejeki yang baik bagi pasangan yang baru menikah. Ini adalah salah satu tarian tradisional Palembang yang paling umum dilakukan dalam pernikahan Adat Melayu Palembang.
 
== Lihat juga ==