Negara-negara Tentara Salib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 149:
Negara-negara Tentara Salib merupakan pusat-pusat ekonomi yang menghambat usaha dagang Muslim, baik usaha dagang lewat laut dengan dunia Barat maupun usaha dagang lewat darat dengan [[Mesopotamia]], Suriah, dan ekonomi perkotaan Sungai Nil. Perdagangan dilanjutkan dengan kota-kota pesisir yang menjadi pintu keluar barang-barang dari daerah-daerah Muslim di pedalaman, dan jumlah barang-barang pecah belah buatan Timur yang diekspor ke Eropa jauh lebih besar daripada yang sudah-sudah. Usaha dagang Romawi Timur-Muslim mungkin sudah bertumbuh pada abad ke-12 dan ke-13, tetapi agaknya Perang Salib mempercepat laju pertumbuhannya. Populasi dan ekonomi Eropa Barat sedang mengalami lonjakan, yang melahirkan suatu golongan masyarakat berkembang yang menginginkan barang-barang kerajinan dan barang-barang impor dari Timur. Armada-armada Eropa bertambah besar dengan kapal-kapal yang lebih baik, ilmu navigasi mengalami kemajuan, dan para peziarah yang membayar tarif angkut penumpang membantu meringankan biaya pelayaran. Usaha tani yang kebanyakan ditekuni masyarakat pribumi mengalami perkembangan sebelum Kerajaan Yerusalem perdana ditumbangkan pada tahun 1187, tetapi ditelantarkan sesudahnya. Orang Peringgi, Muslim, Yahudi, dan Kristen pribumi berjual beli hasta karya di [[bazar|''suq'']], pasar khas Dunia Timur yang terdapat di kota-kota.{{sfn|Prawer|1972|p=382}}
Buah zaitun, buah anggur, gandum, dan jelai adalah hasil-hasil pertanian utama sebelum Salahudin melancarkan aksi penaklukan. Pembuatan kaca dan produksi sabun merupakan usaha-usaha industri besar di kota-kota.{{sfn|Boas|1999|p=76}} Orang-orang Italia, [[Provence|Provensya]], dan [[orang Catalunya|Katala]] memonopoli bidang usaha angkutan laut, ekspor-impor barang, transportasi, dan perbankan. Hasil pungutan pajak dagang, pajak pasar, pajak peziarah, dan pajak industri, ditambah hasil pengusahaan tanah merupakan sumber penghasilan kaum ningrat dan Gereja orang Peringgi.{{sfn|Prawer|1972|pp=352–354}} Monopoli tuan tanah atau hak ''[[Ban (Abad Pertengahan)|ban]]'' mewajibkan penggarap lahan untuk menggunakan kilang, pemanggang roti, dan fasilitas-fasilitas lain milik tuan tanah. Keberadaan batu kilangan di sebagian besar hunian keluarga merupakan bukti usaha kawula tani untuk mengelak dari beberapa bidang monopoli tuan tanah dalam beberapa bidang.{{sfn|Boas|1999|p=61}} Pusat-pusat produksi adalah Antiokhia, Tripoli, Tirus, dan Beirut. Bahan sandang, teristimewa sutra, kaca, aneka kain celupan, zaitun, minuman anggur, minyak wijen, dan gula merupakan komoditas ekspor.{{sfn|Prawer|1972|pp=392–393}}
Orang Peringgi membuka pasaran pakaian dan barang jadi.{{sfn|Prawer|1972|pp=396–397}} Mereka mengadopsi sistem ekonomi pribumi yang lebih termonetisasi dengan menggunakan alat tukar bauran uang perak kawasan utara Italia dan uang perak kawasan selatan Prancis. Uang tembaga Peringgi dicetak dengan gaya Arab dan Romawi Timur, demikian pula [[dirham]] perak dan dinar emas. Selepas tahun 1124, orang Peringgi meniru dinar Mesir dan menciptakan [[bezant]] emas Yerusalem. Sesudah Kerajaan Yerusalem perdana ditumbangkan pada tahun 1187, perdagangan menggeser pertanian di bidang ekonomi, dan uang logam Barat lumrah digunakan di mana-mana. Sekalipun Tirus, Sidon, dan Beirut mengeluarkan uang perak pecahan kecil dan uang tembaga, tidak banyak bukti yang menunjukkan adanya usaha sistematis untuk menciptakan mata uang bersama.{{sfn|Tyerman|2019|pp=120–121}}