Trilaksana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: mengubah tempat lahir Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 8:
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena terkondisi adalah penderitaan.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena yang terkondisi adalah penderitaan.’
 
Para bhikkhu, apakah para Tathāgata muncul atau tidak, hukum ini tetap berlaku, kestabilan Dhamma ini, jalan pasti Dhamma ini: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’ Seorang Tathāgata tercerahkan pada hal ini dan menerobosnya, dan kemudian Beliau menjelaskannya, mengajarkannya, menyatakannya, menetapkannya, mengungkapkannya, menganalisisnya, dan menguraikannya sebagai berikut: ‘Segala fenomena adalah tanpa-diri.’}}Karena itu pendambaan atau kemelekatan pada suatu hal-ihwal -baik lahiriah maupun kejiwaan (atau ideologis) - pada akhirnya akan metampakan dan membawa kesengsaraan. Dalam aliran [[Mahayana]] ciri tersebut sering kali disebut ''Segel Dharma'' (Dharma Seals) sedang dalam tradisi [[Theravada]] disebut Tilakkhana atau Tiga Corak Umum (atau Tiga Kesunyataan Mulia ; atau sering kali dikenal pula dengan sebut ''Tiga Corak Kehidupan'').
 
Dalam filosofi Buddhis, [[Sang Buddha]] menyimpulkan bahwa semua fenomena materi ([[Pali]]: ''Rūpa''] dan semua fenomena batin ([[Pali]]: ''Nāma''), atau [[Khandha|Pañcakkhandha]], ditandai oleh tiga ciri umum ini.
Dalam falsafah Buddhis, [[Sang Buddha]] menyimpulkan bahwa semua yang ada di dunia fisik ([[Pali]]: ''Rupa''] dan ditambah semua fenomena dari kejiwaan ([[Pali]]: ''Nama'') ditandai oleh 3 ciri umum ini. Segenap bentuk dan pandangan yang tampak dan tidak tampak merupakan perakitan dari "Nama-Rupa" (''fysio-psycho phenomenology''). Keberadaan alam "Nama-Rupa" ini adalah akibat kemampuan serap persepsi ([[Pali]]: ''sañña'') yang pada gilirannya diakibatkan oleh pengkondisian ([[Pali]]: ''sankhara''). Pengkondisian pada gilirannya adalah kebutuhan untuk membuat kejelasan dalam kejahilan, sedang kejahilan ([[Pali]]: ''Avija'') itu sendiri diakibatkan oleh kelahiran atau keberadaan kembali. Karena segenap hal-ihwal pada instansi terakhir bertumpu pada persepsi maka segenap hal-ihwal mengandung ''Tiga Corak Umum'' ini karena dasarnya adalah pengkondisian yang bermula pada kejahilan.
 
* '''Ketidak-kekalan''' ([[bahasa Pali|Pali]]: ''Anicca''; [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: ''anitya''); ini menunjukkan bahwa semuasegala kondisifenomena yang terkondisi akan hilanglenyap atau tidak kekal, tetapi juga menunjukkanatau semua kondisi pada situasi yang terus berputar (bayangkan sebuah daun tumbuh dari sebuah pohon, daun itu akan rontok dari pohon dan digantikan dengan daun yang baru).
* '''Penderitaan''' ([[bahasa Pali|Pali]]: ''Dukkha'' ; [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: ''duhkha''); seringjuga pulasering diterjemahkan sebagai "ketidak-puasan". artiSifat filosofisnyaini lebihjuga menyerupaidapat diartikan sebagai "kegelisahan", selayaknya berada dalam keadaan terganggu. Dengan demikian, "penderitaan" merupakan artian yang terlalu sempit untuk "konotasi emosional yang negatif" (Jeffrey Po),<ref>{{en}} Jeffrey Po, [http://www.4ui.com/eart/172eart1.htm “Is Buddhism a Pessimistic Way of Life?”] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090418205358/http://www.4ui.com/eart/172eart1.htm |date=2009-04-18 }}</ref>
* '''Tanpa Inti''' ([[bahasa Pali|Pali]]: ''Anatta'' ; [[bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: ''anatman''); atau ke Tidak-akuan, impersonal, Tanpa-Roh, atau Tanpa-Ego, adalah antipola dari konsep "Diri" atau Ego. Dalam tradisi Hindu, ada kebenaran yang mengikat segala fenomena atau zat pengikat segala hal -ihwal ([[Sanskrit]]: "Atman"). ''Anatta'' merupakan suatu ciri umum yang dimiliki oleh segenap perakitan fisik dan komponen psikologis. Karena semua perakitan ini secara tersendiri tunduk kepada perubahan terus menerus dan tetap, tanpa ada kontrol dari diri pengamat. Pengenalan anatta adalah apabila pengamat dapat melihat bahwa sesungguhnya segala hal-ihwal tidak memiliki inti pusat (atau inti sari - [[Pali]]: ''suññata''). Karena kekosongan makna ini maka sikap yang manusia yang logis adalah tidak berpamrih.
 
Seringkali disebutkan Segel Dharma yang keempat: