Bahasa Melayu Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 34:
== Sejarah ==
[[Berkas:Kerinci MSS detail.jpg|thumb|Perincian [[Aksara Rencong]], sistem penulisan yang ditemukan di [[Sumatra]] bagian Tengah.<ref>{{Cite journal |last=Voorhoeve |first=P. |date=1970 |title=Kerintji Documents |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=126 |issue=4 |pages=369–399 |doi=10.1163/22134379-90002797 |doi-access=free}}</ref> Teks itu berbunyi (ejaan Voorhoeve): "haku manangis ma / njaru ka'u ka'u di / saru tijada da / tang [hitu hadik sa]", yang diterjemahkan oleh Voorhoeve sebagai: "Aku menangis menyeru kau. Kau diseru tiada datang" (hitu adik sa- adalah sisa baris ke-4.)]]
Awal [[Era Umum|era umum]] menjadi saksi pengaruh peradaban India yang tumbuh di kepulauan ini. Sebelum kedatangan para pedagang India ke Kepulauan Melayu, bahasa yang digunakan masyarakat setempat dikenal dengan bahasa Melayu Purba. Dengan penyerapan dan penyebaran perbendaharaan kata [[Rumpun bahasa Dravida|Dravida]] dan pengaruh [[Agama Dharmik|agama-agama besar India]] seperti [[Agama Hindu|Hindu]] dan [[Agama Buddha|Buddha]], [[Bahasa Proto-Melayu|bahasa Melayu PurbaPurwa-Malayik]] berkembang menjadi bahasa Melayu Kuno. [[Prasasti Dong Yen Chau]] diyakini berasal dari abad ke-4 M, ditemukan di barat laut Tra Kieu, dekat ibu kota lama [[Kerajaan Champa|Campa]] di [[Indrapura, Champa|Indrapura]], [[Vietnam]] modern.<ref>{{harvnb|Abdul Rashid|Amat Juhari|2006|p=27}}</ref><ref>{{harvnb|Arkib Negara Malaysia|2012}}</ref><ref>{{harvnb|Morrison|1975|pp=52–59}}</ref>  Namun, bahasa ini dianggap ditulis dalam [[Bahasa Cham|bahasa Cam Kuno]] daripada bahasa Melayu Kuno oleh para ahli seperti Graham Thurgood. Spesimen bahasa Melayu Kuno yang tidak menimbulkan perdebatan adalah [[Prasasti Sojomerto]] abad ke-7 M dari [[Jawa Tengah]], [[Prasasti Kedukan Bukit]] dari [[Sumatra Selatan]], dan beberapa prasasti lain yang berasal dari abad ke-7 hingga ke-10 yang ditemukan di [[Sumatra]], [[Semenanjung Malaya]], [[Jawa]], pulau-pulau lain di [[Kepulauan Sunda]], serta [[Luzon]]. Semua prasasti bahasa Melayu Kuno menggunakan aksara India seperti [[aksara Pallawa]], [[Aksara Nāgarī|Nagari]] atau aksara-aksara Sumatra Kuno yang dipengaruhi India.<ref>{{Cite journal |last=Molen |first=Willem van der |date=2008 |title=The Syair of Minye Tujuh |journal=Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde |volume=163 |issue=2/3 |pages=356–375 |doi=10.1163/22134379-90003689 |doi-access=free}}</ref>
 
Tata bahasa Melayu Kuno sangat dipengaruhi oleh kitab-kitab [[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]] dari segi [[fonem]], [[morfem]], [[kosakata]], dan ciri-ciri keilmuan, terutama apabila kata-kata tersebut berkait erat dengan budaya India seperti [[Puja (agama Hindu)|puja]], [[Bhakti|bakti]], [[kesatria]], [[maharaja]], dan [[Raja (penguasa)|raja]], serta pada agama Hindu-Buddha seperti [[Dvesha (agama Buddha)|dosa]], [[pahala]], [[naraka|neraka]] atau [[Svarga|surga]], puasa, [[swami|sami]], dan [[Wihara|biara]], yang bertahan hingga kini. Bahkan, beberapa orang Melayu tanpa memandang agama pribadi mempunyai nama yang berasal dari [[bahasa Sanskerta]] seperti nama-nama dewa atau pahlawan Hindu India antara lain Putri, Putra, Wira, dan Wati.