Perang Salib Pertama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
k Hungaria
Baris 101:
Di pinggiran barat Eropa dan dalam menghadapi ekspansi kaum Islam, [[Reconquista]] di [[Semenanjung Iberia]] masih terus berlangsung pada abad ke-11; hal ini sesekali merupakan isu ideologis, sebagaimana dibuktikan oleh ''[[Kodeks Vigilanus]]'' yang disusun pada tahun 881.<ref name="Fletcher">R. A. Fletcher (1987), "Reconquest and Crusade in Spain c. 1050–1150," ''Transactions of the Royal Historical Society, Fifth Series'', '''37''', p.&nbsp;34.</ref> Pada abad ke-11 semakin banyak [[knight|ksatria]] dari luar, kebanyakan dari Prancis, yang datang ke Iberia untuk membantu kaum Kristen dalam upaya-upaya mereka.<ref name="Nelson">Lynn H. Nelson (1979), "The Foundation of Jaca (1077): Urban Growth in Early Aragon," ''[[Speculum (jurnal)|Speculum]]'', '''53''' p.&nbsp;697 note 27.</ref>{{refn|[[Bangsa Norman]] yang dipimpin oleh [[Roger I dari Tosny]] tiba pada tahun 1018. Bantuan-bantuan lainnya dari luar untuk [[Aragon]]: [[Perang Barbastro]] pada tahun 1063; [[Ahmad al-Muqtadir|Moctadir]] dari [[Zaragoza]] mengkhawatirkan adanya suatu ekspedisi dengan bantuan asing pada tahun 1067; [[Ebles II dari Roucy]] merencanakan satu di antaranya pada tahun 1073; [[Guillaume VIII, Adipati Aquitaine]], dikirim kembali dari Aragon pada tahun 1090; suatu pasukan Prancis datang membantu [[Sancho Ramírez]] pada tahun 1087 setelah [[Kerajaan Kastilia|Kastilia]] dikalahkan dalam [[Pertempuran Zallaqah]]; [[Centulle V, Viscount of Béarn|Centulle V dari Bigorre]] berada di [[Lembah Tena]] pada tahun 1088; dan terdapat suatu komponen Prancis yang utama dalam "perang salib" yang dilangsungkan terhadap Zaragoza oleh [[Pedro I dari Aragon dan Navarra]] pada tahun 1101.<ref name="Nelson" />|group="note"}} Sesaat menjelang Perang Salib Pertama, Paus Urbanus II telah mendorong kaum Kristen Iberia agar merebut kembali [[Tarragona]] dengan menggunakan banyak retorika dan simbolisme yang sama seperti yang digunakan kemudian untuk berkhotbah mengenai perang salib kepada orang-orang Eropa.<ref>{{harvnb|Riley-Smith|2005|p=7}}.</ref>
 
Jantung Eropa Barat dipandang telah dilakukan stabilisasi setelah [[Kristenisasi]] [[bangsa HongariaHungaria]], [[Viking]], dan [[bangsa Saxon|Saxon]] sampai akhir abad ke-10. Namun pemecahan [[Kekaisaran Karoling]] menimbulkan suatu kelas prajurit seluruhnya yang kini hanya sedikit melakukan sesuatu selain saling bertengkar sendiri.<ref>{{harvnb|Asbridge|2004|pp=3–4}}.</ref> Kekerasan acak yang dilakukan oleh kelas kesatria ini secara teratur dikutuk oleh gereja tersebut, dan untuk menanggapinya dibuat penetapan [[Perdamaian dan Gencatan Senjata demi Allah]] (''Peace and Truce of God'') untuk melarang pertempuran pada hari-hari tertentu sepanjang tahun. Pada saat yang sama, kepausan yang berorientasi pada pembaharuan itu terlibat konflik dengan para [[Kaisar Romawi Suci]], sehingga mengakibatkan [[Kontroversi Penobatan]]. Para Paus seperti [[Paus Gregorius VII]] membenarkan peperangan berikutnya untuk melawan para pedukung kaisar dalam aspek [[teologi]]s. Kemudian hal ini menjadi dapat diterima bagi sang Paus untuk memanfaatkan para kesatria atas nama dunia [[Kristen]], bukan hanya terhadap musuh-musuh politik Kepausan tersebut, tetapi juga terhadap [[Al-Andalus]], atau, secara teoretis, terhadap [[Dinasti Seljuk]] di timur.<ref>{{harvnb|Riley-Smith|1991|pp=5–8}}.</ref>
 
Di sebelah timur Eropa terdapat Kekaisaran Bizantium, terdiri dari kaum Kristen yang telah lama menggunakan suatu ritus [[Gereja Ortodoks Timur|Ortodoks]] tersendiri; Gereja Ortodoks Timur dan Katolik Roma telah [[Skisma Timur–Barat|mengalami perpecahan]] sejak tahun 1054. Para sejarawan berpendapat bahwa keinginan untuk memaksakan otoritas Gereja Roma di wilayah timur mungkin menjadi salah satu tujuan perang salib ini,<ref>{{harvnb|Asbridge|2004|p=17}}.</ref> kendati Urbanus II—yang mana mengawali Perang Salib Pertama—tidak pernah menyebut tujuan demikian dalam surat-suratnya mengenai praktik perang salib. Bangsa Turki Seljuk saat itu telah mengambil alih hampir seluruh Anatolia setelah kekalahan Bizantium dalam [[Pertempuran Manzikert]] tahun 1071. Bagaimanapun penaklukan mereka dilakukan satu demi satu dan dipimpin oleh para panglima perang semi-independen, bukan oleh sang sultan. Suatu keruntuhan yang dramatis atas posisi kekaisaran pada malam menjelang [[Konsili Clermont]] membawa Bizantium menuju ambang kehancuran.<ref>{{harvnb|Frankopan|2012|pp=57–71}}</ref> Pada pertengahan tahun 1090-an, wilayah Kekaisaran Bizantium utamanya hanya sebatas Eropa bagian [[Balkan]] dan pinggiran barat laut Anatolia; mereka menghadapi musuh-musuhnya dari [[bangsa Norman]] di barat serta [[bangsa Turki]] di timur.<ref name="treadgold">{{harvnb|Treadgold|1997|p=8 Graph 1}}</ref> Sebagai tanggapan atas kekalahan di Manzikert dan berbagai kehilangan selanjutnya yang dialami Bizantium di Anatolia pada tahun 1074, Paus Gregorius VII memanggil ''milites Christi'' ("para prajurit Kristus") agar pergi untuk membantu Bizantium. Panggilan ini kebanyakan diabaikan dan bahkan ditentang.<ref>{{harvnb|Asbridge|2004|pp=15–20}}</ref> Alasannya adalah walaupun kekalahan di Manzikert mengejutkan, namun hanya memiliki arti penting yang terbatas dan tidak menyebabkan kesulitan-kesulitan besar bagi Kekaisaran Bizanium, setidaknya dalam jangka pendek.<ref>{{harvnb|Frankopan|2012|pp=97–99}}</ref>