Sejarah Kesultanan Utsmaniyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Rudiwaka (bicara | kontrib)
k +{{Diplomasi kekuasaan besar}}
k Hungaria
Baris 46:
Urkhan digantikan oleh putranya, Murad. Ia juga merupakan seorang kepala perang, seperti ayah (Urkhan) dan kakeknya (Utsman). Ketika naik takhta, yang pertama kali dilakukannya adalah menaklukkan kota Ankara. Pada tahun 1361, ditaklukanlah Kota Adrianopel (Aderne) dengan sedikit perlawanan. Murad mengerti bagaimana pentingnya Kota Adrianopel, baik dari segi politik maupun segi militer. Oleh sebab itu, dia memindahkan pusat pemerintahan ke sana. Setelah itu, ditaklukannnya pula Kota Philopopolis. Dengan takluknya kota ini, kerajaan Utsmani dapat memegang kunci yang menghubungkan kerajaan-kerajaan Byzantium, Servia dan Bulgaria, sehingga Kaisar Byzantium tidak lagi berbuat apa-apa.
 
Dengan usaha Sultan Murad, Kerajaan Turki lima kali bertambah luas dari semula. Kerajaan Byzantium tidaklah dapat melawan lagi kekuasaan Utsmani. Bahkan, Kaisar Byzantium mengaku bersahabat dan kalau perlu meminta bantuan kepada Utsmani. Sementara itu, kerajaan-kerajaan di Balkan, yaitu Servia, Bulgaria, HongariaHungaria dan Montenegro tidaklah secepat itu takluk. Dimana ada kesempatan, mereka melawan. Kerajaan-kerajaan kristen Balkan dengan segera meminta bantuan Paus Urban V agar dapat mengajak raja-raja Eropa Barat untuk bersama-sama membendung perluasan Kerajaan Turki dan segera bersama-sama mengusir kaum Muslimin dari daratan Eropa.
 
Dengan segera, Paus Urban mengirim surat kepada seluruh raja-raja Eropa Barat agar bersiap berperang. Namun, Ourok V, Raja Servia, tidak sabar menunggu bantuan yang diharapkan. Ia bermusyawarah dengan raja-raja Bosnia dan Falakh, juga dibantu pasukan bangsa Maghyar, untuk bersama-sama menyerang Andrianopel.
Baris 67:
Pada tahun 1391, Bayazid menaklukkan Benteng Philadelfia, sisa terakhir dari kota-kota Roma di Asia Kecil yang belum ditaklukkan. Di Asia Kecil, ditaklukkan pula Eiden, Sharukhan, Muntasya, sehingga raja-raja di tempat itu melarikan diri dan berlindung kepada Kastamoni di sebelah utara. Baginda juga berhasil menggabungkan Kerajaan Qurman ke dalam pemerintahan Turki pada 1392. Antara tahun 1393 - 1394, baginda menaklukkan Samsun, Kisariyah, Siwas dan Tukat, hingga ke Kastamoni. Dengan demikian, habislah sisa-sisa pecahan kerajaan Saljuq yang masih tertinggal. Amir-amir yang melarikan diri akhirnya semua pergi meminta perlindungan diri ke Timurlank. Dengan jatuhnya kerajaan-kerajaan kecil di Asia Kecil, bulatlah kekuasaan Kerajaan Turki, kecuali kerajaan Thabzon di utara dan Azmir di barat daya, yang dikuasai oleh ridder di Pulau Rhodes.
 
Pada 1395, Raja Sigmund dari Maghyar (HongariaHungaria) meminta dengan sungguh-sungguh kepada Paus agar ia segera menggunakan pengaruhnya untuk membangkitkan semangat seluruh Eropa agar bersatu menghancurkan kekuatan Bayazid. Paus Bonifacius sangat menaruh perhatian pada masalah ini. Ia menyampaikan seruan kepada seluruh bangsa dan raja Eropa agar menyatakan Perang Salib sekali lagi kepada Turki. Ia akan menganugerahkan ampunan besar bagi siapa saja yang turut dalam peperangan, mulai dari raja-raja sampai ke rakyat.
 
Mendengar seruan Paus itu, seluruh Eropa pun bangkit. Para ahli perang, ridder-ridder, dan orang ternama berkumpul di Maghyar. Mereka berduyun duyun datang dari Prancis, Inggris, Skotlandia, Jerman, Vlanderen, Lombardia, Savoy, Genua, Transolvania, Moldavia, Bosmia, Rhodes, Falakh, Venesia, dan pulau-pulau di sekitar Italia. Armada akan menyerang dari laut dan darat secara bersamaan. Kalau Turki sudah berhasil dikalahkan, mereka akan terus menyerbu ke Palestina, untuk merebut tanah suci.