Na (aksara Bali): Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Borgxbot (bicara | kontrib)
k Robot: Cosmetic changes
Baris 2:
| Image = Bali Na.png
| Nama = Na kojong
| Warga = Dantya<{{br>}}([[konsonan dental]])
| Latin = Na
| Fonem = [n]
Baris 16:
[[Berkas:Places of articulation.svg|right|240px|thumb|Letak lidah saat mengucapkan /n/ (Na kojong) berada di sekitar wilayah nomor 3, sedangkan pengucapan /ɳ/ ([[Na rambat]]) dan /r/ ([[Ra (aksara Bali)|Ra]]) di sekitar wilayah nomor 5 dan 6.]]
 
Penggunaan aksara Na kojong atau Na sama dengan penggunaan Na ([[aksara Dewanagari |Dewanagari]]: न) dalam [[abjad]] [[bahasa Sanskerta]].<ref name="Surada"/> Dalam sistem penulisan dengan aksara Bali, Na digunakan pada kata-kata yang mengandung bunyi /n/, baik dari [[bahasa Bali]], maupun bahasa non-Bali. Selama Na kojong tidak dibubuhi oleh [[aksara Bali#Pangangge suara|pangangge suara]], maka ia dibaca "na" (lafal: /nə/ atau /na/, tergantung kata).
 
Apabila dalam suatu kata terkandung bunyi /n/ yang menyusul bunyi /r/ (contohnya: "warna", "purna", "sirna", dsb), maka apabila disalin menjadi aksara Bali, huruf N pada kata tersebut patut ditulis dengan Na rambat, bukan Na kojong.<ref>Simpen, hal. 27.</ref> Hal ini dianjurkan karena penulisan kata-kata dengan menggunakan aksara Bali harus memperhatikan daerah artikulasi. Posisi lidah saat mengucapkan bunyi /r/ disusul bunyi /n/ (contohnya huruf N pada kata "warna") berbeda dengan mengucapkan bunyi /n/ tidak menyusul bunyi /r/ (contohnya huruf N pada kata "nama"). Saat menyusul bunyi /r/, bunyi /n/ berubah menjadi bunyi /ɳ/.