Sesudah proklamasi kemerdekaan [[Republik Indonesia]] pada tahun [[1945]], pabrik tersebut kembali beroperasi di bawah nama '''The Indonesia Bottles Ltd Nv (IBL)''', perusahaan nasional yang didirikan oleh TH Ticoalu, Tatang Nana, dan Harry Handojo. Pabrik tersebut memproduksi 1.000-1.500 kerat Coca-Cola setiap harinya, dan mempekerjakan 25 orang yang dibantu oleh 3-7 truk untuk pendistribusian.
Pada tahun [[1971]], dengan pertambahan mitra usaha dan modal didirikannya pabrik pembotolan modern pertama di [[Indonesia]] dengan nama baru '''PT. Djaja Beverages Bottling Company''' dan merek [[Sprite]] mulai dipasarkan. Pada tahun 1973, merek [[Fanta]] mulai dipasarkan. Khusus pabrik pembotolan di [[Manado]], [[Sulawesi Utara]], yang didirikan pada tahun [[1981]], dioperasikan oleh '''Bangun Wenang Beverages Company (BWBC)''' milik keluarga Thenoch, yang secara eksklusif melayani pasar yang berkembang pesat di Sulawesi Utara, [[Gorontalo]], dan [[Sulawesi Tengah]]. Pabrik ''Commercial Support Supply'' (CPS) mulai didirikan tahun [[1977]] untuk memenuhi pasokan bahan dasar minuman untuk pabrik pembotolan di [[Indonesia]]. Selain Indonesia, CPS juga mengekspor produknya ke negara-negara tetangga seperti [[Singapura]], [[Australia]], [[Selandia Baru]], [[Kamboja]], [[Vietnam]], dan [[Thailand]]. Tercatat sampai saat ini terdapat 11 pabrik Coca-Cola yang beroperasi di berbagai provinsi di Indonesia, berturut-turut berdasarkan tahun pendiriannya adalah Jakarta (1971), Medan (1973), Surabaya (1976), Semarang (1976), Ujung pandang (1981), Bandung (1983), Padang (1985), Bali (1985), Manado (1985), Banjarmasin (1991), dan Lampung (1995).<ref name=":0" />
=== Akuisisi oleh Coca-Cola Amatil ===
|