Pangium: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Amerika dua (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu dirapikan kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan
Amerika dua (bicara | kontrib)
Tag: kemungkinan perlu dirapikan kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan
Baris 9:
Pohon itu membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk matang dan oleh karena itu bijinya paling sering dipanen dari pohon liar, karena tidak layak secara ekonomi untuk dibudidayakan. [6] Meskipun beracun bagi manusia, biji pohon tersebut merupakan bagian dari makanan alami babirusa ( Babyroussa babyrussa ). [7]
== Penggunaan ==
Buah dan biji segarnya mengandung hidrogen sianida dan sangat beracun jika dikonsumsi tanpa persiapan sebelumnya. [8] [9] [10] Biji direbus terlebih dahulu lalu dikubur dalam abu, daun pisang, dan tanah selama empat puluh hari, [11] selama itu, warnanya berubah dari putih krem ​​menjadi coklat tua atau hitam. [12] Metode ini bergantung pada fakta bahwa hidrogen sianida yang dilepaskan oleh perebusan dan fermentasi larut dalam air dan mudah dicuci.
 
Kernel dapat ditumbuk untuk membentuk kuah hitam kental yang disebut rawon , hidangan populer termasuk nasi rawon , semur daging sapi dalam pasta keluwek , populer di Jawa Timur dan Tengah, [13] dan sambal rawon , semur rawon yang dibuat dengan daging sapi atau ayam juga ada. di Jawa Timur. [14] Di Jawa Barat dan Jakarta, gabus pucung atau ikan gabus dalam sup terasi pucung adalah hidangan tradisional yang populer dalam masakan Betawi . [15] Hidangan Toraja pammarrasan (bumbu hitam dengan ikan atau daging , terkadang juga dengan sayuran) menggunakan bumbu hitambubuk keluak . [ rujukan? ] Di Singapura dan Malaysia , bijinya paling dikenal sebagai bahan penting dalam ayam (ayam) atau babi (babi) buah keluak , [16] [17] hidangan andalan masakan Peranakan . Suku Dusun dari Kalimantan menggunakan biji yang ditumbuk ini sebagai bahan utama untuk membuat makanan khas lokal yang disebut bosou , [18] fermentasi ikan yang berasa asam.
 
Masyarakat suku Minahasa di Sulawesi Utara memanfaatkan daun muda sebagai sayuran. Daunnya akan diiris kecil-kecil kemudian dimasak dengan cara dicampur dengan bumbu dan lemak babi atau daging di dalam bambu. Banyak penjual di pasar tradisional Tomohon menjual daunnya baik yang sudah diiris maupun tidak.
 
== Referensi ==