Farmakogenomik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
'''Farmakogenomik''' adalah studi tentang peran [[genom]] dalam respons obat. Bidang farmakogenomik menyelidiki bagaimana informasi genetik seseorang memengaruhi reaksinya terhadap obat.<ref>{{Cite book|vauthors=Ermak G|year=2015|title=Emerging Medical Technologies|publisher=World Scientific|isbn=978-981-4675-80-2}}</ref> Istilah ini merupakan kombinasi dari [[farmakologi]] dan [[Genomika|genomik]]. Dengan memeriksa [[mutasi]] DNA seperti [[polimorfisme nukleotida tunggal]] (SNP), variasi jumlah salinan, dan [[Indel|insersi/penghapusan]], farmakogenomik bertujuan untuk memahami bagaimana variasi genetik, baik yang diwariskan maupun yang didapat, dapat berdampak pada respons obat. Analisis ini melibatkan studi aspek [[Farmakokinetika|farmakokinetik]] ([[Absorbsi obat|penyerapan]], distribusi, [[metabolisme]], dan ekskresi obat), efek [[farmakodinamik]] (bagaimana obat berinteraksi dengan [[target biologis]]), dan/atau titik akhir imunogenik.<ref name="pmid14585618">{{Cite journal|date=November 2003|title=Pharmacogenetics: potential for individualized drug therapy through genetics|journal=Trends in Genetics|volume=19|issue=11|pages=660–666|doi=10.1016/j.tig.2003.09.008|pmid=14585618|vauthors=Johnson JA}}</ref><ref name="UNC Center for Pharmacogenomics and Individualized Therapy">{{Cite news|title=Center for Pharmacogenomics and Individualized Therapy|url=https://pharmacy.unc.edu/research/centers/cpit/|work=Unc Eshelman School of Pharmacy|access-date=2014-06-25}}</ref><ref>{{Cite web|date=May 16, 2014|title=overview of pharmacogenomics|url=http://www.uptodate.com/contents/overview-of-pharmacogenomics|publisher=Up-to-Date|access-date=2014-06-25}}</ref> Farmakogenomik mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu seperti, ilmu genetik, [[Ilmu Farmasi|ilmu farmasi]], [[ilmu kedokteran]], biologi dan [[Bioinformatika|bioinformatik]]. Penyatuan dari berbagai disiplin ilmu membuat farmakogenomik menjadi studi yang kompleks.<ref>{{Cite journal|last=Holtzman|first=Neil A.|last2=Marteau|first2=Theresa M.|date=2000-07-13|title=Will Genetics Revolutionize Medicine?|url=http://dx.doi.org/10.1056/nejm200007133430213|journal=New England Journal of Medicine|volume=343|issue=2|pages=141–144|doi=10.1056/nejm200007133430213|issn=0028-4793}}</ref>
 
Farmakogenomik bertujuan untuk meningkatkan terapi obat dengan mempertimbangkan [[Genotipe|susunan genetik]] pasien untuk mencapai pengobatan yang paling efektif dengan [[efek samping]] yang paling sedikit.<ref name="pmid19530963">{{Cite journal|date=June 2009|title=Pharmacogenomics of adverse drug reactions: practical applications and perspectives|journal=Pharmacogenomics|volume=10|issue=6|pages=961–969|doi=10.2217/pgs.09.37|pmid=19530963|vauthors=Becquemont L}}</ref> Bidang ini berusaha untuk beralih dari pendekatan "satu dosis untuk semua" (one-dose-fits-all) terhadap [[Medikasi|obat-obatan]], dan menghilangkan kebutuhan untuk mencoba-coba dalam meresepkan obat. Dengan mempertimbangkan gen pasien dan fungsinya, farmakogenomik dapat memberikan alasan kegagalan pengobatan di masa lalu,<ref name="pmid19565025">{{Cite journal|date=May 2009|title=Clinical use of pharmacogenomic tests in 2009|journal=The Clinical Biochemist. Reviews|volume=30|issue=2|pages=55–65|pmc=2702214|pmid=19565025|vauthors=Sheffield LJ, Phillimore HE}}</ref><ref name=":2">{{Cite journal|date=January 2018|title=Pharmacogenomics of GPCR Drug Targets|journal=Cell|volume=172|issue=1–2|pages=41–54.e19|doi=10.1016/j.cell.2017.11.033|pmc=5766829|pmid=29249361|vauthors=Hauser AS, Chavali S, Masuho I, Jahn LJ, Martemyanov KA, Gloriam DE, Babu MM}}</ref> dan mengoptimalkan obat dan kombinasi untuk kelompok pasien tertentu atau bahkan profil genetik individu yang unik. Pendekatan pengobatan presisi ini menawarkan potensi untuk rencana [[Obat presisi|pengobatan yang dipersonalisasi]] yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien.<ref>{{Cite web|date=March 2005|title=Guidance for Industry Pharmacogenomic Data Submissions|url=https://www.fda.gov/downloads/RegulatoryInformation/Guidances/ucm126957.pdf|publisher=[[U.S. Food and Drug Administration]]|access-date=2008-08-27}}</ref><ref name="Squassina2010">{{Cite journal|displayauthors=6|date=August 2010|title=Realities and expectations of pharmacogenomics and personalized medicine: impact of translating genetic knowledge into clinical practice|journal=Pharmacogenomics|volume=11|issue=8|pages=1149–1167|doi=10.2217/pgs.10.97|pmid=20712531|vauthors=Squassina A, Manchia M, Manolopoulos VG, Artac M, Lappa-Manakou C, Karkabouna S, Mitropoulos K, Del Zompo M, Patrinos GP}}</ref>
 
== Sejarah ==
Baris 35:
=== Imunologis ===
Sistem MHC, juga dikenal sebagai HLA, adalah sekelompok gen yang memainkan peran penting dalam sistem kekebalan adaptif tubuh. Sistem ini bertanggung jawab untuk mempresentasikan antigen ke sel imun dan membedakan antara antigen diri dan antigen bukan diri. Mutasi pada kompleks HLA telah dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan reaksi hipersensitivitas terhadap obat-obatan.
 
== Penerapan ==
Farmakogenomik memiliki berbagai penerapan, termasuk meningkatkan keamanan obat dengan mengurangi reaksi obat yang tidak diinginkan (ADR), menyesuaikan perawatan agar sesuai dengan kecenderungan genetik spesifik pasien untuk mengidentifikasi dosis yang optimal, dan meningkatkan penemuan obat yang menargetkan penyakit pada manusia. Hal ini juga dapat meningkatkan bukti prinsip (''proof of principle'') untuk uji efikasi.<ref>{{cite book|vauthors=Cohen N|date=November 2008|title=Pharmacogenomics and Personalized Medicine (Methods in Pharmacology and Toxicology)|location=Totowa, NJ|publisher=Humana Press|isbn=978-1934115046|page=6}}</ref>
 
=== Penerapan pada bidang onkologi ===
Salah satu contoh penerapan farmakogenomik dalam [[onkologi]] adalah penggunaan pengujian genetik untuk mengidentifikasi pasien yang cenderung merespons obat kanker tertentu. Sebagai contoh, pasien dengan mutasi pada gen EGFR lebih mungkin merespons terhadap obat [[gefitinib]] dalam pengobatan kanker paru non-sel kecil. Demikian pula, status mutasi gen KRAS digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang tidak akan merespons cetuximab dalam pengobatan kanker kolorektal. Contoh lainnya adalah penggunaan farmakogenomik untuk menentukan dosis optimal obat kemoterapi berdasarkan susunan genetik pasien. Sebagai contoh, pasien dengan variasi genetik tertentu dalam gen DPYD berisiko lebih tinggi mengalami toksisitas parah saat diobati dengan [[5-fluorourasil]] (5-FU), dan mungkin memerlukan dosis obat yang lebih rendah.<ref name="pmid20920994">{{cite journal|date=October 2010|title=Routine dihydropyrimidine dehydrogenase testing for anticipating 5-fluorouracil-related severe toxicities: hype or hope?|journal=Clinical Colorectal Cancer|volume=9|issue=4|pages=224–228|doi=10.3816/CCC.2010.n.033|pmid=20920994|vauthors=Ciccolini J, Gross E, Dahan L, Lacarelle B, Mercier C}}</ref>
 
=== Penerapan pada bidang psikiatri ===
Dalam bidang psikiatri, penelitian farmakogenomik telah difokuskan pada beberapa gen, tetapi dua yang paling banyak dipelajari pada tahun 2010 adalah 5-HTTLPR dan DRD2. 5-HTTLPR adalah variasi dalam gen transporter serotonin yang telah dikaitkan dengan berbagai gangguan kejiwaan, termasuk depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma. DRD2 adalah gen yang mengkode reseptor dopamin D2, yang terlibat dalam jalur penghargaan dan motivasi di otak. Variasi pada DRD2 telah dikaitkan dengan kecanduan, skizofrenia, dan gangguan kejiwaan lainnya.<ref>{{cite journal|year=2010|title=The state of pharmacogenetics|url=http://www.psychiatrictimes.com/neuropsychiatry/content/article/10168/1550787|journal=Psychiatr Times|volume=27|issue=4|pages=38–41, 62|vauthors=Malhotra AK}}</ref>
 
Pada sebuah laporan kasus pasien A menyoroti tantangan dalam mengobati skizofrenia dan potensi manfaat pengujian farmakogenomik dalam meningkatkan hasil pengobatan. Pasien A awalnya diobati dengan kombinasi obat, tetapi mengalami efek samping termasuk pusing, sedasi, keringat berlebih, takikardia, penambahan berat badan, dan halusinasi. Selama beberapa bulan, pasien beralih ke obat lainnya, tetapi terus mengalami efek samping seperti kekakuan otot, berputar-putar, tremor, berkeringat di malam hari, dan kesulitan berjalan.
 
Setelah dilakukan tes farmakogenomik, ditemukan bahwa Pasien A memiliki variasi genetik pada CYP2D6 dan CYP2C19, yang merupakan enzim yang terlibat dalam metabolisme obat. Genotipe ini diprediksi sebagai pemetabolisme menengah (intermediet, IM) untuk kedua enzim tersebut. Informasi ini dapat membantu menjelaskan mengapa pasien mengalami efek samping dari beberapa obat, karena pemetabolisme menengah mungkin memiliki metabolisme obat yang lebih lambat, yang menyebabkan penumpukan kadar obat dalam tubuh.<ref name="PMC2656342">{{cite journal|date=December 2007|title=Pharmacogenetics of antipsychotic adverse effects: Case studies and a literature review for clinicians|journal=Neuropsychiatric Disease and Treatment|volume=3|issue=6|pages=965–973|doi=10.2147/ndt.s1752|pmc=2656342|pmid=19300635|vauthors=Foster A, Wang Z, Usman M, Stirewalt E, Buckley P}}</ref>
 
=== Penerapan pada bidang kardiovaskular ===
Gangguan kardiovaskular terutama difokuskan pada respons obat, termasuk warfarin, clopidogrel, penghambat beta, dan statin.<ref name=":2" /> Pasien dengan CYP2C19 yang mengonsumsi clopidogrel memiliki risiko kardiovaskular yang lebih tinggi, yang mengakibatkan adanya pembaruan pada sisipan paket obat oleh pihak regulator.<ref>{{cite book|vauthors=Dean L|year=2012|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK61999/|title=Medical Genetics Summaries|publisher=[[National Center for Biotechnology Information]] (NCBI)|veditors=Pratt VM, McLeod HL, Rubinstein WS, Scott SA, Dean LC, Kattman BL, Malheiro AJ|chapter=Clopidogrel Therapy and CYP2C19 Genotype|pmid=28520346|id=Bookshelf ID: NBK84114|display-editors=3|chapter-url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK84114/}}</ref> Pada pasien dengan diabetes tipe 2, genotipe haptoglobin (Hp) telah menunjukkan dampak pada penyakit kardiovaskular, dengan genotipe Hp2-2 yang terkait dengan risiko yang lebih tinggi.<ref>{{cite journal|date=2018|title=Precision Healthcare of Type 2 Diabetic Patients Through Implementation of Haptoglobin Genotyping|journal=Frontiers in Cardiovascular Medicine|volume=5|pages=141|doi=10.3389/fcvm.2018.00141|pmc=6198642|pmid=30386783|vauthors=Bale BF, Doneen AL, Vigerust DJ|doi-access=free}}</ref>
 
== Referensi ==