Negara-negara Tentara Salib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 89:
Pada tahun 1118, Balduinus bangsawan Bourcq naik takhta menggantikan Raja Balduinus I sebagai kepala negara Kerajaan Yerusalem, dan mengangkat Yoselinus menjadi Bupati Edesa menggantikan dirinya. sesudah Rugerus gugur dalam [[Pertempuran Ager Sanguinis|Pertempuran ''Ager Sanguinis'']] (Pertempuran Tanah Darah), Raja Balduinus II mengambil alih pemerintahan Antiokhia selaku pemangku karena Boamundus II sedang berada di luar Antiokhia. Masyarakat menganggap malapetaka beruntun yang menimpa Outremer, yakni kekalahan melawan musuh dan wabah hama belalang, sebagai azab atas dosa-dosa orang Peringgi. Demi memperbaiki akhlak, para petinggi negara dan pemuka agama di Yerusalem bersidang [[Konsili Nablus|bersidang di Nablus]] dan menghasilkan maklumat menentang percabulan, semburit, bigami, dan persetubuhan pemeluk agama Katolik dengan pemeluk agama Islam.{{sfn|Barber|2012|pp=129–131}}
 
Usulan sekelompok kesatria saleh untuk membentuk [[Monastisisme|tarekat rahib]] khusus bagi pejuang-pejuang yang warak agaknya pertama kali dibahas dalam Konsili Nablus. Para petinggi Gereja serta merta menyambut baik gagasan rahib bersenjata, sehingga dalam rentang satu dasawarsa terbentuklah dua [[Ordo militer|tarekat tentara]], yakni [[Kesatria Kenisah|tarekat Kesatria Haikal]] dan [[Kesatria Hospitalaria|tarekat Kesatria Panti Husada]].{{sfn|Barber|2012|pp=134–135}}{{sfn|Tyerman|2007|pp=253–254}} Karena Khilafah Bani Fatimah bukan lagi ancaman utama bagi Yerusalem, tetapi Antiokhia dan Edesa masih rentan diinvasi, urusan pertahanan negara-negara Tentara Salib di utara menyita sebagian besar waktu Raja Balduinus II. Ketidakhadirannya di istana, dampak ketidakhadirannya terhadap penyelenggaraan pemerintahan, dan keputusannya mengangkat kaum kerabat beserta kawula mereka untuk memegang jabatan-jabatan penting menimbulkan penentangan dari sebagian pihak di Yerusalem.<!-- Tertawannya Raja Balduinus II selama enam belas bulan mendorong beberapa orang bangsawan untuk menggulingkan pemerintahan yang sah. Salah seorang calon kuat yang mereka gadang-gadangkan menjadi raja pengganti adalah [[Charles I dari Flandria|Karolus Budiman]], [[Graafschap Vlaanderen|Bupati Flandria]]. Meskipun demikian, Karolus menampik tawaran mereka untuk menduduki takhta Kerajaan Yerusalem.{{sfn|Jotischky|2004|p=74}}{{sfn|Barber|2012|pp=143–144}}
 
Raja Balduinus II dikaruniai empat orang anak perempuan. Pada tahun 1126, Pangeran Boamundus II akhirnya cukup umur untuk memerintah sendiri, dan mengawini [[Alix dari Antiokhia|Putri Alisia]], anak kedua Raja Balduinus II, di Antiokhia.{{sfn|Barber|2012|pp=145, 152}} Halab dilanda huru hara, tetapi Boamundus II tidak dapat mengatasinya karena sedang berkonflik dengan Yoselinus. [[Zengi|Imamududdin Zanki]], Atabeg Mosul yang baru, merebut Halab pada tahun 1128. Penyatuan dua pusat besar Muslim itu menimbulkan ancaman khusus bagi Edesa,{{sfn|Tyerman|2019|p=187}}{{sfn|Barber|2012|p=152}} tetapi juga menimbulkan rasa was-was di hati penguasa Damsyik yang baru, [[Tajul Muluk Buri]].{{sfn|Cobb|2016|p=130}} [[Melisende dari Yerusalem|Putri Melisenda]], anak sulung Raja Balduinus II, adalah ahli waris sang raja. Melisenda dijodohkan dengan [[Foulques, Raja Yerusalem|Fulko, Bupati Anjou]], bangsawan yang luas koneksinya di Barat, dengan harapan koneksi Fulko kelak berguna bagi Kerajaan Yerusalem. Sesudah Fulko tiba di Yerusalem, raja membentuk angkatan perang yang besar untuk menyerbu Damsyik. Angkatan perang ini mencakup kepala-kepala negara Tentara Salib lainnya, dan angkatan bersenjata [[Comté Anjou|Anjou]] kerahan Fulko yang lumayan besar. Rencana menyerbu Damsyik dibatalkan ketika pasukan yang bertugas mencari bahan makanan diporak-porandakan musuh, dan cuaca buruk membuat jalanan muskil dilalui. Boamundus II gugur saat menyerbu Kilikia pada tahun 1130, meninggalkan Alisia dan bayi perempuan mereka, [[Constance dari Antiokhia|Konstansia]]. Raja Balduinus II tidak menyambut baik peralihan kepemimpinan kepada Alisia, dan mengambil alih pemerintahan Antiokhia selaku wali Konstansia sampai dengan kemangkatannya pada tahun 1131.{{sfn|Barber|2012|pp=144–149}}{{sfn|Jotischky|2004|pp=79–80}}