Ayam lodho: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Pengurangan konten yang tidak masuk akal
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tradisi: Kesalah kaprahan masyarakat yang merusak adat sebenarnya dengan mengaitkanny ke agama-agama luar negri.
Tag: Menghilangkan referensi Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 18:
 
== Tradisi ==
Hingga saat ini, ayam lodho erat kaitannya dengan tradisi masyarakat Tulungagung dan Trenggalek dalam berbagai acara seperti selamatan dan sedekah bumi.
Hingga saat ini, ayam lodho erat kaitannya dengan tradisi masyarakat Tulungagung dan Trenggalek dalam berbagai acara seperti selamatan, tasyakuran, dan hari raya.<ref name=":0" /> Di Tulungagung terdapat tradisi ''Ambengan'' pada saat hari raya [[Idulfitri]] dan [[Iduladha]] di mana masyarakat akan membawa ''ambeng'' berupa ayam lodho dan nasi. Satu lodho akan dibagi untuk empat orang dan dimakan bersama-sama setelah [[Salat Id]].<ref>{{Cite journal|last=Aprilisa|first=Hani Ananda|last2=Setyawan|first2=Bagus Wahyu|date=2021|title=Makna Filosofis Tradisi Ambengan di Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Bagi Masyarakat Tulungagung|url=http://ejournal.kopertais4.or.id/mataraman/index.php/sumbula/article/view/4554|journal=Sumbula: Jurnal Studi Keagamaan, Sosial dan Budaya|language=id|volume=6|issue=2|pages=153-161|doi=}}</ref> Sedangkan di [[Pantai Prigi]], TrenggalekmatTrenggalek sajian ''lodho sega gurih'', yakni hidangan ayam lodho dan nasi gurih digunakan sebagai [[sesajen]] untuk ''slametan njangkar'', yakni sejenis [[selamatan]] yang digelar pemilik perahu dan nelayan sebulan sekali setelah [[bulan purnama]]. Sesajen ayam lodho dan nasi gurih melambangkan hubungan manusia dengan TuhanSang Hyang Tunggal. Menurut Puspita (2018), sesajen ini ditujukan untuk mengirim doa melalui perantara [[Muhammad|Nabi Muhammad]]leluhur, dan leluhursupaya yang memiliki hajat agar hajatnya tercapai dan dikabulkan TuhanSang Hyang Tunggal. Tradisi ''slametan njangkar'' ini masih berkaitan dengan tradisi [[Kejawen]] dan kepercayaaan tentang penguasa Laut Selatan [[Nyi Roro Kidul]] yang masih dianut masyarakat, meskipun telah memeluk agama Islam.<ref>{{Cite journal|last=Puspita|first=Ayunda Riska|date=2018-10-31|title=Refleksi Kepercayaan Masyarakat Pesisir Pantai Prigi dalam Sajen Slametan Njangkar (Kajian Etnolinguistik)|url=https://jmb.lipi.go.id/jmb/article/view/614|journal=Jurnal Masyarakat dan Budaya|language=id|volume=20|issue=2|pages=261–272|doi=10.14203/jmb.v20i2.614|issn=2502-1966}}</ref>
 
== Referensi ==