Hussein Jayadiningrat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 22:
Keahliannya di bidang bahasa mendorong dia untuk menjadi pembina dan penanggungjawab surat kabar bulanan berbahasa Sunda ''[[Sekar Roekoen]]'' yang diterbitkan oleh [[Perkoempoelan Sekar Roekoen]] sejak 1919.<ref name="Ekadjati">{{cite book|last=Ekadjati|first=Edi S.|year=[[2005]]|title=Nu Maranggung Dina Sajarah Sunda|publisher=PT Kiblat Buku Utama|edition=|id=|authorlink=Dr. Edi S. Ekadjati}}</ref> Selain itu ia pun menerbitkan ''Pusaka Sunda'', majalah berbahasa Sunda yang membahas tentang kebudayaan [[Sunda]]. Pada tahun yang sama ia juga mendirikan [[Java Instituut]] dan sejak tahun 1921 menjadi redaktur majalah ''Djawa'' yang diterbitkan oleh lembaga tersebut bersama sama dengan Raden Ngabehi Purbacaraka ([[Poerbatjaraka]]).
Tahun 1924 ia diangkat diangkat menjadi guru besar di ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' (Sekolah Tinggi Hukum di Batavia) dan memberikan kuliah tentang Hukum Islam, [[bahasa Sunda]], [[bahasa Melayu]], dan [[bahasa Jawa]]. Antara tahun 1935 dan 1941 Hussein diangkat menjadi anggota [[Dewan Hindia|''Rad van Indië'']] (Dewan Hindia). Ia bertahun-tahun menjadi konservator [[naskah]] ([[manuskrip]]) di ''[[Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen]]'' (Perkumpulan Masyarakat Pencinta Seni dan Ilmu Pengetahuan Batavia). Pada mulanya sebagai anggota direksi, kemudian dari tahun 1936 menjadi ketuanya.
Tahun 1940 ia menjabat sebagai Direktur Pengajaran Agama. Pada zaman Jepang menjadi Kepala Departemen Urusan Agama. Tahun 1948 ia diangkat menjadi Menteri Pengajaran, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan pada masa pemerintahan presiden [[Sukarno]]. Tahun 1952 menjadi gurubesar Fakultas Sastra [[Universitas Indonesia]]. Tahun 1957 menjadi pemimpin umum Lembaga Bahasa dan Budaya (LBB), merangkap sebagai anggota Komisi Istilah di lembaga tersebut.
|