Moke: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
Rangerbiru II (bicara | kontrib)
Fitur saranan suntingan: 3 pranala ditambahkan.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Disarankan: tambahkan pranala
 
Baris 8:
Moke merupakan minuman tradisional yang dibuat dari hasil penyulingan buah dan bunga pohon lontar maupun enau, proses pembuatannya masih tradisional yang diwariskan secara turun temurun dan masih dilakukan sampai sekarang.<ref name = "ref3"/> Pembuatan moke dilakukan di kebun-kebun masyarakat dengan menggunakan wadah-wadah tradisional seperti periuk tanah untuk memasaknya.<ref name = "ref3"/> Pembuatan moke memerlukan keuletan, kesabaran dan keahlian khusus untuk menghasilkan minuman yang berkualitas.<ref name = "ref3"/> Satu botol Moke butuh 5 jam, karena menunggu tetesan demi tetesan dari alat penyulingan yang menggunakan bamboo.<ref name = "ref3"/> Moke dengan kualitas terbaik sering disebut masyarakat dengan BM atau bakar menyala.<ref name = "ref3"/> Moke tersebut memiliki khasiat menyehatkan dan tidak [[mabuk|memabukkan]].<ref name = "ref3"/> Moke dengan kwalitas terbaik biasanya hanya disajikan pada akhir pekan dan acara-acara adat seperti pesta pernikahan sebagai pendamping hidangan utama dan disajikan juga sirih dan pinang yang biasa dikonsumsi para wanita.<ref name = "ref7">{{citeweb|url=http://www.femina.co.id/waktu.senggang/jalanjalan/cinta.dari.tanah.maumere/006/003/62|title=Moke |accessdate=4 Mei 2014 |publisher=Femina}}</ref>
Walaupun moke merupakan minuman yang beralkohol, untuk mendapatkannya sangat mudah, diberbagai sudut kota maupun di pelosok desa moke selalu tersedia.<ref name = "ref3"/> Di luar [[Kupang]] moke dapat ditemukan di warung pinggir jalan.<ref name = "ref3"/> Harganya antara Rp 15-20 ribu per botol air kemasan sedang.<ref name = "ref3"/> Arak tradisional ini merupakan minuman masyarakat luas di Flores termasuk di kalangan para pejabat daerah.<ref name = "ref3"/> Masyarakat di Flores sering mengonsumsi Moke beramai-ramai atau dalam istilah daerah disebut dengan cara melingkar.<ref name = "ref3"/>
Konsumsi moke sering dilakukan bersama dengan aneka camilan atau ''lepeng'' dalam bahasa daerah.<ref name = "ref3"/> Moke juga dikonsumsi bersama dengan makanan khas flores seperti lepeng ikan kuah asam, [[ikan bakar]], sop kambing, pisang bakar/rebus dan sambal lemon atau sambal tomat balik.<ref name = "ref3"/> Perjamuan tersebut sering dilakukan di luar rungan seperti di pinggir pantai, di halaman rumah dan di bawah pepohonan.<ref name = "ref3"/>
 
== Pembuatan Moke ==
Baris 16:
Penampungan atau penderasan air mike dapat dilakukan dengan mengiris ujung tandan bunga.<ref name = "ref6"/>
Sebelumnya bambu diisi dengan kapur sirih atau [[Daun|daun-daun]] khusus untuk mencegah air agar tidak menjadi asam.<ref name = "ref6"/> Penampungan air dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari yakni pagi dan sore hari. Dua kali sehari mesti memanjat pohon enau dengan tinggi sekitar 19 meter.<ref name = "ref6"/> Umur pohon kira-kira 15 tahun.<ref name = "ref6"/>
Setiap pohon mikedapat menghasilkan 8-10 liter.<ref name = "ref6"/> Air mike yang telah dikumpulkan selama kurang lebih satu hari, kemudian diberi [[bawang merah]] yang diiris, daun kemangi, dan daun.<ref name = "ref6"/> Sesudah itu, moke sudah siap suguh menjadi minuman.<ref name = "ref6"/> Minuman ini memiliki aroma yang khas, dan rasa asam sedikit bercampur agak pahit saat diminum.<ref name = "ref6"/>
Jika pohon tidak menghasilkan banyak buah, ada cara tradisi nenek moyang yang dapat memberikan hasil yang banyak.<ref name = "ref6"/> Persoalan ini diatasi dengan penyadap tidak hanya dengan keahlian teknis namun juga dengan cara upacara pemberian sesaji, seperti sembelih ayam.<ref name = "ref6"/> Sebab, penyadap menyakini bahwa pohon enau memiliki ‘roh’.<ref name = "ref6"/> Setiap peyadap mesti mengetahui akan sisi ‘gaib’ dari pohon ini.<ref name = "ref6"/> Oleh karena itu, pengiris memberikan sesajian.<ref name = "ref6"/>
Biasanya, menyuguhkan bahan saji sebelum pekerjaan iris bunga aren.<ref name = "ref6"/> Doa-doa mantra mengiringi sesaji itu.<ref name = "ref6"/> Nenek moyang telah berpesan bahwa pohon enau sebagai bagian dari kehidupan. Pohon ini memberikan berkah untuk saat ini dan masa depan.<ref name = "ref6"/>