Ciung Wanara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Mssetiadi (bicara | kontrib)
Baris 34:
== Ringkasan ==
=== Turunnya sang raja ===
Dahulu berdirilah sebuah kerajaan besar di [[pulau Jawa]] yang disebut [[Kerajaan Galuh]], ibu kotanya terletak di Galuh dekat [[Ciamis]] sekarang. Dipercaya bahwa pada saat itu kerajaan Galuh membentang dari [[Ujung Kulon|Hujung Kulon]], ujung Barat Jawa, sampai ke [[Janggala|Hujung Galuh]] N("Ujung Galuh"), yang saat ini adalah muara dari [[Sungai Brantas]] di dekat [[Surabaya]] sekarang. Kerajaan ini diperintah oleh Raja Prabu Permana Di Kusumah. Setelah memerintah dalam waktu yang lama Raja memutuskan untuk menjadi seorang [[pertapa]] dan karena itu ia memanggil menteri Aria Kebonan ke istana. Selain itu, Aria Kebonan juga telah datang kepada raja untuk membawa laporan tentang kerajaan. Sementara ia menunggu di depan [[pendapa]], ia melihat pelayan sibuk mondar-mandir, mengatur segalanya untuk raja. Menteri itu berpikir betapa senangnya akan menjadi raja. Setiap perintah dipatuhi, setiap keinginan terpenuhi. Karena itu ia pun ingin menjadi raja.
 
Saat ia sedang [[melamun]] di sana, raja memanggilnya.
Baris 44:
"Jangan berbohong, Aria Kebonan, aku tahu itu."
 
"Maaf, Yang Mulia, Saya baru saja memikirkannya."

"Yah, Aku akan membuat engkau menjadi raja Selama Aku pergi untuk bermeditasi, Engkau akan menjadi raja dan memerintah dengan benar.. Engkau tidak akan memperlakukan (tidur dengan) kedua istriku, Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum sebagai istrimu."
 
"Baiklah, Yang Mulia."
 
"Aku akan mengubah penampilanmu menjadi seorang pria tampan. Nama Anda akan Prabu Barma Wijaya.. Beritahulah pada orang-orang bahwa raja telah menjadi muda dan Aku sendiri akan pergi ke suatu tempat rahasia. Dengan demikian engkau akan menjadi raja!"
 
Pada saat penampilan Aria Kebonan menyerupai Prabu Permana di Kusumah itu, tetapi tampak sepuluh tahun lebih muda. Orang percaya pengumuman bahwa ia adalah Raja Prabu Permana Di Kusumah yang telah menjadi sepuluh tahun lebih muda dan mengubah namanya menjadi Prabu Barma Wijaya. Hanya satu orang tidak percaya ceritanya. Ia adalah Uwa Batara lengser yang mengetahui perjanjian antara raja dan menteri tersebut. Prabu Barma Wijaya menjadi bangga dan mempermalukan Uwa Batara lengser yang tidak dapat melakukan apa-apa. Dia juga memperlakukan kedua ratu dengan kasar. Keduanya menghindarinya, kecuali di depan umum ketika mereka berperilaku seolah-olah mereka istri Prabu Barma Wijaya.