Negara-negara Tentara Salib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 148:
Tanpa peninggalan tertulis sebagai dasar, hitungan modern ukuran populasi negara-negara Tentara Salib hanyalah terkaan belaka.{{sfn|Ellenblum|1998|p=31}}{{sfn|Jacoby|2007|p=169}}{{sfn|Morton|2020|p=154 (note 196)}} Tawarikh-tawarikh Abad Pertengahan memuat data demografis, tetapi rata-rata menyajikan angka-angka yang dilebih-lebihkan serta tidak membedakan orang Peringgi dari umat Kristen pribumi. Hitungan-hitungan yang berkaitan yang berkaitan dengan populasi sebuah kota didasarkan atas laporan-laporan aksi pengepungan, manakala arus pengungsi dari desa-desa di sekitarnya sudah melipatgandakan populasi kota itu.{{sfn|Ellenblum|1998|p=31}} Perkiraan-perkiraan jumlah orang Peringgi di Outremer berkisar antara 120.000 sampai 300.000 jiwa.{{sfn|Morton|2020|p=154}} Jika angka-angka tersebut dapat dipercaya, maka jumlah orang Peringgi hanya mencapai 15% dari keseluruhan populasi negara-negara Tentara Salib.{{sfn|Ellenblum|1998|p=31}} Dalam konteks tertentu, Josiah Russell memperkirakan populasi kawasan yang ia sebut 'wilayah Islam' kira-kira berjumlah 12,5 juta jiwa pada tahun 1000 (8 juta jiwa di Anatolia; 2 juta jiwa di Suriah; 1,5 juta jiwa di Mesir; 1 juta jiwa di Afrika Utara), sementara populasi kawasan-kawasan Eropa pemasok Tentara Salib berjumlah 23,7 juta jiwa. Ia memperkirakan bahwa pada tahun 1200, angka-angka tersebut sudah meningkat menjadi 13,7 juta jiwa di wilayah Islam (7 juta jiwa di Anatolia; 2,7 juta jiwa di Suriah; 2,5 juta jiwa di Mesir; 1,5 juta jiwa di Afrika Utara), sementara populasi 'negeri-negeri asal' Tentara Salib meningkat menjadi 35,6 juta jiwa. Josiah Russell mengakui bahwa sebagian besar populasi Anatolia beragama Kristen atau berada di bawah pemerintahan Romawi Timur, dan beberapa daerah yang dianggap Islami seperti Mosul dan Bahdad memiliki populasi Kristen yang signifikan.{{sfn|Russell|1985|p=298}}
 
Imigrasi dari Eropa Katolik terus berlangsung secara berkesinambungan sampai dengan tamatnya riwayat negara-negara Tentara Salib. Meskipun sebagian besar pemukim pendatang menetap di kota-kota pesisir, peninggalan-peninggalan tertulis mengabadikan keberadaan pemukim Peringgi di lebih dari 200 desa (kira-kira 15% dari keseluruhan permukiman di kawasan pedesaan) di Kerajaan Yerusalem.{{sfn|Jacoby|2007|pp=167–168}}{{sfn|Jotischky|2004|p=150}} Beberapa permukiman orang Peringgi di kawasan pedesaan adalah desa berencana yang sengaja didirikan untuk menarik pendatang dari Barat. Beberapa di antaranya didiami bersama-sama umat Kristen pribumi. Populasi pribumi menetap di ''[[Casalis|casalia]]'', atau permukiman-permukiman di kawasan pedesaan, yang menampung kira-kira tiga sampai lima puluh keluarga.{{sfn|Boas|1999|pp=62–68}} Sejak akhir abad ke-12, arus pengungsi dari daerah-daerah yang direbut pihak Muslim melonjakkan populasi Kristen di kota-kota pesisir, tetapi juga terdeteksi adanya arus emigrasi ke Siprus maupun ke daerah-daerah di Yunani yang dikuasai orang Peringgi. Ekspansi populasi perkotaan paling jelas terlihat di Ako, tempat sebuah upakota baru dikembangkan menyusul Perang Salib III. Emigrasi dari Outremer mengalami peningkatan semenjak dasawarsa 1240-an seiring kian suramnya masa depan negara-negara Tentara Salib.{{sfn|Jacoby|2007|pp=167–169}} Pada masa itulah luapan pengungsi Peringgi dan Kristen pribumi ke Siprus terdokumentasikan dengan baik. Orang-orang Peringgi yang tidak ikut mengungsi dapat bertahan menyintasi penaklukan Mamluk sebagai budak atau pembelot. Lebih dari satu dasawarsa sesudah Ako jatuh ke tangan Mamluk, seorang frater Fransiskan menjumpai orang-orang Peringgi yang menjadi tawanan perang dan yang masuk Islam di kota itu.{{sfn|Jotischky|2004|p=261}}
 
== Masyarakat ==