Kerajaan Salakanagara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
Isi halaman sangat bias dan tidak memberikan rujukan akademis terhadap klaim-klaim bombastisnya. Editor memberikan template warning bahwa klaim-klaim ini tidak berdasar dan ditolak sejarawan. Lihat halaman Naskah Wangsakerta. |
||
Baris 1:
{{pemastian}}
'''Kerajaan Salakanagara''' merupakan sebuah kerajaan fiktif. Kerajaan ini diklaim sebagai entitas politis tertua di Nusantara, menurut naskah [[Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara]], yang merupakan bagian dari [[Naskah Wangsakerta]] yang kontroversial.<ref name=":0">{{Cite web|last=Raditya|first=Iswara N.|title=Salakanagara, Kerajaan (Sunda) Tertua di Nusantara|url=https://tirto.id/salakanagara-kerajaan-sunda-tertua-di-nusantara-cyVP|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-08-18}}</ref>
Salakanagara
Salakanagara keberadaannya
== Historiografi ==
Kerajaan ini dikatakan kerajaan
Sumber utama sejarah Kerajaan Salakanagara hanya pada naskah [[Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara]], bagian dari Naskah Wangsakerta yang diklaim disusun pada abad ke-17, oleh dewan{{yang mana}} yang dipimpin oleh Pangeran Wangsakerta dari [[Cirebon|Cirebon{{yang mana}}]].<ref>{{cite book|last1=Wangsakerta|first1=Pangeran|title=Pustaka Rajya-Rajya I Bumi Nusantara|year=1991|location=Jakarta|isbn=979459136X}}</ref>{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
Perdebatan dikalangan sejarawan mengenai keberadaan Kerajaan Salakanagara masih menuai kontroversi, berdasarkan sejarah dan bukti
Pendapat mengenai keberadaan Kerajaan Salakanagara sering menyebut didasarkan pada catatan perjalanan dari Cina{{yang mana}}, dimana Kerajaan Salakanagara telah menjalin kerjasama perdagangan dengan dinasti Han, hingga abad ke-3 M, utusan dikirim ke dinasti Han.{{butuh rujukan}} Tetapi bukti utusan tersebut tidak ada dalam sumber Tiongkok. Selain itu, sejarah adanya Kerajaan Salakanagara didasarkan pada Naskah Wangsakerta, namun naskah tersebut
==
Diperkirakan awal berdirinya kerajaan Salakanagara pada abad ke-1 di kota yang dikenal dengan logamnya{{butuh rujukan}}, kata Salakanagara berarti "Negeri Perak"{{butuh rujukan}} didirikan pada 52 Saka.{{butuh rujukan}} Penguasa pertama di Salakanagara adalah Aki Tirem{{butuh rujukan}}, seorang ahli pertanian berkebangsaan Tiongkok,{{butuh rujukan}} yang hidup disekitar pesisir Teluk Lada Pandeglang Banten, besan dari Nyai Muti'ah, penguasa perempuan berdarah Arab {{subjektif}}{{butuh rujukan}} yang menguasai Tanah Pusaka Sukahurip disekitar muara sungai kuno Sandang Pinggan,{{butuh
Sukahurip adalah nama salah satu
Pandeglang (Sekarang Banten), dalam bahasa Sunda merupakan singkatan dari kata "Panday" dan "geulang" artinya pembuat gelang.{{butuh rujukan}}
Konon tokoh awal yang berkuasa di Banten adalah [[Aki Tirem]].{{butuh rujukan}} Kota inilah yang disebut ''[[Argyrè]]'' oleh [[Ptolemeus]] dalam tahun [[150]], dikarenakan Salakanagara diartikan sebagai "Negara Perak" dalam bahasa [[Sanskerta]].
Kota ini terletak di daerah [[Teluk Lada]], [[Kabupaten Pandeglang|Pandeglang]], [[Banten]].{{subjektif}}{{butuh rujukan}} Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua pedagang dari Pallawa (Indo-Parthia){{yang mana}} [[Dewawarman I]] ketika putri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pohaci Larasati diperistri oleh Dewawarman I{{butuh rujukan}}. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman I menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke India.{{butuh rujukan}}Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman I menerima tongkat kekuasaan.{{subjektif}}{{butuh rujukan}} Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara beribu kota di Rajatapura.{{butuh rujukan}} Ia menjadi raja pertama dengan gelar ''Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara''.{{butuh rujukan}} Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agninusa (negeri api) yang berada di pulau [[Krakatau]].<ref name=":2">{{Cite web|date=2020-03-01|title=Salakanagara Kerajaan Tertua di Bumi Nusantara|url=https://bingar.id/salakanagara-kerajaan-tertua-di-bumi-nusantara/|website=Bingar.id|language=id-ID|access-date=2020-08-18}}</ref>{{subjektif}}▼
▲Konon tokoh awal yang berkuasa di Banten adalah [[Aki Tirem]].{{butuh rujukan}} Kota inilah yang disebut ''[[Argyrè]]'' oleh [[Ptolemeus]] dalam tahun [[150]], dikarenakan Salakanagara diartikan sebagai "Negara Perak" dalam bahasa [[Sanskerta]].<ref name="Edi">Edi S. Ekadjati. Kebudayaan Sunda Zaman Pajajaran, Jilid 2, Pustaka Jatya, 2005.</ref><ref name=":1">{{Cite web|last=Historian|date=2017-03-21|title=Kerajaan Salakanagara - Sejarah Kerajaan Nusantara|url=https://histori.id/kerajaan-salakanagara/|website=Histori|language=en-US|access-date=2020-08-18}}</ref>{{subjektif}}
Rajatapura adalah ibu kota Kerajaan Salakanagara hingga tahun [[362]] menjadi pusat pemerintahan raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).{{butuh rujukan}} Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi.{{butuh rujukan}} Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Dewawarman II dengan gelar ''Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra''. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai raja Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan [[Tarumanagara]] yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana{{siapa}} di India bernama [[Jayasingawarman|Jayasinghawarman]].{{butuh rujukan}} ▼
▲Kota ini terletak di daerah [[Teluk Lada]], [[Kabupaten Pandeglang|Pandeglang]], [[Banten]]. Aki Tirem, penghulu atau penguasa kampung setempat yang akhirnya menjadi mertua pedagang dari Pallawa (Indo-Parthia){{yang mana}} [[Dewawarman I]] ketika putri Sang Aki Luhur Mulya bernama Dewi Pohaci Larasati diperistri oleh Dewawarman I{{butuh rujukan}}. Hal ini membuat semua pengikut dan pasukan Dewawarman I menikah dengan wanita setempat dan tak ingin kembali ke India. Ketika Aki Tirem meninggal, Dewawarman I menerima tongkat kekuasaan. Tahun 130 Masehi ia kemudian mendirikan sebuah kerajaan dengan nama Salakanagara beribu kota di Rajatapura. Ia menjadi raja pertama dengan gelar ''Prabu Darmalokapala Dewawarman Aji Raksa Gapura Sagara''. Beberapa kerajaan kecil di sekitarnya menjadi daerah kekuasaannya, antara lain Kerajaan Agninusa (negeri api) yang berada di pulau [[Krakatau]].<ref name=":2">{{Cite web|date=2020-03-01|title=Salakanagara Kerajaan Tertua di Bumi Nusantara|url=https://bingar.id/salakanagara-kerajaan-tertua-di-bumi-nusantara/|website=Bingar.id|language=id-ID|access-date=2020-08-18}}</ref>{{subjektif}}
Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis.
▲Rajatapura adalah ibu kota Kerajaan Salakanagara hingga tahun [[362]] menjadi pusat pemerintahan raja-Raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).{{butuh rujukan}} Salakanagara berdiri hanya selama 232 tahun, tepatnya dari tahun 130 Masehi hingga tahun 362 Masehi.{{butuh rujukan}} Dewawarman I sendiri hanya berkuasa selama 38 tahun dan digantikan anaknya yang menjadi Dewawarman II dengan gelar ''Prabu Digwijayakasa Dewawarmanputra''. Prabu Dharmawirya tercatat sebagai raja Dewawarman VIII atau raja Salakanagara terakhir hingga tahun 363 karena sejak itu Salakanagara telah menjadi kerajaan yang berada di bawah kekuasaan [[Tarumanagara]] yang didirikan tahun 358 Masehi oleh Maharesi yang berasal dari Calankayana{{siapa}} di India bernama [[Jayasingawarman|Jayasinghawarman]].
== Klaim Sebagai Pendahulu Tarumanagara ==▼
▲Pada masa kekuasaan Dewawarman VIII, keadaan ekonomi penduduknya sangat baik, makmur dan sentosa, sedangkan kehidupan beragama sangat harmonis.<ref name=":2" /> Kerajaan Salakanagara dianggap sebagai leluhur orang-orang Sunda, dibuktikan dengan persisnya wilayah kekuasaan kerajaan ini sama dengan peradaban suku Sunda dan kata "Salakanagara" memiliki kesamaan kosakata dengan kata "Sunda".<ref>{{Cite web|title=Kerajaan Salakanagara, Pemerintahan Tertua di Nusantara|url=https://kumparan.com/potongan-nostalgia/kerajaan-salakanagara-pemerintahan-tertua-di-nusantara|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2020-08-18}}</ref><ref>{{Cite web|title=History of Salakanagara, Silver Country, The Oldest Kingdom in The Archipelago - INDEPHEDIA.com|url=https://www.indephedia.com/2019/10/history-of-salakanagara-perak-country.html|website=www.indephedia.com|access-date=2020-08-18}}</ref>{{subjektif}}
[[Jayasingawarman|Jayasinghawarman]] pendiri [[Tarumanagara]] adalah menantu raja [[Dewawarman VIII]].{{subjektif}}{{butuh rujukan}} Ia sendiri seorang Maharesi dari Calankayana{{yang mana}} di [[India]] yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan [[Samudragupta|Maharaja Samudragupta]] dari Kerajaan [[Kemaharajaan Gupta|Maurya]]{{butuh rujukan}}. Di kemudian hari setelah [[Jayasingawarman|Jayasinghawarman]] mendirikan [[Tarumanagara]], pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi kerajaan daerah (bawahan).{{subjektif}}{{butuh rujukan}} ▼
Banyak para ahli memperdebatkan masalah institusi kerajaan sebelum [[Tarumanegara]] melalui berbagai sumber sejarah seperti berita Tiongkok dan bangsa Eropa atau naskah-naskah Kuno.<ref>{{Cite web|last=Redaksi|title=Tarumanegara Kingdom, Oldest Kingdom in West Java|url=https://www.iphedia.com/2019/12/tarumanegara-kingdom-oldest-kingdom-in.html|website=Iphedia.com|access-date=2020-08-23}}</ref> [[Claudius Ptolemaeus]], seorang ahli bumi masa Yunani Kuno menyebutkan sebuah negeri bernama ''[[Argyrè]]'' yang terletak di wilayah timur jauh. Negeri ini terletak di ujung barat pulau ''Iabodio'' yang selalu dikaitkan dengan ''[[Yawadwipa]]'' yang kemudian diasumsikan sebagai Jawa. ''Argyrè'' sendiri berarti perak yang kemudian diterjemahkan oleh para ahli sebagai [[Pelabuhan Merak|Merak]]. Kemudian sebuah berita Tiongkok yang berasal dari tahun 132 M menyebutkan wilayah ''Ye-tiao'' yang sering diartikan sebagai ''Yawadwipa'' dengan rajanya ''Pien'' yang merupakan lafal Mandarin dari [[bahasa Sanskerta]] Dewawarman.{{butuh rujukan}}Namun tidak ada bukti
▲== Pendahulu Tarumanagara ==
▲[[Jayasingawarman|Jayasinghawarman]] pendiri [[Tarumanagara]] adalah menantu raja [[Dewawarman VIII]]. Ia sendiri seorang Maharesi dari Calankayana di [[India]] yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan [[Samudragupta|Maharaja Samudragupta]] dari Kerajaan [[Kemaharajaan Gupta|Maurya]]{{butuh rujukan}}. Di kemudian hari setelah [[Jayasingawarman|Jayasinghawarman]] mendirikan [[Tarumanagara]], pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumanagara. Salakanagara kemudian berubah menjadi kerajaan daerah (bawahan).
== Klaim Letak kerajaan ==▼
▲Banyak para ahli memperdebatkan masalah institusi kerajaan sebelum [[Tarumanegara]] melalui berbagai sumber sejarah seperti berita Tiongkok dan bangsa Eropa atau naskah-naskah Kuno.<ref>{{Cite web|last=Redaksi|title=Tarumanegara Kingdom, Oldest Kingdom in West Java|url=https://www.iphedia.com/2019/12/tarumanegara-kingdom-oldest-kingdom-in.html|website=Iphedia.com|access-date=2020-08-23}}</ref> [[Claudius Ptolemaeus]], seorang ahli bumi masa Yunani Kuno menyebutkan sebuah negeri bernama ''[[Argyrè]]'' yang terletak di wilayah timur jauh. Negeri ini terletak di ujung barat pulau ''Iabodio'' yang selalu dikaitkan dengan ''[[Yawadwipa]]'' yang kemudian diasumsikan sebagai Jawa. ''Argyrè'' sendiri berarti perak yang kemudian diterjemahkan oleh para ahli sebagai [[Pelabuhan Merak|Merak]]. Kemudian sebuah berita Tiongkok yang berasal dari tahun 132 M menyebutkan wilayah ''Ye-tiao'' yang sering diartikan sebagai ''Yawadwipa'' dengan rajanya ''Pien'' yang merupakan lafal Mandarin dari [[bahasa Sanskerta]] Dewawarman. Namun tidak ada bukti lain yang dapat mengungkap kebenaran dari dua berita asing tersebut.<ref name=":1" />
Kerajaan Salakanagara terletak di Cihunjuran, Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, terdapat tiga menhir dan tujuh mata air yang dikenal tujuh sumur. Ada tiga lokasi yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Salakanagara. Mereka adalah Teluk Lada (Pandeglang, Banten), Condet (Jakarta) dan Gunung Salak (Bogor).<ref name=":2" />{{subjektif}}{{butuh rujukan}}<references group="3. El Jaquene, Fery Taufiq. Hitam Putih Pajajaran, Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran. Yogyakarta: Araska, Januari 2020." />▼
'''Pertama''', Rajatapura disebut oleh Naskah Wangsakerta sebagai letak pusat pemerintahan Salakanagara, yang terletak di Teluk Lada (Pandeglang, Banten). Dalam naskah tersebut, Rajatapura disebut sebagai kota tertua di Jawa. Dari sinilah kedelapan raja Dewawarman bertahta dan menguasai perdagangan di seluruh barat Pulau Jawa.<ref name=":2" />{{subjektif}}{{butuh rujukan}}▼
▲== Letak kerajaan ==
▲Kerajaan Salakanagara terletak di Cihunjuran, Desa Cikoneng, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, terdapat tiga menhir dan tujuh mata air yang dikenal tujuh sumur. Ada tiga lokasi yang diyakini sebagai pusat Kerajaan Salakanagara. Mereka adalah Teluk Lada (Pandeglang, Banten), Condet (Jakarta) dan Gunung Salak (Bogor).<ref name=":2" /><references group="3. El Jaquene, Fery Taufiq. Hitam Putih Pajajaran, Dari Kejayaan Hingga Keruntuhan Kerajaan Pajajaran. Yogyakarta: Araska, Januari 2020." />
▲'''Pertama''', Rajatapura disebut oleh Naskah Wangsakerta sebagai letak pusat pemerintahan Salakanagara, yang terletak di Teluk Lada (Pandeglang, Banten). Dalam naskah tersebut, Rajatapura disebut sebagai kota tertua di Jawa. Dari sinilah kedelapan raja Dewawarman bertahta dan menguasai perdagangan di seluruh barat Pulau Jawa.<ref name=":2" />
<references group="4. Abdur Rahman dkk. Carita Parahyangan Karya Pangeran Wangsakerta. Bandung: Yayasan Pembangunan Jawa Barat, 1991." />
'''Kedua''', Ciondet atau Condet di Jakarta Timur yang berjarak 30 kilometer dari pelabuhan Sunda Kelapa. Daerah ini memiliki sungai mengalir yang bernama Sungai Tiram. Kata "Tiram" diyakini berasal dari nama Aki Tirem, mertua Dewawarman I pendiri Salakanagara.<ref name=":3">{{Cite web|last=Kompasiana.com|date=2019-10-18|title=Asal-usul Masuknya Sistem Pemerintahan Monarki di Bumi Nusantara|url=https://www.kompasiana.com/indreaphiuchus/5da8b1140d82302b850d4cf2/asal-usul-masuknya-sistem-pemerintahan-monarki-di-bumi-nusantara|website=KOMPASIANA|language=id|access-date=2020-08-23}}</ref>{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
<references group="5. Abdurrahman Misno & Bambang Prawiro, Reception Through Selection Modification. Yogyakarta; Deepublish 2016" />
'''Ketiga''', Gunung Salak (Bogor) adalah sebuah gunung yang ketika siang berwarna keperak-perakan tertimpa matahari bersinar terang. Dalam bahasa Sunda, Salakanagara berarti Kerajaan Perak. Selain itu, pendapat ini juga didasarkan pada kemiripan nama antara Salaka dengan Salak.{{subjektif}}{{butuh rujukan}}<references group="6. Ibid. El Jaquene." />
== Klaim Daftar raja-raja Salakanagara ==
Tidak bisa dipungkiri bahwa awal mula kerajaan di [[Tatar Sunda]] berdiri tidak luput dari keturunan [[India|India{{yang mana}}]]
Dewawarman I (Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara) diperkirakan meninggal pada 168 M
Berikut daftar nama raja-raja yang memerintah Kerajaan Salakanagara berdasarkan [[Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara]] adalah:<ref>Ayatrohaedi: '''''Sundakala''', Cuplikan Sejarah Sunda Berdasar Naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" Cirebon''. Pustaka Jaya, [[2005]].</ref><ref>{{Cite web|title=Sunda History|url=https://historum.com/threads/sunda-history.9169/|website=History Forum|language=en-US|access-date=2020-08-23}}</ref>
Baris 66 ⟶ 63:
| Dewawarman I
| Prabu Darmalokapala Aji Raksa Gapura Sagara
| Pedagang asal Bharata ([[India|India{{yang mana}}]])
|-
| 168-195 M
Baris 81 ⟶ 78:
| Dewawarman IV
|
| Menantu Dewawarman II, Raja Ujung Kulon[[India|{{yang mana}}]]
|-
| 252-276 M
Baris 120 ⟶ 117:
== Kerajaan bawahan Salakanagara ==
Salakanagara membawahi kerajaan-kerajaan kecil, yang didirikan oleh orang-orang yang berasal dari dinasti Dewawarman (raja-raja yang memerintah Salakanagara).{{subjektif}}{{butuh rujukan}} Kerajaan yang menjadi bawahan Salakanagara antara lain:{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
=== Kerajaan Ujung Kulon ===
'''Kerajaan Ujung Kulon''' berlokasi di wilayah [[Ujung Kulon]] dan didirikan oleh Senapati Bahadura Harigana Jayasakti (adik kandung Dewawarman I).{{subjektif}}{{butuh rujukan}} Saat kerajaan
=== Kerajaan Tanjung Kidul ===
'''[[Kerajaan Agrabintapura|Kerajaan Tanjung Kidul]]''' beribu kota '''''Aghrabintapura''''' (Sekarang termasuk wilayah Cianjur Selatan). Kerajaan ini dipimpin oleh Sweta Liman Sakti (adik ke-2 Dewawarman I).{{subjektif}}{{butuh rujukan}}
== Bacaan lanjut ==
{{Col|2}}* Ekadjati, Edi S. 1995. Sunda, Nusantara, dan Indonesia; Suatu Tinjauan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu, 16 Desember `1995. Bandung: Universitas Padjadjaran.▼
▲* Ekadjati, Edi S. 1995. Sunda, Nusantara, dan Indonesia; Suatu Tinjauan Sejarah. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran pada Hari Sabtu, 16 Desember `1995. Bandung: Universitas Padjadjaran.
* Ekadjati, Edi S. 1981. Historiografi Priangan. Bandung: Lembaga Kebudayaan Universitas Padjadjaran.
* Ekadjati, Edi S. (Koordinator). 1993. Sejarah Pemerintahan di Jawa Barat. Bandung: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.
* Z., Mumuh Muhsin. ''Sunda, Priangan, dan Jawa Barat''. Makalah disampaikan dalam Diskusi ''Hari Jadi Jawa Barat'', diselenggarakan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat Bekerja Sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada Selasa, 3 November 2009 di Aula Redaksi HU Pikiran Rakyat.
* Uka Tjandrasasmita. (2009). ''Arkeologi Islam Nusantara.'' Kepustakaan Populer Gramedia.
Baris 158 ⟶ 148:
* Widjajakusuma, Djenal Asikin., Raden Dr. (1960). ''Babad Pasundan, Riwajat Kamerdikaan Bangsa Sunda Saruntagna Karadjaan Pdjadjaran Dina Taun 1580''. Kujang. Bandung.
* Winarno, F. G. (1990). ''Bogor Hari Esok Masa Lampau.'' PT. Bina Hati. Bogor.
* A. Sobana Hardjasaputra, H.D. Bastaman, Edi S. Ekadjati, Ajip Rosidi, Wim van Zanten, Undang A. Darsa. (2004). ''Bupati di Priangan dan Kajian Lainnya Mengenai Budaya Sunda.'' Pusat Studi Sunda.
* A. Sobana Hardjasaputra (Ed.). (2008). ''Sejarah Purwakarta.''
* Nina H. Lubis, Kunto Sofianto, Taufik Abdullah (pengantar), Ietje Marlina, A. Sobana Hardjasaputra, Reiza D. Dienaputra, Mumuh Muhsin Z. (2000). ''Sejarah Kota-kota Lama di di Jawa Barat''. Alqaprint. ISBN 979-95652-4-3.
* {{cite web|url=|title=Sejarah Propinsi Jawa Barat|authors=Nina Lubis et al.|publisher=
{{EndDiv}}
|