Tan Sam Cai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Tagging page (HG) (3.4.11) |
revisi penjelasan tokoh di awal paragraph |
||
Baris 1:
{{context}}
'''Tan Sam Cai''' (Tan Sam Tjaij) atau dikenal juga dengan
Tan San Cai berhasil memajukan pelabuhan Muara Jati Cirebon menjadi pelabuhan internasional dan berfungsi sebagai pelabuhan ekspor impor terbesar di dunia dengan komoditas seperti kayu jati, gula, kopi, beras, dan rempah-rempah. Tan Sam Cai juga membuka sentra-sentra perekonomian seperti pasar tradisional, pencetakan uang koin dari emas dan perak.<ref name=":2" />
Tan Sam Cai kemudian masuk agama Islam dan mendapat nama Muhammad Syafii. Dengan posisi pentingnya, Tan Sam Cai diberi istana sendiri yang dinamakan Istana Sunjaragi.<ref name=":0">{{Cite news|last=Kurniawan|first=Hasan|date=2022-01-09|title=Tan Sam Cai, Santri Murtad Kesultanan Cirebon yang Diangkat Menjadi Dewa|url=https://daerah.sindonews.com/read/651541/29/tan-sam-cai-santri-murtad-kesultanan-cirebon-yang-diangkat-menjadi-dewa-1641668514|work=Sindonews|access-date=2023-05-14}}</ref>
Tan Sam Cai berasal dari Tin Lam Sia, provinsi Hokkian, Tiongkok. Dia memiliki hubungan baik dengan Belanda dan Sultan Sepuh Cirebon. Tan Sam Cai juga dikenal dermawan terhadap orang-orang miskin dan suka menolong. Dari pernikahannya dengan Nurleila binti Abdullah Nazir Loa Sek Cong, Tan Sam Cai dianugerahi dua orang anak yang diberi nama Tan Kiu Ngau dan Tan Thian Song.<ref>{{Cite news|date=2020-11-20|title=Makam Cina Wira Cula Simbol Harmonisnya Warga Tionghoa dengan Keraton Cirebon|url=https://kumparan.com/potongan-nostalgia/makam-cina-wira-cula-simbol-harmonisnya-warga-tionghoa-dengan-keraton-cirebon-1ucrVpTewNF/3|work=Kumparan|access-date=2023-05-14}}</ref>
Tan Sam Cai merupakan sepupu dari Tan Eng Hoat atau Maulana Ifdil Hanafi atau Adipati Wirya Sanjaya yang pada tahun 1553-1564 M yang menjabat sebagai raja muda di bawah Kesultanan Cirebon yang pengaruhnya hingga Samudera Hindia. Tan Eng Hoat meninggal ketika merebut Galuh.<ref name=":1">{{Cite web|first=Rusyanti|date=2013-04-16|title=Peranan Tan Sam Cai Kong dalam Sejarah Cirebon|url=https://purbawidya.kemdikbud.go.id/index.php/jurnal/article/view/P2%281%292013-9/23|website=Kemdikbud|access-date=2023-05-14}}</ref> Tan Sam Cai pernah menjadi pengawal pribadi putri Tan Eng Hoat yang kelak menjadi permaisuri sultan pertama Cirebon.<ref>{{Cite web|last=Pamungkas|first=M Fazil|date=2020-09-04|title=Tan Sam Cai, Menteri Keuangan Kesultanan Cirebon|url=https://historia.id/kuno/articles/tan-sam-cai-menteri-keuangan-kesultanan-cirebon-6jMAd/page/1|website=historia|access-date=2023-05-14}}</ref>
Jenazahnya kemudian dimakamkan secara Islam di pekarangan rumahnya sendiri atas permintaan sang Istri yang bernama Nurleila binti Abdullah Nazir Loa Sek Cong. Jenazahnya ditolak untuk dimakamkan di pemakaman Kesultanan Cirebon di Sembung. Salah satu yang melakukan penolakan adalah Haji Kung Sem Pak atau Muhammad Murdjani, yang merupakan keturunan dari Laksamana Haji Kung Sem Pak yang berprofesi sebagai kuncen kuburan sultan.
|