Kerajaan Tamiang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bot5958 (bicara | kontrib)
k Perbarui referensi situs berita Indonesia
Blackman Jr. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1:
'''Kerajaan Tamiang''' atau '''Kesultanan Banua Tamiang''', atau '''Benua Tunu''' merupakan salah satu [[Kerajaan Islam di Indonesia|kerajaan Islam]] tertua di [[Aceh]], [[Indonesia]], setelah [[Kesultanan Peureulak|Kesultanan Perlak]].<ref>{{Cite news|title=Sejarah Singkat Kerajaan Perlak dan Kerajaan Benua Raja|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/04/173000769/sejarah-singkat-kerajaan-perlak-dan-kerajaan-benua-raja|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2020-08-30|editor-last=Putri|editor-first=Arum Sutrisni|first=Arum Sutrisni|last=Putri|date=2020-03-04}}</ref> Wilayah Kerajaan Tamiang ini berada di ujung paling timur dari Provinsi [[Aceh Darussalam|Aceh Darusalam]] saat ini. Wilayah Tamiang tersebut juga merupakan perbatasan antara Provinsi Aceh dengan Provinsi [[Sumatra Utara|Sumatera Utara]]. Pada saat sekarang ini Kerajaan Tamiang berada dalam kawasan administratif dari [[Kabupaten Aceh Tamiang]] yang resmii berdiri pada tahun 2002 dan merupakan pemekaran dari [[Kabupaten Aceh Timur]]. Kerajaan Tamiang atau Kesultanan Banua Tamiang juga merupakan kerajaan Islam yang berdiri di Aceh jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Kerajaan Tamiang ini pernah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Muda Sedia.<ref name=":0">{{Cite web|last=Tamiang|first=Adlin-Kominfo Aceh|title=Sejarah Tamiang|url=https://acehtamiangkab.go.id/selayang-pandang/sejarah-aceh-tamiang.html|website=acehtamiangkab.go.id|language=id-id|access-date=2020-08-30}}</ref><ref>{{Cite web|title=Aceh Timur|url=http://jdih.acehtimurkab.go.id/news/page/gambaran-umum-daerah|website=jdih.acehtimurkab.go.id|access-date=2020-08-30}}</ref>
 
== Sejarah kesultanan/Kerajaan Tamiang ==
Nama dari Kerajaan Tamiang tersebut pada awalnya diambil dari sebuah kata "Tamiang" yang juga berasal dari kata "te-miyang". Nama tersebut diambil dari sebuah legenda yang berasal dari wilayah tersebut yang berarti tidak gatal-gatal atau kebal terhadap miang [[bambu]]. Hal tersebut juga berhubungan dengan cerita [[sejarah]] tentang Raja Tamiang yang bernama Pucook Sulooh. Ketika masih bayi, raja tersebut ditemui dalam rumpun [[Bambu betung|bambu Betong]] atau betung (istilah Tamiang ” bulooh ”). Raja yang menemukannya ketika itu bernama Tamiang Pehok, ia kemudian mengambil dan membawa bayi tersebut. Setelah dewasa kemudian ia dinobatkan menjadi Raja Tamiang dengan gelar ” Pucook Sulooh Raja Te-Miyang “, yang artinya seorang raja yang ditemukan di rumpun rebong tetapi tidak kena gatal atau kebal dari gatal-gatal.<ref>{{Cite web|date=2016-08-29|title=3 Kerajaan Islam Berpengaruh di Aceh|url=https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/08/29/ocnqms313-3-kerajaan-islam-berpengaruh-di-aceh|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-06-12}}</ref><ref name=":0" />