Cacarakan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Dikembalikan ke revisi 23473269 oleh Haikal FK 1705 (bicara): Cacarakan asli ga misahin eu dan ĕ (TW) Tag: Pembatalan pranala ke halaman disambiguasi |
||
Baris 1:
{{Tentang|sistem penulisan bahasa Sunda|kegunaan lain|Aksara Sunda (disambiguasi)}}{{Infobox writing system|type=[[abugida]]|name=Cacarakan|altname=ꦕꦕꦫꦏꦤ꧀<br>''Aksara Sunda Cacarakan''{{Sfn|Rosyadi|1997|pp=16}}<br>''Aksara Sunda Basisir Kalér''{{Sfn|Rosyadi|1997|pp=51}}<br>''Aksara Sunda Jawa''{{Sfn|Coolsma|1985|pp=7}}|languages=[[Bahasa Sunda Priangan]]|time=abad ke-17 hingga
'''Cacarakan''' adalah aksara Jawa yang dimodifikasi untuk menulis [[Bahasa Sunda Priangan|bahasa Sunda dialek Priangan]]. Aksara ini digunakan di [[keresidenan Priangan]] sejak abad ke-17 hingga awal abad ke-20.{{Sfn|Permadi|2019|pp=262}} Aksara ini terutama digunakan oleh kaum ningrat Sunda (''[[Menak|ménak]]'') akibat pengaruh politik [[dinasti Mataram]].{{sfn|Moriyama|1996|pp=166}} Namun begitu, banyak masyarakat Sunda (khususnya [[Santri|kaum santri]]) pada periode waktu yang sama lebih umum menggunakan abjad [[Pegon]] yang diadaptasi dari [[abjad Arab]].{{sfn|Moriyama|1996|pp=167}}
Cacarakan juga digunakan dalam surat-surat resmi [[Hindia Belanda|Pemerintah Hindia Belanda]].<ref>{{Cite web|title=Kitab Undang-undang Hindia-Belanda dalam Bahasa Sunda – Kairaga.com|url=https://www.kairaga.com/2020/07/18/kitab-undang-undang-hindia-belanda-dalam-bahasa-sunda/|language=id|access-date=2023-04-13}}</ref> Upaya untuk memasyarakatkan penggunaan cacarakan telah dilakukan pemerintah sejak 1860-an dengan penerbitan berbagai bahan bacaan dan bahan ajar berbahasa Sunda, seperti ''Soendasch spel- en lees boek, met Soendasche letter'' (1862) dan ''
Meski kini sudah digantikan oleh [[Alfabet Latin|aksara Latin]] dan [[Aksara Sunda Baku|Sunda Baku]], penggunaan aksara ini masih dapat ditemui di beberapa tempat, seperti di kampung adat [[Leuwigajah, Cimahi Selatan, Cimahi|Cireundeu]], [[Kota Cimahi|Cimahi]].<ref>{{Cite web|title=Aksara – Kairaga.com|url=https://www.kairaga.com/naskah-sunda/aksara/|language=id|access-date=2023-04-13}}</ref>
Baris 10:
Dalam [[bahasa Sunda]], ''cacarakan'' memiliki makna "meniru-niru aksara Jawa". Dari sudut pandang tata bahasa Sunda, istilah "''cacarakan''" tebentuk dari [[kata dasar]] "''caraka''" yang mengalami proses [[reduplikasi]] dengan [[dwipurwa]] yang ditambah [[akhiran]] ''-an''.{{Sfn|Ekadjati|1999}}
Seiring dengan masifnya penggunaan Cacarakan di
== Bentuk ==
Baris 16:
=== ''Aksara'' ===
''Aksara'' (ꦔ꦳ꦏ꧀ꦱꦫ) adalah aksara konsonan dengan vokal inheren /a/. Dari 33 aksara yang terdapat dalam aksara Jawa, bahasa Sunda hanya menggunakan 18 bunyi konsonan dan 18 aksara dasar yang kemudian disebut sebagai ''aksara ngalegena'' (ꦔ꦳ꦏ꧀ꦱꦫꦔꦊꦒꦼꦤ). Sebagian aksara yang tersisa kemudian dialihfungsikan sebagai ''aksara gedé'' (ꦔ꦳ꦏ꧀ꦱꦫꦒꦼꦝꦺ) untuk menuliskan gelar dan [[Nama diri|nama]] yang dihormati.{{Sfn|Holle|1862}}
{| class="wikitable"
|+ style="text-align: center;" |''Aksara''
Baris 328:
=== Naskah digital ===
* [https://books.google.co.id/books?id=0hm2yOwsEgkC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false ''
== Pranala luar ==
|