Kabupaten Kepulauan Selayar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
fix
→‎Sejarah: #1Lib1Ref #1Lib1RefID
Baris 61:
Jejak-jejak keberadaan orang Cina (Tiongkok) bermula pada tahun 1235 M, Raja Tallo I Makkadae Daeng Mangrangka melakukan perjalanan ke negeri Tiongkok dan menikah seorang Putri Penguasa setempat yang bernama Nio Tekeng Bin Sie Djin Kui. Sepulang dari Negeri Tiongkok Raja Tallo mampir dan bermukim Kampung Bonto Bangun Selayar. Selama di Selayar Raja Tallo melahirkan putra dan purti di antaranya Sin Seng (Putra), Tian Lay (Putra) dan Shui Lie Putri dan menjadi cikal bakan nenek moyang orang Tionghoa di Selayar.
 
=== Masa pemerintahan Hindia Belanda ===
[[Belanda]] mulai memerintah Selayar pada tahun [[1739]]. Selayar ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dimana residen pertamanya adalah W. Coutsier (menjabat dari 1739-1743). Berturut-turut kemudian Selayar diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen atau yang setara dengan residen seperti Asisten Resident, Gesagherbber, WD Resident, atau ''Controleur''. Barulah Kepala pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar, yakni Moehammad Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan Jepang sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun [[1942]]. Di zaman Kolonial Belanda, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah Reganschappen.
[[Belanda]] mulai memerintah Selayar setelah mengambil alih kekuasaan politik dan ekonominya dari Kesultanan Gowa. Pengalihan kekuasaan ini merupakan akibat dari Perjanjian Bongaya. Selayar kemudian ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dengan nama Residentie Salaier. Jabatan sebagai Residen Selayar pertama kali diberikan kepada W. Coutsier. Masa jabatannya berlangsung sejak tahun 1737 hingga 1743.<ref>{{Cite book|last=Najamuddin, dkk.|date=Oktober 2016|url=http://eprints.unm.ac.id/6793/1/Kuasa%20Belanda%20di%20Nusa%20Selayar_Book%20Capter_Ahmadin_dalam_Buku_Sulawesi%20Selatan%20Tempo%20Doeloe.pdf|title=Sulawesi Selatan Tempoe Doeloe: Mozaik Sejarah Lokal|location=Makassar|publisher=Rayhan Intermedia|isbn=978-602-95545-6-4|pages=61|chapter=Kuasa Belanda di Nusa Selayar|url-status=live}}</ref>
 
[[Belanda]]Setelah mulaiitu, memerintah Selayar pada tahun [[1739]]. Selayar ditetapkan sebagai sebuah keresidenan dimana residen pertamanya adalah W. Coutsier (menjabat dari 1739-1743). Berturutberturut-turut kemudian Selayar diperintah oleh orang Belanda sebanyak 87 residen atau yang setara dengan residen seperti Asisten Resident, Gesagherbber, WD Resident, atau ''Controleur''. Barulah Kepala pemerintahan ke 88 dijabat oleh orang Selayar, yakni Moehammad Oepoe Patta Boendoe. Saat itu telah masuk penjajahan Jepang sehingga jabatan residen telah berganti menjadi Guntjo Sodai, pada tahun [[1942]]. Di zaman Kolonial Belanda, jabatan pemerintahan di bawah keresidenan adalah Reganschappen.{{Butuh rujukan}}
 
Reganschappen saat itu adalah wilayah setingkat kecamatan yang dikepalai oleh pribumi bergelar "Opu". Dan kalau memang demikian, maka setidak-tidaknya ada sepuluh Reganschappen di Selayar kala itu, antara lain: Reganschappen Gantarang, Reganschappen [[Tanete, Bontomatene, Kepulauan Selayar|Tanete]], Reganschappen [[Buki, Kepulauan Selayar|Buki]], Reganschappen [[Laiyolo, Bontosikuyu, Kepulauan Selayar|Laiyolo]], Reganschappen Barang-Barang dan Reganschappen [[Bontobangun, Bontoharu, Kepulauan Selayar|Bontobangun]]. Di bawah Regaschappen ada kepala pemerintahan dengan gelar Opu Lolo, Balegau dan Gallarang. Pada tanggal [[29 November]] [[1945]] (19 Hari setelah ''[[Insiden Hotel Yamato]]'' di [[Surabaya]]) pukul 06.45 sekumpulan pemuda dari beberapa kelompok dengan jumlah sekitar 200 orang yang dipimpin oleh seorang pemuda bekas [[Heiho]] bernama Rauf Rahman memasuki kantor polisi kolonial (sekarang kantor PD. Berdikari).