Prosopon: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 34:
Pada paro-pertama abad ke-5, sejumlah teolog [[Perguruan Katekese Antiokhia|Antiokhia]], antara lain [[Teodorus dari Mopsuestia]] dan muridnya yang bernama [[Nestorius]], menggugat konsep [[Persatuan hipostatik|kemanunggalan hipostasis]] kedua [[fisik|kodrat]] (ilahi dan insani) [[Yesus Kristus]], tetapi menerima konsep ''kemanunggalan prosopis'' yang lebih longgar didefinisikan. Karena pandangan-pandangan mereka mengenai kemanunggalan hipostasis dianggap kontroversial, muncul pertanyaan-pertanyaan tambahan menyangkut ajaran-ajaran mereka mengenai kemanunggalan prosopis.{{sfn|Grillmeier|1975|p=432, 463}}
 
Teodorus meyakini bahwa [[Inkarnasi (Kekristenan)|inkarnasi Yesus]] merupakan kebersemayaman Allah, yang berbeda dari kebersemayaman Allah yang dihayati nabi-nabi [[Perjanjian Lama]] maupun rasul-rasul [[Perjanjian Baru]]. Yesus dipandang sebagai seorang insan yang berbagi martabat keanak-Allahan Logos; Logos mempersatukanmenyatukan diri dengan Yesus semenjak Yesus dikandung. Sesudah [[Kebangkitan Yesus|bangkit]], insan Yesus dan Logos menyingkapkan bahwa keduanya senantiasa satu ''prosopon''.{{sfn|Norris|1980|p=25}}
 
Teodorus mewacanakan kemanunggalan prosopis dalam menerapkan ''prosopon'' kepada Kristus [[Logos (Kekristenan)|Sang Logos]]. Ia mendalilkan dua ekspresi Kristus, insani dan ilahi. Meskipun demikian, yang ia maksud bukan bahwasanya Kristus mencapai kemanunggalan dua ekspresi tersebut lewat pembentukan prosopon ketiga, melainkan bahwasanya satu ''prosopon'' yang dihasilkan Logos memberikan wajahnya sendiri kepada sang insan terjamin.{{sfn|Grillmeier|1975|p=432}} Ia menafsirkan kemanunggalan Allah dan manusia di dalam Kristus itu sama seperti kemanunggalan [[jiwa]] dan raga. ''Prosopon'' memainkan peran khusus di dalam tafsirnya mengenai Kristus. Ia menolak konsep hipostasis, karena yakin bahwa konsep itu bertentangan dengan kodrat sejati Kristus. Ia mengemukakan bahwa, di dalam Kristus, harus ada penerimaan jiwa maupun raga. Kristus menerima jiwa, dan atas berkat rahmat Allah menghantarkan jiwa itu kepada [[Kekekalan (teologi)|ketakterubahan]] dan kepada keberdaulatan paripurna atas sakit-derita badan.{{sfn|Grillmeier|1975|p=424-427}}