Konten dihapus Konten ditambahkan
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Adnan Chaldun (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 51:
;[[Teh putih]]: Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.
;[[Teh hijau]]: Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang disebut ''gun powder'').
;[[Oolong]]: Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu 2-32–3 hari.
;[[Teh hitam]] :Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan (India, Sri Lanka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi, dan Zimbabwe. Terjemahan harafiah dari aksara Hanzi untuk teh bahasa Tionghoa (红茶) atau (紅茶) dalam bahasa Jepang adalah teh merah karena air teh sebenarnya berwarna merah. Barat menyebutnya teh hitam karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, teh merah adalah sebutan untuk teh [[rooibos]] yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi dua jenis: ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC (metode produksi teh ''crush, tear, curl'' yang berkembang sejak tahun 1932). Teh hitam yang belum diramu (''unblended'') dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan (awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pascaproduksi sesuai standar [[Orange Pekoe]].
;[[Pu-erh]] (Póu léi dalam bahasa Kantonis):Teh ''pu-erh'' terdiri dari dua jenis: mentah dan matang. Teh ''pu-erh'' mentah bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga matang. Selama penyimpanan, teh ''pu-erh'' mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh ''pu-erh'' matang dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh mentah yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh ''pu-erh'' matang dibuat dengan mengontrol kelembapan dan temperatur daun teh mirip dengan proses [[kompos|pengomposan]]. Teh ''pu-erh'' biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil, atau mangkuk. Teh ''pu-erh'' dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh ''pu-erh'' yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. SemakinMakin lama disimpan, aroma teh ''pu-erh'' menjadi semakinmakin enak. Teh ''pu-erh'' mentah kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh ''pu-erh'' bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh ''pu-erh'' dibuat dengan merebus daun teh ''pu-erh'' di dalam air mendidih sering kali hingga 5 menit. Orang [[Tibet]] mempunyai kebiasaan minum teh ''pu-erh'' yang dicampur dengan mentega dari lemak [[yak]], gula, dan garam.
 
<gallery>