[[Soeharto]] mengundurkan diri sebagai [[Presiden Indonesia]] pada 21 Mei 1998 menyusulsetelah runtuhnya dukungan untuk kepresidenannya yang telah berlangsung selama 32 tahun. Wakil Presiden [[B. J. Habibie|B.J. Habibie]] kemudian mengambil alih kursi kepresidenan.
Cengkeraman Soeharto pada kekuasaan melemah menyusulsejak munculnya krisis ekonomi dan politik yang parah yang berasal dari [[Krisis Keuangan Asia 1997|krisis keuangan Asia 1997]]. Perekonomian mengalami pelarianPelarian modal asing, yang menyebabkan penurunan drastis nilai [[rupiah Indonesia]], yang sangat berdampak pada ekonomi dan mata pencaharian masyarakat.
Dua bulan sebelumnya, yakni pada Maret 1998, Soeharto terpilih kembali untuk masa jabatan ketujuhnya oleh [[MPR]]Majelis padaPermusyawaratan MaretRakyat 1998Republik Indonesia|Majelis Permusyawaratan Rakyat]]. Meningkatnya kerusuhan politik dan kekerasan menggerogoti dukungan politik dan militer yang sebelumnya kuat, yang menyebabkan pengunduran dirinyadiri Soeharto pada Mei 1998. Awalnya di bawah Presiden Habibie yang baru dilantik, periode reformasi politik ("[[Reformasi Indonesia (1998–sekarang)|Periode Reformasi]]")menyusulpun dimulai di bawah pemerintahan Presiden Habibie yang baru dilantik.
== Latar belakang sejarah ==
=== Perbedaan pendapat selama Orde Baru ===
Setelah mengkonsolidasikanmengonsolidasikan kekuasaan pada tahun 1967 setelah [[Gerakan 30 September|percobaan kudeta tahun 1965]] yang dilancarkan oleh perwira menengah di angkatan darat dan udara Indonesia tetapi secara resmi disalahkan pada [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) yang mengakibatkan [[Pembantaian di Indonesia 1965–1966|pembersihan]], pemerintah Soeharto mengadopsi kebijakan yang sangat membatasi [[kebebasan sipil]] dan melembagakan sistem pemerintahan yang secara efektif membagi kekuasaan antara organisasi [[Partai Golongan Karya|Golkar]] dan militer.{{sfn|Mackie|MacIntyre|1994|pp=10-13}}
Pada tahun 1970, kenaikan harga dan korupsi memicu protes mahasiswa dan penyelidikan oleh komisi pemerintah.{{sfn|Mackie|MacIntyre|1994|pp=125-126}} Soeharto menanggapi dengan melarang protes mahasiswa.