Megalitik Pasemah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
Tinggalan tradisi budaya [[megalitik]] di daerah Pasemah ([[Sumatera Selatan]]) merupakan tinggalan warisan budaya bangsa yang sangat penting artinya. Tinggalan megalitik di wilayah Pasemah muncul dengan bentuk yang unik, langka dan mengandung unsur kemegahan dan keagungan serta terwujud dalam bentuk-bentuk yang sangat monumental. Simbol-simbol yang ingin disampaikan oleh pemahat erat kaitannya dengan pesan-pesan religius. Budaya megalitik Pasemah mulai diteliti pertama kali dan ditulis oleh L. Ullmann dalam artikelnya "''Hindoe-belden in binnenlanden van Palembang''" yang dimuat oleh Indich Archief (1850). Dalam tulisannya Ullmann itu H Loffs menyumpulkan bahwa arca-arca tersebut merupakan tinggalan dari masa [[hindu]]. namun pendapat ini ditentang oleh [[Van der Hoop]], tahun 1932 yang menyatakan bahwa tinggalan tersebut dari masa yang lebih tua. Setelah penelitian Van der Hoop, penelitian tentang megalitik Pasemah dilanjutkan oleh peneliti-peneliti [[arkeologi]], seperti R.P. Soejono, Teguh Asmar, Haris Sukendar, Bagyo Prasetyo, peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan peneliti dari [[Balai Arkeologi Palembang]] pun secara intensif melakukan penelitian di wilayah Pasemah sampai saat ini.
Penampilan tinggalan budaya megalitik Pasemah sangat "''sophiscated''" dengan tampilnya pahatan-pahatan yang begitu maju, dan digambarkan alat-alat yang dibuat dari perunggu memberikan tanda bahwa megalitik Pasemah telah berkembang dalam arus globalisasi (pertukaran) budaya yang pesat. Alat-alat logam perunggu yang dipahat adalah nekara yang merupakan [[kebudayaan Dong Soon]], Vietnam. Temuan peninggalan megalitik di pasemah begitu banyak variasinya, berdasarkan survei yang dilakukan peneliti Balai
|