Cut Nyak Dhien: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tanda untuk translate dgn mudah Tag: Menghilangkan referensi VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tanda Tag: Menghilangkan referensi VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 26:
}}
'''Cut Nyak Dhien''' (ejaan lama: '''Tjoet Nja' Dhien''', [[Lampadang]], [[Kerajaan Aceh]], [[1848]] – [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], [[Jawa Barat]], [[6 November]] [[1908]];
Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan [[Teuku Umar]], setelah sebelumnya ia dijanjikan dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut. Dari pernikahan ini Cut Nyak Dhien memiliki seorang anak yang diberi nama Cut Gambang.
== Kehidupan Awal ==
Baris 44:
Pada tahun [[1874]]-[[1880]], di bawah pimpinan [[Jenderal]] [[Jan van Swieten]], daerah VI Mukim dapat diduduki [[Belanda]] pada tahun [[1873]], sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun [[1874]]. Cut Nyak Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal [[24 Desember]] [[1875]]. Suaminya selanjutnya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.
Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal [[29 Juni]] [[1878]]. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.<ref name="deddi">Armand, Deddi. ''Cut Nyak Dien''. Penerbit: Pustaka Ananda</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Groepsportret met Cut Nyak Dhien de vrouw van Teuku Umar na haar gevangenneming TMnr 10018822.jpg|jmpl|250px|Cut Nyak Dien, setelah tertangkap oleh pihak Belanda]]
Baris 50:
Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun [[1880]]. Hal ini meningkatkan moral semangat perjuangan Aceh melawan ''Kaphe Ulanda'' (Belanda Kafir). Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.
Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang ''fi'sabilillah''. Sekitar tahun [[1875]], Teuku Umar melakukan gerakan dengan mendekati [[Belanda]] dan hubungannya dengan orang [[Belanda]] semakin kuat. Pada tanggal [[30 September]] [[1893]], Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250 orang pergi ke [[Kutaraja]] dan "menyerahkan diri" kepada [[Belanda]]. Belanda sangat senang karena musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar ''Teuku Umar Johan Pahlawan'' dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh sebagai penghianat oleh orang Aceh.<!--Bahkan, [[Cut Nyak Meutia]] datang menemui Cut Nyak Dhien dan memakinya.<ref name="deddi"/>--> Cut Nyak Dien berusaha menasihatinya untuk kembali melawan [[Belanda]]. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis Aceh.<ref name="tjoet">{{cite web|last=|first=|authorlink=|year=|title=Tjoet Njak Dien (Cut Nyak Dhien)|url=http://asnlf.net/asnlf_int/acheh/history/tjutnyakdhien/tjoet_njak_dien.htm|work=|publisher=|format=|archive-url=https://web.archive.org/web/20110412132927/http://www.asnlf.net/asnlf_int/acheh/history/tjutnyakdhien/tjoet_njak_dien.htm|archive-date=2011-04-12|dead-url=yes|accessdate=|coauthors=|accessyear=}}</ref>
[[Berkas:Teuku Umar.jpg|jmpl|kiri|200px|[[Teuku Umar]], suami kedua Cut Nyak Dhien.]]
Baris 64:
{{cquote2|Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah [[syahid]]<ref name="tjoet"/>}}
Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai kehancurannya pada tahun [[1901]] karena tentara [[Belanda]] sudah terbiasa berperang di medan daerah Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit memperoleh makanan. Hal ini membuat iba para pasukan-pasukannya.<ref name="deddi"/><ref name="tokohindonesia">{{Cite web|title=Tentang Cut Nyak Dien di tokohindonesia.com|url=http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/c/cut-nyak-dien/index.shtml|archive-url=https://archive.is/20061121111415/http://www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/c/cut-nyak-dien/index.shtml|archive-date=2006-11-21|dead-url=yes|access-date=2010-03-24}}</ref>
Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda karena iba.<ref name="deddi"/><ref name="tokohindonesia"/> Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka terkejut dan bertempur mati-matian. Dhien berusaha mengambil [[rencong]] dan mencoba untuk melawan musuh. Namun, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda.<ref>Sudarmanto, Y.B. 1999. ''Jejak Pahlawan Indonesia''. Penerbitan Surat Keputusan No 23 (Kolonial Verslag 1907: 12).</ref><ref name="makam">{{Cite web |url=http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2003/0619/wis01.html |title=sinarharapan.co.id: Makam Cut Nyak Dhien Sepi Akibat Perang Saudara |access-date=2010-03-24 |archive-date=2010-01-28 |archive-url=https://web.archive.org/web/20100128050351/http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2003/0619/wis01.html |dead-url=yes }}</ref> Cut Nyak Dhien ditangkap, sementara Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah dilakukan oleh ayah dan ibunya.<ref name="tjoet"/>
|