'''[[Sultan]]''' adalah gelar bagi penguasa [[monarki]] yang memerintah monarki [[Islam]]. Gelar ini diturunkan dari [[bahasa Arab]] سلطان, ''sulthaan'' yang berarti "penguasa" dan "kekuatan". Monarki yang dipimpin oleh seorang sultan disebut kesultanan, Kepaksian. Penggunaan gelar ini berkembang di [[Nusantara]] seiring semakin meningkatnya kekuatan politik sebagian kaum [[Muslim]] di Nusantara.
Gelar yang setara untuk wanita adalah '''[[sultanah]]'''. Penggunaan gelar sultanah ini berbeda-beda di tiap kawasan. Sultanah bisa bermakna sultan wanita, atau seorang wanita yang memimpin kesultanan, dan hal ini pernah digunakan pada masa Kesultanan [[Aceh]]. Walaupun begitu, tidak setiap wanita yang memimpin kesultanan menyandang gelar sultanah. Shajar al-Durr misalnya, tetap menyandang gelar sultan sebagaimana laki-laki saat dia naik tahta memimpin Mesir pada tanggal 2 Mei 1250 M.<ref>{{cite book |editor1-last=Holt |editor1-first=P. M. |editor2-last=Lambton |editor2-first=Ann K. S. |editor2-link=Ann Lambton |editor3-last=Lewis |editor3-first=Bernard |editor3-link=Bernard Lewis |title=The Cambridge History of Islam |url=http://books.google.com/books?id=4AuJvd2Tyt8C&pg=PA210 |accessdate=2010-03-01 |year=1977 |publisher=Cambridge University Press |isbn=978-0-521-29135-4 |oclc=3549123 |page=210}}</ref>
Sultanah juga dapat digunakan sebagai gelar bagi [[istri]] sultan, sebagaimana yang digunakan pada Kesultanan Mesir yang berdiri pada 1914 sampai 1922 M.<ref>{{cite journal |last=Rizk |first=Yunan Labib |date=13–19 April 2006 |title=A palace wedding |journal=[[Al-Ahram Weekly]] |issue=790 |url=http://weekly.ahram.org.eg/2006/790/chrncls.htm |accessdate=2010-02-27 |quote=... Britain granted the rulers among the family the title of sultan, a naming that was also applied to their wives. |archive-date=2014-08-01 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140801102047/http://weekly.ahram.org.eg/2006/790/chrncls.htm |dead-url=yes }}</ref> Akan tetapi, penggunaan gelar sultanah sebagai istri sultan tidak dikenal di kawasan Nusantara (Indonesia). Banyak kesultanan dan Kepaksian di kawasan Nusantara menggunakan gelar [[permaisuri]] atau [[ratu]] untuk istri sultan.
Berbeda dengan raja dan kaisar, gelar sultan tidak terikat dengan sebuah tingkatan tertentu (kecuali berada di bawah [[khalifah]], baik secara hierarkis maupun simbolis. Digunakan tidaknya gelar sultan tidak merujuk pada perbedaan tingkatan monarki, tetapi lebih kepada perbedaan [[ideologi]] yang disandang.