Majapahit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Surijeal (bicara | kontrib)
→‎Militer: Memperjelas
Baris 275:
Tentara Majapahit dibagi menjadi 2 jenis, pasukan utama yaitu ''prajurit'' (pasukan profesional) dan pasukan wajib militer yang diambil dari para ''petani''. Senjata utamanya adalah tombak.<ref name=":13" />{{Rp|84–85, 130}} Pada awalnya, kavaleri ada dalam jumlah terbatas, mereka digunakan untuk pengintaian dan patroli, mungkin dipersenjatai dengan tombak.<ref name=":13" />{{Rp|90, 94}} Setelah serangan Mongol, penggunaan kuda di Jawa semakin meluas terutama untuk perang.<ref>{{cite book|last1=Bankoff|first1=Greg|last2=Swart|first2=Sandra|year=2007|title=Breeds of Empire: The 'Invention' of the Horse in Southern Africa and Maritime Southeast Asia, 1500–1950|place=Copenhagen|publisher=NIAS|isbn=978-8-7769-4014-0|volume=42 (NIAS studies in Asian topics)|pages=1–20|chapter=1. Breeds of Empire and the ‘Invention’ of the Horse}}</ref>{{Rp|12–13}} [[Kereta perang]] digunakan untuk mengangkut para prajurit ke medan perang.<ref name=":13" />{{Rp|96}} [[Gajah perang]] digunakan terutama untuk transportasi, atau sebagai tunggangan untuk bangsawan dan tentara berpangkat lebih tinggi.<ref name=":13" />{{Rp|101}}
 
Majapahit memiliki 30.000 tentara profesional yang bekerja tetap, dimana para prajurit dan komandannya dibayar dengan emas. Ini menunjukkan adanya ''standing army'', ([[tentara permanen]]) sebuah pencapaian yang hanya bisa dicapai segelintir kerajaan Asia Tenggara.<ref name=":62">{{Cite book|last=Miksic|first=John M.|year=2013|title=Singapore and the Silk Road of the Sea, 1300-1800|publisher=NUS Press|isbn=9789971695583|author1-link=John N. Miksic}}</ref>{{Rp|185}}<ref name=":02">{{Cite book|last=Miksic|first=John N.|last2=Goh|first2=Geok Yian|date=2017|title=Ancient Southeast Asia|location=London|publisher=Routledge|url-status=live}}</ref>{{Rp|467}} Selain tentara profesional ini, Majapahit diperkuat dengan pasukan yang berasal dari negara bawahan dan pemimpin daerah.<ref name="end">{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|year=2006|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|location=Singapore|publisher=Editions Didier Millet|isbn=981-4155-67-5}}</ref>{{Rp|277}} Dari catatan ''Suma Oriental'' dan ''Sejarah Melayu'', jumlah keseluruhan pasukan Majapahit dapat mencapai 200.000 orang.<ref name=":3" />{{Rp|175-176}}<ref>Kheng, Cheah Boon; Ismail, Abdul Rahman Haji, eds. (1998). ''[https://archive.org/details/sejarah-melayu-cheah-boon-kheng/page/n1/mode/2up?q= Sejarah Melayu The Malay Annals MS RAFFLES No. 18 Edisi Rumi Baru/New Romanised Edition]''. Academic Art & Printing Services Sdn. Bhd. [https://archive.org/details/sejarah-melayu-cheah-boon-kheng/page/n127/mode/2up?q=jong hlm. 118-119]: "Setelah Betara Majapahit mendengar bunyi surat bendahari raja Singapura itu, maka baginda pun segera menyuruh berlengkap tiga ratus buah jong, lain daripada itu kelulus, pilang, jongkong, tiada terbilang lagi banyaknya; maka dua keti rakyat Jawa yang pergi itu; maka segala rakyat Jawa pun pergilah. Setelah datang ke Singapura, maka berparanglah dengan orang Singapura."</ref> Pasukan Majapahit bersifat multietnis, mirip seperti militer [[Kesultanan Yogyakarta]] yang memiliki pasukan Bugis dan Dhaeng (Makassar). Sebagaimana dicatat ''[[Hikayat Raja-raja Pasai|Hikayat Raja-Raja Pasai]]'':<blockquote>Maka kedua pihak laskhar pun kembali-lah masing-masing pada tempat-nya. Demikian-lah perang itu tiap-tiap hari, kira-kira tiga bulan lama-nya perang itu, tiada beralahan, karna Jawa itu sa-bagai datang juga bantu-nya dari benua asing.{{sfn|Nugroho|2011|p=182}}</blockquote>{{multiple image
| direction = vertical
| total_width = 220
Baris 302:
</gallery>
 
Pasukan militer di berbagai bagian Asia Tenggara menggunakan pakaian pelindung ringan. Seperti umumnya di Asia Tenggara, sebagian besar pasukan Jawa terdiri dari rakyat jelata yang [[Wajib militer|dimobilisasi sementara]] dari petani yang dipimpin oleh prajurit dan kasta bangsawan. "Tentara petani" biasanya bertelanjang dada mengenakan sarung, bersenjatakan tombak, pedang pendek, atau busur dan anak panah.<ref name=":9">{{Cite book|last=Oktorino|first=Nino|year=2020|title=Hikayat Majapahit - Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara|location=Jakarta|publisher=Elex Media Komputindo|isbn=978-623-00-1741-4}}</ref>{{Rp|111-113}} Prajurit yang lebih kaya menggunakan baju pelindung yang disebut ''[[kawaca]]''.<ref group="Catatan">''Kawaca'' memiliki dua makna. Yang pertama adalah kemeja yang dikenakan oleh para rohaniawan, yang lainnya berarti baju besi. Lihat Nugroho, Irawan Djoko (2011). Hal. 386.</ref><ref name=":13">{{cite thesis|last=Jákl|first=Jiří|date=2014|title=Literary Representations of War and Warfare in Old Javanese Kakawin Poetry|type=|publisher=The University of Queensland|degree=PhD}}</ref>{{rp|78}} Menurut Irawan Djoko Nugroho, baju pelindung ini mungkin berbentuk seperti tabung panjang dan terbuat dari tembaga yang dicetak.{{sfn|Nugroho|2011|p=202, 386}} Sebaliknya, infanteri biasa (prajurit profesional, bukan rakyat wajib militer) Majapahit mengenakan [[zirah sisik]] yang disebut ''[[siping-siping]]''.<ref name=":13" />{{rp|75, 78, 79}} Ada juga semacam helm baja yang disebut ''rukuh''.{{sfn|Nugroho|2011|p=321}}<ref name=":13" />{{rp|20, 78, 80}} Jenis [[baju zirah]] lain yang digunakan di Jawa era Majapahit adalah ''[[Baju rantai|waju rante]]'' ([[zirah rantai]]) dan ''[[karambalangan]]'' (lapisan logam yang dikenakan di depan dada).{{sfn|Nugroho|2011|p=202}}<ref name=":1">{{Cite web|url=https://www.nusantarareview.com/baju-baja-emas-gajah-mada.html|title=Baju Baja Emas Gajah Mada|last=Nugroho|first=Irawan Djoko|date=6 August 2018|website=Nusantara Review|archive-url=|archive-date=|dead-url=|access-date=14 August 2019}}</ref><ref name=":4">Berg, Kindung Sundāyana (Kidung Sunda C), Soerakarta, Drukkerij “De Bliksem”, 1928.</ref> Dalam [[Kidung Sunda]] pupuh 2 bait 85 dijelaskan bahwa mantri-mantri (menteri atau perwira) Gajah Mada mengenakan baju besi dalam bentuk zirah rantai atau [[plastron]] dengan hiasan emas dan mengenakan pakaian kuning,<ref name=":5" />{{Rp|103}} sedangkan dalam Kidung Sundayana pupuh 1 bait 95 disebutkan bahwa Gajah Mada mengenakan ''karambalangan'' berhias timbul dari emas, bersenjata tombak berlapis emas, dan perisai penuh dengan hiasan dari intan berlian.<ref name=":1" /><ref name=":4" />
 
Majapahit juga mengawali penggunaan senjata api di Nusantara. Meskipun pengetahuan membuat senjata berbasis serbuk mesiu di Nusantara sudah dikenal setelah serangan Mongol ke Jawa, dan pendahulu senjata api, yaitu [[Meriam tangan|meriam galah/meriam tangan]] ([[bedil tombak]]), dicatat Ma Huan dalam [[Yingyai Shenglan]]-nya digunakan oleh orang Jawa pada tahun 1413,<ref name=":72" />{{Rp|245}}<ref>Mayers (1876). "[https://hkjo.lib.hku.hk/archive/files/cada1c05f0deef101b0493372b268cfa.pdf Chinese explorations of the Indian Ocean during the fifteenth century]". ''The China Review''. '''IV''': hlm. 178.</ref> pengetahuan membuat senjata api sejati datang jauh kemudian, setelah pertengahan abad ke-15. Ia dibawa oleh negara-negara Islam di Asia Barat, kemungkinan besar oleh orang [[Bangsa Arab|Arab]]. Tahun pengenalan yang tepat tidak diketahui, tetapi dapat dengan aman disimpulkan tidak lebih awal dari tahun 1460.<ref name=":2">{{Cite book|title=A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjacent Countries|last=Crawfurd|first=John|publisher=Bradbury and Evans|year=1856|isbn=|location=|pages=}}</ref>{{Refpage|23}}