Hanya Satu Nama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bunga Katuk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bunga Katuk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 99:
 
Sementara waktu ‘menunggu’ usia Nike lebih dewasa, Nike kemudian hijrah ke PROJECT Q Records dan merilis album SEBERKAS SINAR tahun 1989 dengan mengubah nama menjadi NIKE ARDILLA, dan BOOOM… namanya menjulang, sementara nasib album di JK Records kemudian mengendap seiring waktu.
 
Judi kemudian memutuskan tak merilis album tersebut dengan alasan membiarkan Nike tumbuh berkembang. Namun yang terjadi, Nike justru rekaman di bawah label lain, yaitu Ariesta Records dan menghasilkan album Seberkas Sinar (1989) yang digagas oleh Deddy Dores. Pada masa inilah, nama 'Astrina' berganti menjadi 'Ardilla'.
 
Namun, alasan pembatalan merilis album Hanya Satu Nama ini sedikit berbeda dari pengakuan pihak keluarga. Raden Alan Yudi, kakak Nike Ardilla menyebut bahwa alasan utama pembatalan album itu karena suara anak-anak Nike tak cocok dengan lagu-lagu cinta yang dibawakan.
 
"Iya, itu [anggapan tak cocok] betul," kata Alan kala berbincang dengan CNNIndonesia.com, dalam kesempatan terpisah, baru-baru ini.
 
Akan tetapi, anggapan usia anak-anak tak cocok dengan lagu cinta itu sedikit janggal mengingat album Seberkas Sinar yang digarap Deddy Dores dirilis ketika Nike berusia 14 tahun, lalu album Bintang Kehidupan (1990) di bawah label Blackboard dirilis saat Nike berusia 15 tahun. Baru pada album Matahariku (1992), Nike sudah berusia 17 tahun.
 
Apapun alasan yang melatar belakangi album tersebut batal rilis, rekaman suara Nike Ardilla saat masih berusia 12 tahun itu tersimpan di arsip JK Records hingga 25 tahun kemudian. Pada 2013, putra Judi, Leonard Kristianto menemukan album itu.