Pengguna:FelixJL111/Test8: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 7:
[[Berkas:HOS Tjokroaminoto, 20 Mei Pelopor 17 Agustus, p43.jpg|jmpl|258x258px|Potret [[Raden Mas|R. M.]] [[Haji (gelar)|H.]] [[Oemar Said Tjokroaminoto]], tokoh sentral pada awal-awal pendirian [[Sarekat Islam]].]]
[[Sarekat Dagang Islam]] berdiri pada tanggal 16 Oktober 1905 oleh [[Samanhudi]],<ref>{{Cite web|last=Matanasi|first=Petrik|date=13 Oktober 2020|title=Kiprah Haji Samanhudi, Pedagang Batik dan Perintis Sarekat Islam|url=https://tirto.id/kiprah-haji-samanhudi-pedagang-batik-dan-perintis-sarekat-islam-f5EM|website=tirto.id|language=id|access-date=26 November 2021}}</ref> atau menurut versi lain oleh [[Tirto Adhi Soerjo]] pada tanggal 27 Maret 1909.<ref name="si-tirto">{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|date=8 Desember 2018|title=Peran Besar Tirto Adhi Soerjo dalam Sejarah Pergerakan Nasional|url=https://tirto.id/peran-besar-tirto-adhi-soerjo-dalam-sejarah-pergerakan-nasional-dbnq|website=tirto.id|language=id|access-date=26 November 2021}}</ref> Meskipun tanggal pendirian sarekat ini tidak begitu jelas, organisasi tersebut diketahui telah beroperasi secara penuh sejak kantor cabang [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) dan [[Kota Bogor|Buitenzorg]] (sekarang [[Kota Bogor|Bogor]]) mulai terbentuk sejak tanggal 5 April 1909.<ref name="si-tirto" /> Awalnya, serikat ini didirikan sebagai wadah bagi pedagang-pedagang [[Muslim]] agar dapat bersaing dengan para pedagang [[Tionghoa]], yang pada saat itu memiliki [[status sosial]] dan [[Hak istimewa sosial|privilese]] yang lebih tinggi.<ref>{{Cite web|date=2021-10-13|title=Mengenal Tujuan Sarekat Islam, Lengkap beserta Sejarahnya|url=https://www.merdeka.com/jateng/mengenal-tujuan-sarekat-islam-lengkap-beserta-sejarahnya-kln.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2023-05-29}}</ref> [[Oemar Said Tjokroaminoto]], seorang nasionalis yang bergabung dengan serikat ini dan kemudian ditunjuk menjadi ketua, mengubah nama serikat ini menjadi [[Sarekat Islam]] pada tahun 1912, dengan tujuan agar organisasi ini tidak hanya berkecimpung di ranah [[perdagangan]] tetapi juga di ranah-ranah lain, seperti [[Agama|keagamaan]].<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2022-01-31|title=Sarekat Islam: Tujuan, Pendiri, hingga Perpecahan Halaman all|url=https://regional.kompas.com/read/2022/01/31/184750578/sarekat-islam-tujuan-pendiri-hingga-perpecahan|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-30}}</ref> Meskipun awalnya Tjokroaminoto menyatakan bahwa serikat ini tidak berkecimpung dalam ranah politik, Sarekat Islam akhirnya tetap melebarkan sayapnya hingga masuk ke ranah politik. Di saat yang sama, paham-paham [[komunisme]] mulai masuk melalui tokoh-tokoh muda mereka. Organisasi ini kemudian terpecah menjadi dua kubu, yaitu "SI Merah" yang berhaluan komunisme ([[Politik sayap kiri|sayap kiri]]) dan "SI Putih" yang menentang paham tersebut ([[Politik sayap kanan|sayap kanan]]).<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-04-06|title=Sarekat Islam: Latar Belakang, Perkembangan, dan Perpecahan Halaman all|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/04/06/151727679/sarekat-islam-latar-belakang-perkembangan-dan-perpecahan|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-05-31}}</ref> Pada bulan Oktober 1921, para petinggi Sarekat Islam menyatakan bahwa anggota SI tidak boleh memiliki keanggotaan rangkap dengan organisasi lain, sehingga anggota-anggota dari [[Partai Komunis Indonesia]], [[Muhammadiyah]], [[Persatuan Islam]], dan organisasi-organisasi lainnya dikeluarkan dari Sarekat Islam karena menolak melepaskan keanggotaan rangkap tersebut.<ref>Jarvis, Helen (1991). Notes and appendices for Tan Malaka, From Jail to Jail. Athens, Ohio: Ohio University Center for International Studies.</ref> Pada tahun 1923, nama organisasi ini diubah menjadi Partai Sarekat Islam, mengukuhkan posisi organisasi ini sebagai [[partai politik]]. Pada tahun 1929, namanya diubah kembali menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia untuk memperjelas tujuan memperjuangkan kemerdekaan nasional sebagai tujuan partai.<ref>[[Nugroho Notosusanto]], ''Sejarah Nasional Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas'', 1992.</ref>
[[Berkas:Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, and Suryadi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantoro), 20 Mei Pelopor 17 Agustus, p11.jpg|jmpl|366x366px|Potret [[Tiga Serangkai]], yaitu [[Ernest Douwes Dekker]] yang sedang duduk, bersama [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] yang berdiri di sebelah kirinya, serta [[Soewardi Soerjaningrat]] ([[Ki Hadjar Dewantara]]) yang berdiri di sebelah kanannya.|kiri]]
Sementara organisasi Budi Utomo dan Sarekat Islam terusmasih tengah berkembang, [[Ernest Douwes Dekker]], seorang [[Orang Indo|Indo]] yang vokal dalam mengkritik pemerintah kolonial, mencanangkan pembentukan suatu organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan dan hak-hak kaum [[Orang Indo|Indo]] dan [[pribumi]] melalui jalur politik. Ia kemudian mengajak tokoh [[Tjipto Mangoenkoesoemo]] dan [[Ki Hadjar Dewantara|Soewardi Soerjaningrat]], yang tertarik dengan visi dan pandangan Dekker, untuk bersama-sama mewujudkan idenya tersebut. Dalam rapat-rapat umum (''vergadering'') yang dimulai sejak tanggal 15 September 1912 sebagai persiapan pembentukan partai, pidato Dekker untuk menarik massa tersebut berhasil menarik perhatian ribuan orang dari berbagai kalangan dan daerah. Sebagian besar dari mereka merupakan orang-orang yang tidak memenuhi syarat keanggotaan serta tidak cocok dengan visi dan misi dari organisasi lain seperti Budi Utomo dan Sarekat Islam.<ref name="kebangkitan">{{Cite book|date=1977-01-01|url=https://books.google.co.id/books?id=y2yCCgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=sejarah+partai+hindia&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=sejarah%20partai%20hindia&f=false.|title=Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Jawa Timur|publisher=Direktorat Jenderal Kebudayaan|language=id}}</ref> Akhirnya pada tanggal 25 Desember 1912, partai tersebut didirikan oleh Dekker, Tjipto, dan Soewardi, yang saat ini dikenal sebagai [[Tiga Serangkai]], beserta tokoh-tokoh pribumi dan Indo lainnya, dengan nama [[National Indische Partij|Indische Partij]] (Partai Hindia). Belum sempat partai ini berkembang, keabsahan dan status [[badan hukum]] atas partai ini ditolak sepenuhnya oleh pemerintah [[Hindia Belanda]], meskipun para pengurus partai telah beberapa kali mengajukan peninjauan ulang atas penolakan tersebut kepada pemerintah. Oleh karena itu, partai ini secara otomatis menjadi organisasi ilegal, sehingga pimpinan partai dengan berat hati membubarkan partai ini pada tanggal 31 Maret 1913.<ref name="dekker">{{cite web|title=PERJUANGAN ERNEST FRANCOIS EUGENE DOUWES DEKKER DARI POLITIK MENUJU PENDIDIKAN 1913-1941|url=https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/avatara/article/view/1102/31613&ved=2ahUKEwj---rwjKn2AhUt8HMBHZcYD1AQFnoECCwQAQ&usg=AOvVaw3cgIVD0hFhALEfZdMKH8t2|publisher=''AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah''|format=Pdf|accessdate=3 Maret 2022}}{{Pranala mati|date=November 2022|bot=InternetArchiveBot|fix-attempted=yes}}</ref> Meskipun demikian, beberapa tokoh pejuang, seperti Tiga Serangkai, masih terus menyuarakan kritik terhadap pemerintah secara vokal melalui media cetak seperti ''[[De Expres]]''. Pada tanggal 12 Juli 1913, ''[[De Expres]]'' memuat rancangan pembentukan [[Boemi Poetera|Komite Bumi Putera]] yang menyuarakan pencabutan ''Regeringsreglement'' 1854 Pasal 111 tentang pembatasan hak berorganisasi bagi pribumi, yang menjadi penyebab organisasi Indische Partij ditolak.<ref name="sejarah">Slamet Muljana (2007) [https://books.google.co.id/books?id=bsmp_WYip4gC&printsec=frontcover&dq=indische+partij&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=indische%20partij&f=false. ''Sejarah''.] Sumatera Barat: Yudhistira Ghalia Indonesia. Hal 37-38. ISBN 9790191391</ref> Keesokan harinya, [[koran]] yang sama memuat sebuah tulisan Ki Hadjar Dewantara yang berjudul ''Als Ik een Nederlander was'' ("Seandainya aku seorang Belanda"). Tulisan ini tentu saja menggemparkan para pejabat Belanda yang mulai khawatir akan gerak-gerik Tiga Serangkai yang dinilai mampu menciptakan pemberontakan. Tidak cukup sampai situ, Tjipto kemudian menulis artikel berjudul ''Kracht en Vrees'' ("Kekuatan dan Ketakutan") yang diterbitkan pada tanggal 27 Juli, sementara Soewardi menuliskan artikel baru yang kali ini berjudul ''Een voor allen en allen voor een'' ("Satu untuk semua dan semua untuk satu") dan diterbitkan dua hari setelah artikel Tjipto tersebut. Kedua artikel tersebut pada intinya mengkritik dan mengolok-olok pemerintah kolonial yang menyengsarakan penduduk setempat. Akibat tulisan tersebut, Tjipto dan Soewardi ditangkap dengan [[dakwaan]] mengganggu [[keamanan]] dan ketertiban umum di Hindia Belanda.<ref name="Kenji">{{Cite book|last=Tsuchiya|first=Kenji|date=1992|url=https://www.worldcat.org/oclc/221655803|title=Demokrasi dan kepemimpinan : kebangkitan gerakan Taman Siswa|location=Jakarta|publisher=Balai Pustaka|isbn=979-407-419-5|edition=Cet. 1|others=H. B. Yassin|oclc=221655803}}</ref> Penangkapan tersebut membuat Dekker, yang merupakan rekan seperjuangan mereka, menuliskan kritik terhadap penangkapan kedua tokoh tersebut dan dukungan atas mereka dalam artikel berjudul ''Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat'' ("Pahlawan Kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat") yang diterbitkan pada 5 Agustus. Akibat artikel tersebut, Dekker juga ikut ditangkap oleh pasukan Belanda.<ref>{{Cite web|last=developer|first=mediaindonesia com|title=Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Peranannya dalam Indische Partij|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/515196/mengenal-tokoh-tiga-serangkai-peranannya-dalam-indische-partij|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2023-06-05}}</ref> Pada tanggal 18 Agustus, pemerintah kolonial mengeluarkan putusan bahwa Tiga Serangkai akan diasingkan ke negara [[Belanda]].<ref>{{Cite web|title=Als Ik Eens Nederlander Was|url=https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/cerita/als-ik-eens-nederlander-was/|website=GURU BERBAGI|language=en|access-date=2023-06-05}}</ref>
 
Setelah Indische Partij bubar pun, beberapa tokoh pejuang, seperti Tiga Serangkai, masih terus menyuarakan kritik terhadap pemerintah secara vokal melalui media cetak seperti ''[[De Expres]]''. Pada tanggal 12 Juli 1913, ''[[De Expres]]'' memuat rancangan pembentukan [[Boemi Poetera|Komite Bumi Putera]] yang menyuarakan pencabutan ''Regeringsreglement'' 1854 Pasal 111 tentang pembatasan hak berorganisasi bagi pribumi, yang menjadi penyebab organisasi Indische Partij ditolak.<ref name="sejarah">Slamet Muljana (2007) [https://books.google.co.id/books?id=bsmp_WYip4gC&printsec=frontcover&dq=indische+partij&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=indische%20partij&f=false. ''Sejarah''.] Sumatera Barat: Yudhistira Ghalia Indonesia. Hal 37-38. ISBN 9790191391</ref> Keesokan harinya, [[koran]] yang sama memuat sebuah tulisan Ki Hadjar Dewantara yang berjudul ''Als Ik een Nederlander was'' ("Seandainya aku seorang Belanda"). Tulisan ini tentu saja menggemparkan para pejabat Belanda yang mulai khawatir akan gerak-gerik Tiga Serangkai yang dinilai mampu menciptakan pemberontakan. Tidak cukup sampai situ, Tjipto kemudian menulis artikel berjudul ''Kracht en Vrees'' ("Kekuatan dan Ketakutan") yang diterbitkan pada tanggal 27 Juli, sementara Soewardi menuliskan artikel baru yang kali ini berjudul ''Een voor allen en allen voor een'' ("Satu untuk semua dan semua untuk satu") dan diterbitkan dua hari setelah artikel Tjipto tersebut. Kedua artikel tersebut pada intinya mengkritik dan mengolok-olok pemerintah kolonial yang menyengsarakan penduduk setempat. Akibat tulisan tersebut, Tjipto dan Soewardi ditangkap dengan [[dakwaan]] mengganggu [[keamanan]] dan ketertiban umum di Hindia Belanda.<ref name="Kenji">{{Cite book|last=Tsuchiya|first=Kenji|date=1992|url=https://www.worldcat.org/oclc/221655803|title=Demokrasi dan kepemimpinan : kebangkitan gerakan Taman Siswa|location=Jakarta|publisher=Balai Pustaka|isbn=979-407-419-5|edition=Cet. 1|others=H. B. Yassin|oclc=221655803}}</ref> Penangkapan tersebut membuat Dekker, yang merupakan rekan seperjuangan mereka, menuliskan kritik terhadap penangkapan kedua tokoh tersebut dan dukungan atas mereka dalam artikel berjudul ''Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat'' ("Pahlawan Kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat") yang diterbitkan pada 5 Agustus. Akibat artikel tersebut, Dekker juga ikut ditangkap oleh pasukan Belanda.<ref>{{Cite web|last=developer|first=mediaindonesia com|title=Mengenal Tokoh Tiga Serangkai, Peranannya dalam Indische Partij|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/515196/mengenal-tokoh-tiga-serangkai-peranannya-dalam-indische-partij|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2023-06-05}}</ref> Pada tanggal 18 Agustus, pemerintah kolonial mengeluarkan putusan bahwa Tiga Serangkai akan diasingkan ke negara [[Belanda]].<ref>{{Cite web|title=Als Ik Eens Nederlander Was|url=https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/cerita/als-ik-eens-nederlander-was/|website=GURU BERBAGI|language=en|access-date=2023-06-05}}</ref>
Pada tanggal 23 Mei 1914, [[Henk Sneevliet]], seorang [[Komunisme|komunis]], membentuk suatu [[serikat pekerja]] yang bernama [[Indische Sociaal-Democratische Vereeniging|Indische Sociaal Democratische Vereeniging]] (Perhimpunan Demokrat Sosial Hindia; ISDV), yang didukung oleh [[Partai Buruh Demokrat Sosial (Belanda)|Partai Buruh Demokrat Sosial Belanda]] (SDAP), dengan tujuan menyebarkan paham-paham [[komunisme]], khususnya [[marxisme]], untuk membangkitkan semangat menentang pemerintah kolonial.<ref>[http://www.marxist.com/Asia/earlyPKI.html marxist.com]</ref> Tetapi pada tahun 1917, ISDV memisahkan diri dari SDAP, sementara pada saat yang sama, ISDV juga mulai menyusupkan paham mereka ke dalam organisasi [[Sarekat Islam]], melalui anggota-anggota yang tertarik dengan visi dan pandangan Sneevliet, seperti [[Semaoen]], [[Darsono (politikus)|Darsono]], [[Tan Malaka]], dan [[Alimin]]. Tidak sedikit dari antara mereka mulai menjadi anggota ISDV, sehingga kelompok tersebut mulai didominasi oleh kaum [[pribumi]]. Pada bulan Mei 1920, ISDV berganti nama menjadi [[Partai Komunis Indonesia|Perserikatan Komunis Hindia]] (PKH) dan semakin melebarkan sayap mereka, terutama di dalam tubuh Sarekat Islam. Namun, pimpinan serikat tersebut mengeluarkan aturan larangan keanggotaan rangkap pada Bulan Oktober 1921, sehingga tokoh-tokoh seperti [[Semaun|Semaoen]] dan [[Darsono (politikus)|Darsono]] terpaksa angkat kaki dari Sarekat Islam.<ref>{{Cite thesis|last=Sinaga|first=Edward Djanner|title=Communism and the Communist Party in Indonesia|type=MA Thesis|chapter=|url=|author=|year=1960|publisher=George Washington University School of Government|accessdate=|docket=|oclc=}}</ref> Organisasi ini mengganti namanya kembali pada tahun 1924, kali ini menjadi [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI).<ref>George McTurnan Kahin, ''Nationalism and Revolution in Indonesia'' (Cornell University Press: Ithaca. New York, 1952) p. 77.</ref> Pada bulan Mei 1925, PKI bersama beberapa kelompok nasionalis merundingkan rencana pemberontakan demi menggulingkan pemerintahan kolonial, yang dibuka dengan [[mogok kerja]] yang dilakukan oleh [[Tenaga kerja|pekerja]] [[kereta api]]. Pemberontakan tersebut dimulai pada tanggal 12 November 1926 di [[Labuan, Pandeglang|Labuan]] dengan menyerang para pegawai pemerintah di kediaman masing-masing. Penyerangan tokoh-tokoh pejabat tersebut meluas hingga ke wilayah Banten
 
Pada tanggal 23 Mei 1914, [[Henk Sneevliet]], seorang [[Komunisme|komunis]], membentuk suatu [[serikat pekerja]] yang bernama [[Indische Sociaal-Democratische Vereeniging|Indische Sociaal Democratische Vereeniging]] (Perhimpunan Demokrat Sosial Hindia; ISDV), yang didukung oleh [[Partai Buruh Demokrat Sosial (Belanda)|Partai Buruh Demokrat Sosial Belanda]] (SDAP), dengan tujuan menyebarkan paham-paham [[komunisme]], khususnya [[marxisme]], untuk membangkitkan semangat menentang pemerintah kolonial.<ref>[http://www.marxist.com/Asia/earlyPKI.html marxist.com]</ref> Tetapi pada tahun 1917, ISDV memisahkan diri dari SDAP, sementara pada saat yang sama, ISDV juga mulai menyusupkan paham mereka ke dalam organisasi [[Sarekat Islam]], melalui anggota-anggota yang tertarik dengan visi dan pandangan Sneevliet, seperti [[Semaoen]], [[Darsono (politikus)|Darsono]], [[Tan Malaka]], dan [[Alimin]]. Tidak sedikit dari antara mereka mulai menjadi anggota ISDV, sehingga kelompok tersebut mulai didominasi oleh kaum [[pribumi]]. Pada bulan Mei 1920, ISDV berganti nama menjadi [[Partai Komunis Indonesia|Perserikatan Komunis Hindia]] (PKH) dan semakin melebarkan sayap mereka, terutama di dalam tubuh Sarekat Islam. Namun, pimpinan serikat tersebut mengeluarkan aturan larangan keanggotaan rangkap pada Bulan Oktober 1921, sehingga tokoh-tokoh seperti [[Semaun|Semaoen]] dan [[Darsono (politikus)|Darsono]] terpaksa angkat kaki dari Sarekat Islam.<ref name="sinaga">{{Cite thesis|last=Sinaga|first=Edward Djanner|title=Communism and the Communist Party in Indonesia|type=MA Thesis|chapter=|url=|author=|year=1960|publisher=George Washington University School of Government|accessdate=|docket=|oclc=}}</ref> Organisasi ini mengganti namanya kembali pada tahun 1924, kali ini menjadi [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI).<ref>George McTurnanname="sinaga" Kahin, ''Nationalism and Revolution in Indonesia'' (Cornell University Press: Ithaca. New York, 1952) p. 77.</ref> Pada bulan Mei 1925, PKI bersama beberapa kelompok nasionalis merundingkan rencana pemberontakan demi menggulingkan pemerintahan kolonial, yang dibuka dengan [[mogok kerja]] yang dilakukan oleh [[Tenaga kerja|pekerja]] [[kereta api]]. Pemberontakan tersebut dimulai pada tanggal 12 November 1926 di [[Labuan, Pandeglang|Labuan]] dengan menyerang para pegawai pemerintah di kediaman masing-masing. Penyerangan tokoh-tokoh pejabat tersebut meluas hingga ke wilayah Banten
[[Berkas:PKI-1925-Commisariate Batavia.jpg|jmpl|300x300px|Rapat pleno [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) pada bulan Mei 1925 di [[Batavia]].]]
Pada bulan Mei 1925, PKI bersama beberapa kelompok nasionalis merundingkan rencana pemberontakan demi menggulingkan pemerintahan kolonial, yang dibuka dengan [[mogok kerja]] yang dilakukan oleh [[Tenaga kerja|pekerja]] [[kereta api]].<ref name="sinaga" /> Pemberontakan tersebut dimulai pada tanggal 12 November 1926 di [[Labuan, Pandeglang|Labuan]] dengan menyerang para pegawai pemerintah di kediaman masing-masing. Penyerangan tokoh-tokoh pejabat tersebut kemudian meluas ke wilayah-wilayah [[Keresidenan Banten]], [[Batavia]], [[Keresidenan Priangan|Priangan]], [[Keresidenan Kediri|Kediri]], [[Keresidenan Banyumas|Banyumas]], [[Keresidenan Pekalongan|Pekalongan]], dan [[Keresidenan Kedu|Kedu]]. Mulai keesokan hari hingga tanggal 8 Desember, pasukan militer [[Tentara Kerajaan Hindia Belanda|KNIL]] mulai diturunkan untuk menangkap para pemberontak yang beraksi di [[Jawa]], terutama di daerah Banten yang menjadi tempat pecahnya pemberontakan yang paling sengit.<ref name="pki-1926">{{Cite web|title=Sejarah Pemberontakan Berdarah Pertama PKI pada 1926-1927|url=https://nasional.sindonews.com/read/881243/15/sejarah-pemberontakan-berdarah-pertama-pki-pada-1926-1927-1662761384|website=SINDOnews.com|language=id-ID|access-date=2023-06-07}}</ref> Sementara di [[Sumatra|Pulau Sumatra]], pemberontakan dilakukan oleh para anggota PKI mulai pada malam hari tanggal 31 Desember 1926 di [[Silungkang, Sawahlunto|Silungkang]], kemudian menyebar ke wilayah-wilayah [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] lainnya di Keresidenan [[Pesisir Barat Sumatra]]. Pada [[Hari Tahun Baru]] keesokan harinya, pasukan militer mulai dikerahkan untuk menangkap pemberontak PKI di Minangkabau. Pemberontakan PKI di Jawa dan Sumatra akhirnya benar-benar dapat dipadamkan pada tanggal 28 Februari 1927.<ref name="pki-1926" /><ref>{{Cite web|last=Prinada|first=Yuda|title=Sejarah Pemberontakan PKI 1926-1927 di Sumatera Terhadap Belanda|url=https://tirto.id/sejarah-pemberontakan-pki-1926-1927-di-sumatera-terhadap-belanda-gbx4|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-06-07}}</ref> Akibat pemberontakan tersebut, [[Partai Komunis Indonesia]] ditetapkan sebagai organisasi terlarang di [[Hindia Belanda]] oleh pemerintah kolonial, sehingga kegiatan operasional PKI harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh para anggotanya.
 
Budi Utomo bergabung dengan Perserikatan Bangsa Indonesia untuk membentuk [[Partai Indonesia Raya]].<ref>{{Cite news|last=Parinduri|first=Alhidayath|date=23 Februari 2021|title=Sejarah Boedi Oetomo: Didirikan Oleh Siapa Saja dan Latar Belakang|url=https://tirto.id/kapan-boedi-oetomo-didirikan-latar-belakang-sejarah-tujuannya-gap1|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=24 November 2021}}</ref>