Kerajaan Blambangan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor |
|||
Baris 86:
Pada tahun 1597, giliran Blambangan diserang oleh pasukan [[Pasuruan]] namun Blambangan dapat mengatasinya. Setelah mengalahkan Pasuruan, terjadi huru-hara di internal Blambangan dan tampillah '''Menak Pati''' atau Sang Dipati Lampor dan putranya Menak Lumpat.
Selanjutnya Menak Lumpat digantikan oleh putranya yang bernama ''Pangeran Singosari'' atau Menak Seruyu bergelar '''Prabu Tawang Alun I'''.
Kemudian pada tahun 1638-1639, giliran [[Kesultanan Mataram]] menyerang Blambangan, hingga membuat ''Tawang Alun I'' terpaksa melarikan diri ke timur gunung (wilayah Banyuwangi saat ini), sedangkan putra mahkotanya, ''Mas Kembar'', menjadi tawanan dan diboyong ke Mataram.
Di bawah kekuasaan [[Kesultanan Mataram]], pada tahun 1649, ''Mas Kembar'' naik tahta dengan gelar '''Prabu Tawang Alun II'''. Pada tahun 1652, Tawang Alun II saat berada di Istana Mataram, Tawang Alun II mendeklarasikan diri bahwa Blambangan adalah wilayah yang merdeka, dan dia menyandang gelar sebagai Susuhunan Macanputih untuk menunjukkan bahwa tahtanya sederajat dengan Mataram yang kala itu dipimpin oleh Susuhunan Mangkurat I.▼
▲Di bawah kekuasaan [[Kesultanan Mataram]], pada tahun 1649, ''Mas Kembar'' naik tahta dengan gelar '''
Blambangan dapat merebut daerah-daerah kekuasaannya kembali dari tangan Mataram setelah Tawang Alun II membantu Trunajaya dan Karaeng Galesong melawan Mangkurat I dalam Perang Trunajaya. Di bawah pemerintahan Tawang Alun II, kerajaan Blambangan maju dengan pesat di mana kekuasaannya menyatu dari [[Banyuwangi]], hingga ke [[Kediri]].▼
▲Blambangan dapat merebut daerah-daerah kekuasaannya kembali dari tangan Mataram setelah Kangjeng Suhunan Tawang Alun II membantu Trunajaya dan Karaeng Galesong melawan Mangkurat
Kemudian, usaha para penguasa Mataram dalam menundukkan Blambangan mengalami kegagalan. Hal ini mengakibatkan kawasan Blambangan (dan Banyuwangi pada umumnya) tidak pernah masuk ke dalam budaya [[Jawa Tengah]]. Maka dari itu, sampai sekarang kawasan Banyuwangi memiliki ragam bahasa yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa baku.
Baris 96 ⟶ 98:
== Keruntuhan Blambangan ==
=== Perang Saudara keturunan Tawang Alun II ===
Ketika ''Kangjeng
Setelah berkuasa selama tujuh tahun, Pangeran Pati I dikalahkan oleh putra Pangeran Senapati Sasranagara yang bernama Pangeran Mas Purba bergelar '''Prabu
Gusti Prabu
*Mas Ayu Gadhing (putri [[Untung Suropati]]) dari perkawinan tersebut memiliki Putra:
** Pangeran Mas Noyang (Danuningrat)
*Dari selir (kakak Ipar Gusti Agung Mengwi/Raja Mengwi) dia berputra:
**Pangeran
Sepeninggal Prabu
=== Perang melawan VOC ===
Di akhir abad ke-17, setelah meninggalnya '''Prabu''' '''Danuningrat''' pada tahun 1763, [[VOC]] secara sepihak menyatakan bahwa Blambangan adalah wilayah kekuasaannya (berdasarkan Perjanjian Ponorogo tahun 1743), maka pada [[1767]]-[[1768]], terjadilah [[Wong Agung Wilis#Perang Wilis|Perang Wilis]], yang dipimpin oleh [[Wong Agung Wilis]] melawan VOC.<ref name=hb3mus>Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref>
VOC membelah wilayah Kerajaan Blambangan menjadi dua bagian, Blambangan Barat atau Kanoman dipimpin oleh bupati boneka bernama Mas Weka dan beribukota di Puger (di Jember selatan). Sedangkan Blambangan Timur atau Kasepuhan juga dipimpin oleh bupati boneka bernama Mas Aneng/Mas Uno dengan ibukota di Ulu Pangpang (di Muncar, Banyuwangi).
Setelah ''Wong Agung Wilis'' dikalahkan, kemudian terjadi [[Perang Bayu]] pada tahun [[1771]]-[[1772]], dan menjadi perang habis-habisan ([[puputan]]) pasukan Blambangan yang dipimpin oleh [[Jagapati|Pangeran Jagapati]] melawan pasukan [[VOC]]. Setelah ''Jagapati'' kalah dan terbunuh, VOC mengisi kekosongan pemerintahan dan menggabungkan Blambangan
Runtuhnya Kerajaan Blambangan, bagi [[Bali]] merupakan suatu peristiwa yang sangat berarti dari segi kebudayaan. Para raja Bali percaya bahwa nenek-moyang mereka berasal dari Majapahit. Dengan masuknya Blambangan ke dalam kekuasaan VOC, Bali menjadi lepas dari Jawa.
|