Tun Sri Lanang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Perbarui referensi situs berita Indonesia |
Tahun nya salah Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 21:
Setelah di Aceh Tun Sri Lanang menikah lagi dan mempunyai seorang anak bernama Tun Rembau bergelar Teuku Tjik Di Blang Panglima Perkasa32 Dalam sejarah melayu anak cucu Tun Seri Lanang kemudian menjadi para bangsawan di Malaysia, yaitu Sultan di Tringganu, Johor, Pahang dan Selangor. Pada tahun 1613 setelah peristiwa Batu Sawar Tun Sri Lanang hijrah ke Aceh Darussalam bersama keluarga Sultan Alauddin termasuk adiknya Raja Bungsu dan bersama mareka dibawa dua ribu penduduk Johor ke Aceh dan kemudian bermukim di Samalanga. Secara tradisional Jabatan penting dalam Kesultanan Melayu merupakan jabatan warisan turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut satu riwayat setelah Tun Sri Lanang pindah ke Aceh dan putra tertua di Malaysia bernama Tun Anum diangkat menjadi Bendahara Johor berikutnya. kemudian Tun Anum ini diduga meninggal dunia bersama pembesar Johor lainnya akibat wabah penyakit pada tahun 1642 dan di makamkan di Makam Tauhid ( Makam Sayed)35. Setelah Tun Anum mangkat adiknya yang bernama Tun Jenal diangkat menjadi Bendahara dengan gelar Paduka Raja atau Bendahara Sekudai. Tun Jenal merupakan bendahara Johor yang berjasa melepaskan Malaka dari penjajah Portugis tahun
Keturunan Tun Jainal bergelar Bendahara Paduka Raja (BPR) alias Datuk Sekudai ini mempunyai seorang anak perempuan yang menikah dengan Said Zainal Abidin dari Aceh yang mempunyai seorang anak perempuan bernama Dato Maharaja Diraja. Dato Maharaja Diraja mempunyai dua orang putra yang bernama Sayid Jak’far alias Datuk Pasir Raja dan Habid Abdullah BSM.<ref>{{Cite web|last=dwifajariyanto|date=2013-12-11|title=RAJA SAMALANGA DALAM SEJARAH DUA BANGSA INDONESIA- MALAYSIA TUN SRI LANANG ABAD KE - 16|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/raja-samalanga-dalam-sejarah-dua-bangsa-indonesia-malaysia-tun-sri-lanang-abad-ke-16/|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Banda Aceh|language=en-US|access-date=2020-11-12}}</ref>
|