Emha Ainun Nadjib: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k fix
Baris 52:
PSK yang didirikan tahun 1969 dan aktif hingga 1977, telah melahirkan sejumlah sastrawan terkemuka Indonesia, di antaranya Teguh Ranusastra Asmara, [[Iman Budhi Santosa]], [[Ragil Suwarna Pragolapati]], [[Linus Suryadi AG]], [[Korrie Layun Rampan]], dan Cak Nun sendiri.<ref>{{Cite book|url=https://www.caknun.com/2018/cak-nun-dalam-lanskap-sastra-dan-sabana-sosial/|title=Sepotong Dunia Emha|last=|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=88|url-status=live}}</ref> Keberadaan PSK tidak dapat dipisahkan dari Mingguan ''Pelopor Yogya''.
 
Kehidupan di PSK, di bawah asuhan Umbu, memang menuntut setiap penyair mudanya untuk berpacu setiap saat dengan “kehidupan puisi”.<ref name=":4" /> Dan ketika di PSK, Cak Nun termasuk yang produktif menghasilkan karya sehingga di usia yang masih belia, belum genap 17 tahun, ia sudah mendapatkan legitimasi sebagai penyair dan  disematkan sebagai penyair garda depan yang dimiliki Yogyakarta.<ref>{{Cite book|url=https://www.caknun.com/2018/cak-nun-dalam-lanskap-sastra-dan-sabana-sosial/|title=Sepotong Dunia Emha|last=|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=89|url-status=live}}</ref>
 
Semasa di Malioboro ini, Cak Nun yang masih SMA sering bolos sekolah karena asyik dengan dunia sastra. Ia pernah membolos hampir 40 hari dalam satu semester. Ini membuat ia mulai tidak disukai guru-gurunya, ditambah rambutnya gondrong yang dianggap melanggar peraturan sekolah. Tapi ia mengatakan bahwa dirinya lebih suka mencari hal-hal yang belum diketahuinya namun tidak didapatkannya di sekolah.<ref>{{Cite book|url=https://www.caknun.com/2018/cak-nun-dalam-lanskap-sastra-dan-sabana-sosial/|title=Sepotong Dunia Emha|last=|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=90|url-status=live}}</ref>
Baris 82:
 
=== Iowa, Rotterdam, Berlin ===
PSK pada masa aktifnya sering mengadakan kegiatan dialog sastra bersama [[Umar Kayam]] dan sastrawan lainnya yang dipandang mapan di wilayah sastra nasional. Cak Nun dan Linus Suryadi AG dikenal memiliki kedekatan dengan beliau. Tahun 1981,<ref>{{Cite web|url=https://iwp.uiowa.edu/residency/participants-by-year/1981|title=1981 Participants|last=|first=|date=|website=International Writing Program|access-date=19 Desember 2019}}</ref> Umar Kayam merekomendasikan Cak Nun untuk mengikuti ''[[Iowa International Writing Program|International Writing Program]]'' di  [[Universitas Iowa]], [[Amerika Serikat]].<ref>{{Cite book|url=https://www.caknun.com/2018/cak-nun-dalam-lanskap-sastra-dan-sabana-sosial/|title=Sepotong Dunia Emha|last=|first=|publisher=|year=|isbn=|location=|pages=194|url-status=live}}</ref>
 
Sebagai sastrawan, Cak Nun juga diundang dalam beberapa acara internasional. Tahun 1984, Cak Nun diundang untuk mengikuti ''The International Poetry Reading Festival'' di [[Rotterdam]] [[Belanda]]. Seorang profesor di [[Universitas Leiden]] menjadi anggota ''committee'' festival yang menentukan siapa saja yang layak diundang ke festival bergengsi itu. Disarankan kepada sang profesor oleh Siswa Santoso—sahabat Cak Nun ketika aktif dalam diskusi di rumah almarhum Umar Kayam di Yogyakarta pada akhir era 70-an awal 80-an, bahwa seorang Emha Ainun Nadjib adalah sosok yang bisa diundang, yang dianggap akan “menghidupkan” ''event'' itu.<ref name=":9">{{Cite web|url=https://www.caknun.com/2019/menggelandang-di-belanda/|title=Menggelandang di Belanda|last=Karim|first=Ahmad|date=4 Oktober 2019|website=CakNun.com|access-date=13 Desember 2019}}</ref>