Emosi dalam pengambilan keputusan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.3
k fix
 
Baris 48:
Secara mendetail, peran emosi dapat dideskripsikan sebagai berikut:
 
Tahap pertama, ‘sepanjang proses pengambilan keputusan, emosi muncul dan berperan mempengaruhi tahap-tahap pengambilan keputusan’. Pada tahapan setelah memutuskan tetapi belum mengetahui hasilnya, emosi yang muncul adalah “harap dan takut” ''(hope and fear).'' Pada tahap ini, individu akan merasa bahwa ingin sekali mencari tahu bagaimana  hasil keputusannya dan berharap yang terbaik. Pada tahap ini juga, tidak jarang individu justru ingin menghindar dari informasi karena memiliki perasaan takut akan hasil yang tidak memuaskan. Selanjutnya, pada tahap ketika keputusan telah diketahui hasilnya, emosi yang muncul untuk hasil yang tidak puas adalah penyesalan dan kekecewaan ''(regret and disappointment).'' Sementara, untuk hasil yang puas maka emosi yang muncul adalah girang hati, kebahagiaan, dan terkejut ''(elation, happiness, and surprise).'' Zeelenberg dan Pieters (2006) selanjutnya menjelaskan implikasinya melalui pendekatan ‘''feeling is for doing’.''   Mereka mengemukakan bahwa emosi berperan sebagai motivasi. Misalnya saja, implikasi rasa takut atau berharap pada sebuah tindakan. Dalam konteks ini, seseorang yang dihinggapi rasa takut, ia akan termotivasi untuk berlari dan menjauh dari objek sumber rasa takut. Sebaliknya, pada orang yang berharap maka ia akan termotivasi untuk mendekati objek yang menjadi harapannya.<ref name=":6">{{Cite journal|last=Umaya|first=F.|date=2014|title=Emosi Regret dan Pengambilan Keputusan dalam Bidang Ekonomi|url=https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/view/11461|journal=Buletin Psikologi|volume=22|issue=2|pages=117–125|doi=10.22146/bpsi.11461}}</ref>
 
== Relasi Emosi dan Pengambilan Keputusan ==
Damasio dalam Fenisia (2019) mengatakan bahwa emosi berperan penting dalam pengambilan keputusan, yakni membantu proses pengambilan keputusan ataupun menghambatnya. Dalam hal ini, pengambilan keputusan yang dilakukan secara emosional (arah emosi negatif) mampu mengurangi kualitas pengambilan keputusan tersebut. Sehingga, guna menentukan suatu emosi bersifat mendukung atau menghambat proses pengambilan keputusan maka diperlukan suatu kompetensi dalam hal pengambilan keputusan. Di mana kompetensi ini memiliki fungsi untuk mengidentifikasi dan mengendalikan emosi yang dimiliki individu terkait.<ref name=":2" />
 
Sementara itu, Pfister dan Bohm (2008) mengatakan bahwa fungsi yang dimainkan emosi dalam pengambilan keputusan tidaklah homogen. Mereka berpendapat bahwa terdapat setidaknya empat fungsi emosi dalam hal tersebut, yakni informasi, kecepatan, relevansi, dan komitmen. Pertama, dalam kondisi apapun sebuah keputusan membutuhkan informasi. Keputusan dibuat dengan tujuan untuk memberikan kondisi yang lebih baik. Untuk itulah, kehadiran informasi sangat bermanfaat dalam melakukan sebuah evaluasi. Kedua, pengambilan keputusan adalah sesuatu yang integral dengan aktivitas manusia, dan karenanya akan banyak hambatan atau rintangan.  Salah satu rintangan pentingnya ialah menyangkut waktu atau tekanan waktu. Dalam hal ini, fungsi emosi adalah memberikan stimulus kecepatan agar pengambil keputusan dapat menghasilkan keputusan secara cepat di bawah tekanan waktu. Ketiga, pengambil keputusan biasanya menyeleksi aspek-aspek tertentu yang menjadi perhatiannya. Proses seleksi tersebut dikendalikan oleh sesuatu yang disebut dengan relevansi. Dalam konteks ini, emosi berfungsi mengarahkan pengambil keputusan untuk memperhatikan aspek-aspek yang relevan saja. Keempat, suatu hal yang melekat pada pengambil keputusan adalah mengharapkan bahwa keputusan itu cukup dibuat sekali untuk  digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama. Dalam hal ini, kebanyakan orang akan menunjukan komitmen, khususnya ketika individu tersebut berada dalam situasi pembuatan keputusan yang kompleks.<ref name=":6"/>
 
== Respon Terhadap Emosi ==
Baris 87:
 
=== Melaksanakan Keputusan ===
Langkah selanjutnya setelah alternatif yang terbaik dipilih adalah dengan melaksanakan keputusan. Dalam hal ini, pelaksanaan keputusan dilakukan secara efektif untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pada tahapan ini faktor kunci yang mempengaruhinya adalah kecerdasan, yakni kecerdasan akademis dan lingkungan sosial. Dalam pelaksanaan keputusan, terkadang individu perlu berhubungan dengan orang lain.  Oleh sebab itu, individu tersebut perlu memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan sosial. Di mana individu mampu bersikap kreatif dalam membaca situasi agar pelaksanaan keputusan yang diambil tidak merugikan orang lain, tetapi tetap dapat membawa hasil yang optimal. Dalam konteks ini, individu melihat kebutuhan individu lain dan memberikan potensi dirinya untuk dibagikan kepada individu lain yang membutuhkan. Sehingga, individu yang memiliki hubungan sosial yang baik akan memperhatikan pula kepentingan orang lain selain kepentingannya sendiri.
 
=== Evaluasi Keputusan ===
Baris 184:
Induksi emosi merupakan teknik memanipulasi emosi dan ingatan yang diperkenalkan oleh Smith dan Ellsworth pada tahun 1985. Teknik ini biasanya digunakan untuk melihat efek emosi yang diperankan dalam melakukan pilihan pembelian sebuah produk. Prosedur induksi emosi dilakukan dengan cara subjek diminta untuk mengingat pengalaman masa lalu dan membawa emosi pengalaman masa lalu itu ke masa kini. Bila subjek diminta mengingat peristiwa yang menyenangkan maka disebut dengan induksi emosi positif. Sedangkan, bila subjek diminta untuk mengingat kembali peristiwa yang menyedihkan maka hal ini disebut induksi emosi negatif.<ref name=":12" />
 
Teknik induksi emosi juga sangat tergantung pada tingkat sugestif orang yang akan diinduksi. Di mana setiap individu terbagi menjadi beberapa entitas, yakni fisik, emosional, dan intelektual. Asumsinya adalah individu dengan kondisi emosional yang positif akan memiliki level kognisi yang lebih baik sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan lebih cepat melalui mekanisme heuristik yang sederhana dan tanpa banyak berpikir. Namun, lebih dari itu, proses pengambilan keputusan mau tidak mau tetaplah juga melibatkan aspek-aspek kognitif.  Sehingga, bisa saja individu yang telah diberi induksi positif akan lebih terpengaruh pada pilihan beresiko dibandingkan individu yang diinduksi negatif.<ref name=":12">{{Cite journal|last=Wijayanti & Ahmad|date=2014|title=Pengaruh Induksi Emosi Terhadap Keputusan Membeli Produk|url=https://media.neliti.com/media/publications/224302-pengaruh-induksi-emosi-terhadap-keputusa.pdf|journal=7|volume=1|issue=45-47}}</ref>
 
=== Efek Unik Amarah ===