Stasiun Pirusa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Dwiartha Lestari (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Hapeha Sains (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 9:
| lintang = -07.2811111
| bujur = 108.1491667
| open = 1915[[1 Desember]] [[1983]]
| close = [[1990-an1993]]
| kode = PRS
| koderef = <ref name="Ikhtisar Lintas"/>
Baris 17:
| track = 5
| no_stasiun = 2568
| close_type = PJKAPerumka
| persinyalan = Mekanik tipe [[Siemens & Halske]] manual
| letak = km 4+960 lintas W.P. Babakanjawa–Pirusa
Baris 27:
Setelah [[Gunung Galunggung]] mengalami erupsi pada tanggal [[5 April]] [[1982]], timbul keinginan [[PJKA]] untuk membangun jalur kereta api baru khusus angkutan pasir yang dimulai dari jalur simpang Babakanjawa, yang terletak di petak antara [[Stasiun Rajapolah]] dan [[Stasiun Indihiang]] ke Sukaratu di lereng Gunung Galunggung. Jalur ini memiliki panjang sekitar 4,96 kilometer.<ref name="Ikhtisar Lintas">{{Cite book|author=Perumka|date=1992|title=Ikhtisar Lintas dan Emplasemen|location=Bandung|publisher=Perumka|pages=05-044}}</ref> Stasiun dan jalur ini dibangun pada tahun 1983 atau setahun setelah meletusnya Gunung Galunggung. Pasir yang menggunung hasil letusan ternyata menarik minat pemerintah pada masa [[Orde Baru]] yang turut mengeruknya dengan membangun rel dan mengoperasikan kereta api pengangkut. Stasiun ini dahulu memiliki lima jalur rel untuk kereta langsir. Di bagian depan stasiun, tembok tinggi yang menjadi lokasi penimbunan pasir juga terlihat.<ref>{{cite news|title=Jejak Kereta Pengangkut Pasir Tasikmalaya. Andil Gunung Galunggung untuk Pembangunan Jakarta|publisher=Pikiran Rakyat|date=27 Februari 2019|url=https://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/pr-01307026/jejak-kereta-pengangkut-pasir-tasikmalaya-andil-gunung-galunggung-untuk-pembangunan-jakarta?page=3}}</ref>
 
Selama beroperasi sekitar kurang lebih sepuluh tahun, stasiun ini menjadi salah satu stasiun penghasil pasir terbesar di Indonesia. Pasir-pasir ini setiap hari diangkut menggunakan [[kereta api]] dari stasiun ini sampai dengan [[Stasiun ManggaraiCipinang]] di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Ketika aktif, kereta api angkutan pasir ini mampu menarik 15–20 gerbong sekali jalan. Tercatat, pada grafik perjalanan tahun 1993 saat KA ini terakhir beroperasi, masih tersisa enam perjalanan KA dengan rincian empat KA reguler relasi Pirusa–Cipinang dan dua KA fakultatif dengan relasi Pirusa–[[Stasiun Jakarta Gudang|Jakarta Gudang]]. Buah dari pasir Galunggung adalah gedung yang menghiasi Jakarta.<ref>{{cite news|title=Jalur Kereta Api Cibungkul-Pirusa, Nasibmu Kini|publisher=Duddy.Web.ID|date=18 November 2010|url=https://duddy.web.id/jalur-kereta-api-cibungkul-pirusa-nasibmu-kini/}}</ref> Namun, karena persediaan pasir menipis dan diangkut oleh truk, stasiun dan segmen jalur ini resmi ditutup pada tahun 1990-an1993.<ref>{{cite news|title="Surga" dari Galunggung|publisher=Pikiran Rakyat (dikutip oleh Tekmira ESDM)|date=6 April 2010|quote=Rel kereta api tersebut, hingga sekarang masih bisa disaksikan dari Kecamatan Sukaratu (Kabupaten Tasikmalaya) hingga ke Kecamatan Indihiang (Kota Tasikmalaya). Rel ini paling tidak menunjukkan betapa menguntungkan dan besarnya potensi pasir Galunggung.|url=http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=2774|access-date=2021-02-17|archive-date=2017-08-06|archive-url=https://web.archive.org/web/20170806144438/http://www.tekmira.esdm.go.id/currentissues/?p=2774|dead-url=yes}}</ref> Saat ini masih ada sisa rel dan sinyal di stasiun ini, tetapi sebagian besar rel dan jembatan sudah dibongkar. Bekas bangunan stasiun ini kini sudah beralih fungsi menjadi rumah warga.
 
== Referensi ==